“Marah” adalah salah satu sifat manusia. Artinya, suasana hati yang tidak nyaman karena sesuatu hal. “Murka” adalah sinonim dari kata “marah.” Tapi kedua kata ini mempunyai sedikit perbedaan. Kata “murka” biasanya digunakan untuk menggambarkan suasana hati seseorang yang kemarahan dan keberangannya sudah sangat mendalam.
Kitab Suci menyebutkan bahwa “murka” adalah salah satu atribut Allah. Apa arti murka Allah dan mengapa Allah murka?
Arti Murka Allah dan Penyebab Allah Murka
Kita mengenal Allah adalah Tuhan yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Bahkan Kitab Suci Allah mengatakan bahwa Allah adalah kasih, “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (Injil, Surat 1 Yohanes 4:8).
Dengan sifat-Nya yang adalah kasih, dapatkah Allah murka? Tentu bisa! Dalam surah Al-Fatihah ditulis “. . . . . . bukan (jalan) mereka yang dimurkai (‘alayhim gayril magdubi)” (Qs 1:7). Apa yang mengakibatkan murka (ghadhab) Allah? Menurut MQ Shihab, karena pelanggaran! (Tafsir Al-Mishbah, hal. 88).
Maka pengertian murka Allah adalah respon Ilahi atas dosa dan ketidaktaatan manusia. Berbohong adalah salah satu contoh hal yang dapat memicu murka Allah.
Murka Allah Dan Hati Yang Najis
Benar, Allah adalah Tuhan Maha Pengasih. Tetapi, Dia juga adalah Allah yang dapat murka. Kenajisan hati manusia karena dosa, adalah penyebab Allah murka.
Alkitab menekankan, Allah memperhatikan lebih dari pelanggaran. Allah melihat jauh lebih ke dalam hati. “Segala kecenderungan hatinya [manusia] selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (Taurat, Kitab Kejadian 6:5). Nabi Besar Allah, Yeremia menggambarkan hati manusia sebagai sesuatu yang licik dan membatu (Kitab Nabi Yeremia, 17:9).
Dan Nabi Daud menulis, Allah memandang ke bawah dari sorga dan menyimpulkan bahwa semua manusia melakukan kejahatan (Kitab Mazmur 53:1-3). Isa Al-Masih menekankan, semua kejahatan ini datang dari dalam hati manusia (Injil, Rasul Markus 7:21-22).
Dapatkah Amal Ibadah Membersihkan Hati Manusia?
Kejahatan yang ada dalam hati manusia, mengakibatkan murka (ghadhab) Allah. Kejahatan itu tidak dapat dibersihkan dengan amal dan kegiatan agama. Nabi umat Muslim berkata, “Bukan amal seseorang yang memasukannya ke Surga atau melepaskannya dari neraka, termasuk juga aku, . . . .” (HSM 2412-2414).
Jelaslah, bahwa murka Allah dan hati yang bersih tidak ditentukan berdasarkan pada amal ibadah dan kegiatan agama manusia. Bagaimana agar murka Allah tidak menimpa manusia serta hati dapat dibersihkan?
Isa Al-Masih Memberi Hati Baru
Kitab Suci Allah menuliskan, “. . . darah Yesus . . . . menyucikan kita dari pada segala dosa. . . . Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (Injil, Surat I Yohanes 1:7-9).
Hanya Isa Al-Masih, akibat penyaliban-Nya, dapat menghapus kejahatan ini dari hati manusia. Dia satu-satunya yang dapat memberi hati yang baru. Hati yang bersih dari pelanggaran dan terhindari dari murka Allah.
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Selain pelanggaran, adakah hal lain yang membuat Allah murka? Sebutkanlah!
- Menurut saudara, adakah cara lain untuk menghindari murka Allah? Jelaskanlah!
- Setujukah saudara bahwa amal ibadah tidak dapat menghindari murka Allah? Sebutkan alasan saudara!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Banyak orang Islam sudah menikmati pembersihan hati. Mereka senang membagikan kesaksian mereka pada Saudara.
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Arti Murka Allah Dan Hati Manusia Menurut Islam Dan Kristen”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau WA/ SMS ke: 0812-8100-0718
~
Sama dengan menyembelih lembu jantan untuk mengampunkan dosa Harun dan keluarganya. Apa perbedaan darah Yesus dan darah lembu jantan?
~
Saudara Usop,
Bila kita membaca dalam Taurat, dijelaskan bahwa konsep keselamatan yang ditetapkan Allah adalah konsep penebusan. Maksudnya, ketika seseorang berdosa, dia harus menyediakan korban untuk dipersembahkan melalui imam Allah.
Perhatikan ayat ini, “Lalu imam harus mempersembahkannya, yang seekor sebagai korban penghapus dosa dan yang seekor lagi sebagai korban bakaran. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu di hadapan TUHAN karena lelehannya” (Taurat, Kitab Imamat 15:15).
Namun yang terjadi dengan Isa Al-Masih adalah, bahwa kematian-Nya di kayu salib sudah menjadi “Korban Tebusan” bagi setiap orang. Demikian, barang siapa yang menerima pengorbanan-Nya, maka dia sudah tebus Allah.
“Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Injil, Rasul Besar Matius 20:28). “Anak Manusia” pada ayat di atas merujuk pada Isa Al-Masih.
~
Saodah
~
1. Tolong dibedakan antara Allah dengan “kekuasaan”Nya. Yang berbicara di ayat tersebut bukan Allah, tetapi Kekuasaan Allah.
2. Bukan Kristus yang dapat memberikan anda hati yang baru. Tapi hati anda yang baru yang dapat menerima kehadiran Kristus, Tuhan, God, Allah. Caranya adalah dengan mensucikan hati anda. Agama mengajarkan hal itu, salah satu caranya dengan berpuasa.
3. Bukan kasih dalam ajaran Kristus, tapi Kristus yang masuk ke dalam hati anda yang akan membuat anda bersifat kasih. Bukan Yesus sebagai juru selamat, tapi hati anda yang sucilah yang dapat menerima Keselamatan di dalam jalan “Yesus, Allah, God, Tuhan”
~
Saudara WA, kami mencoba merangkum tiga pertanyaan yang saudara berikan. Dan kami akan mencoba menjelaskannya secara singkat.
1. Dapatkah Sdr. WA menjelaskan apa perbedaan Allah dengan “kekuasaan”Nya? Apakah ketika Allah berbicara dengan kekuasaan-Nya, maka “perkataan” tersebut bukan perkataan Allah itu sendiri?
2. Apakah seseorang dengan kekuatannya sendiri dapat mensucikan hatinya, misalnya dengan berpuasa? Menurut Sdr. WA apakah tujuan dari puasa itu?
3. Menurut kami point ini berhubungan dengan point dua. Dimana menurut Sdr. WA, seseorang dapat menyucikan hatinya sendiri dengan mengandalkan kekuatannya saja.
Kalau boleh bertanya, bagaimana pandangan Sdr. WA tentang ayat ini, “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat” (Kitab Nabi Ezra 36:26)
~
Saodah
~
WA benar. Bukan bicara “surga, keselamatan, penebusan dosa, kesucian hati,” tapi dalam perbuatan kotor dan nista oleh staff dan Islam dengan memojokkan ajaran lain. Sesungguhnya perbuatan saudara sendiri jauh dari jalan keselamatan.
~
Saudara Pengamat,
Maaf sekali, kami kurang mengerti maksud komentar saudara di atas. Kiranya Sdr. Pengamat tidak keberatan menjelaskan lebih rinci maksud komentar saudara di atas.
Juga kiranya Sdr. Pengamat tidak keberatan untuk menunjukkan bagian manakah dari artikel di atas yang bermaksud untuk memojokkan ajaran lain. Dan ajaran siapakah yang kami pojokkan?
Kami berharap Sdr. Pengamat tidak keberatan untuk memberi koreksi.
~
Saodah
*****
1. Yang membuat Allah murka adalah menganggap Nabi Isa sebagai Tuhan
2. Cara menghindari murka Allah adalah menempatkan posisi Nabi Isa sebagai nabi / utusan Allah
3. Amal ibadah akan mendekatkan diri kepada rahmat Allah sekaligus menjauhkan diri dari murka Allah
*****
Saudara XucinXgaronX,
Bagaimana dengan dosa. Apakah dosa tidak akan membuat Allah murkah? Apakah seseorang yang menempatkan posisi Isa sebagai nabi, tapi hidupnya diliputi oleh dosa, dapat terhindar dari murka Allah?
Bagaimana dengan ayat ini: “Barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Qs.2:81).
Saudara mengatakan bahwa amal ibadah dapat mendekatkan diri kepada rahmat Allah, sekaligus menjauhkan diri dari murka Allah. Sepertinya perkataan saudara ini bertentangan dengan perkataan nabi saudara. Yaitu, “Bukan amal seseorang yang memasukannya ke Surga atau melepaskannya dari neraka, termasuk juga aku, tetapi ialah semata-mata rahmat Allah Swt. belaka” (HSM 2412-2414).
Bandingkan dengan firman Allah berikut ini, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Injil, Surat Efesus 2:8).
Sdr. XucinXgaronX, menurut kami, yang membuat Allah murkah adalah karena hati saudara diliputi oleh dosa!
~
Saodah
~
Saodah,
Saya kira pertanyaanku cukup simpel, apa perbedaan darah Yesus dan darah lembu jantan?
Bukankah dalam Alkitab Harun menyembelih lembu jantan dapat penghapus dosa baginya sendiri dan mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya. Sedangkan Yesus, menurut Kristen dalam kematian-Nya di kayu salib sudah menjadi “Korban Tebusan” bagi setiap orang.
Dan bisa anda lihat dalam Alkitab Harun mempersiapkan perbaraan serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian lalu meletakannya kehadapan Tuhan. Apakah Harun imam?
Mohon koreksi kalau ada yang keliru.
~
Saudara Usop,
Pada penjelasan kami untuk pertanyaan saudara sebelumnya, kami sudah menjelaskan apa perbedaan “Darah Yesus” dengan “darah lembu jantan” yang dipersembahkan sebagai korban penghapus dosa di zaman Nabi Musa.
Konsep keselamatan yang Allah berikan sejak dari semula adalah konsep penebusan. Dalam Kitab Taurat, saudara dapat membaca bagaimana Allah menjelaskan korban-korban yang harus diberikan oleh orang yang melakukan pelanggaran. Inilah yang terjadi pada zaman sebelum kedatangan Isa Al-Masih ke dunia.
Namun setelah zaman Isa, korban-korban itu tidak dibutuhkan lagi. Karena “Korban” sesungguhnya, yaitu Isa Al-Masih telah menyelesaikan semuanya melalui kematian-Nya di kayu salib. Itulah sebabnya Kitab Suci menuliskan, “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Injil, Rasul Besar Matius 20:28). “Anak Manusia” pada ayat ini mengacuh pada Isa Al-Masih.
Untuk lebih jelasnya, silakan saudara membaca artikel tentang konsep penebusan pada link ini: http://tinyurl.com/p8xkhsx.
~
Saodah
~
Kenapa pada heboh antara Injil dan Al-Quran? Kenapa pada heboh antara Isa dan Muhammad?
Yahudi saja beribadah di makam Nabi Daud dan nabi-nabi lain. Isa disalib oleh Yahudi, kenapa Nasrani tidak mengikuti Yahudi saja. Ttetapi, malah sibuk mengurusi Islam.
~
Saudara Annisa,
Pada artikel di atas kita sedang membahas tentang murka Allah. Dan disebutkan lebih lanjut, kemurkaan Allah tersebut disebabkan hati manusia yang najis akibat dosa.
Dalam sebuah hadist dituliskan bahwa Muhammad, nabi umat Muslim, pernah berkata, “Bukan amal seseorang yang memasukannya ke Surga atau melepaskannya dari neraka, termasuk juga aku” (HSM 2412-2414).
Sdr. Annisa, yang menjadi permasalahan di sini bukan “mengapa heboh antara Injil dan Al-Quran.” Menurut kami, yang perlu kita renungkan dan pikirkan dengan serius adalah, bagaimana kita dapat terbebas dari dosa sehingga kita kelak tidak binasa di neraka.
Nah, bagaimana pandangan Sdr. Annisa tentang hal tersebut? Kiranya sdr tidak keberatan untuk berbagi ilmu.
~
Saodah
~
Amal ibadah sesungguhnya adalah sebagai wujud keyakinan akan keberadaan Allah sebagai Tuhan satu-satunya yang berhak disembah. Saya tidak setuju jika murka Allah itu datang karena hati atau amal ibadah manusia. Karena murka atau karunia Allah adalah kehendak Allah yang memiliki sifat Maha Kuasa.
Allah menciptakan manusia hidup di dunia hanyalah sebagai ujian semata. Jadi manusia harus mengimanani akan takdir, baik atau buruk yang menimpanya sebab semua itu bagian dari ujian!
Manusia itu wajar jika terkadang melakukan kesalahan. Intinya semuanya adalah proses dari ujian.
Hati manusia itu juga ujian, cinta, benci atau penyakit hati yang lain tergantung dari kecondongan hati kita untuk memilih kebenaran.
~
Memang kadang kala Allah menempatkan kita pada hal yang buruk guna menguji iman kita. Ibarat kata, seseorang harus mengikuti ujian jika ingin naik ke level berikutnya. Maka ujian ini diperlukan, apakah tatkala kita berada dalam hal buruk tetap mengandalkan Tuhan sebagai Penolong, atau justru kita menyalahkan-Nya.
Ujian seperti itu jelas berbeda dengan saat kita melakukan dosa. Ketika seseorang jatuh dalam dosa, bukan berarti Allah sedang menguji dia. Sebaliknya, orang tersebut telah gagal menjalani ujian yang Tuhan berikan.
Dosa adalah hal yang dibenci Allah. Kitab suci umat Islam menuliskan, “Barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Qs 2:81).
Jika dosa hanya sebatas ujian dari Allah bagi manusia, mengapa Dia menghukum para pendosa sedemikian rupa? Bukankah tidak ada manusia yang luput dari dosa?
Bagaimana caranya agar saya terhindar dari dosa/murka Allah? Inilah yang perlu direnungkan oleh setiap umat beragama!
~
Saodah
~
Anda mencampur Islam dengan Nasrani saja sudah salah. Sudah pasti murka Allah SWT sudah datang. Karena sesuatu yang haq tidak bisa dicampur dengan yang batil.
~
Sdr. Rahmad,
Kami setuju dengan sdr, bahwa yang haq (benar) tidak dapat dicampur dengan yang bathil (salah).
Hal bathil yang bagaimanakah yang dapat membuat Allah murka? Kadang-kadang umat beragama menunjuk pada hal-hal jasmani untuk jawaban dari pertanyaan tersebut. Kita lupa, bahwa Allah melihat jauh ke dalam hati.
Allah memperhatikan lebih dari pelanggaran. Allah melihat jauh lebih ke dalam hati. “Segala kecenderungan hatinya [manusia] selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (Taurat, Kitab Kejadian 6:5). Kenajisan hati yang penuh dengan dosa, adalah alasan utama Allah murka.
~
Saodah
~
Saya cuma mau bertanya saja, apakah bayi yang baru lahir dan belum mengerti sikap apa yang harus dia tempuh, apakah menerima Yesus atau tidak, tapi keburu meninggal, apakah bayi itu juga berdosa?
~
Sdr. Sahaya,
Pengertian dosa adalah segala sesuatu yang tidak berkenan di hadapan Allah. Baik itu lewat perbuatan maupun apa yang terlintas dipikiran kita.
Tentu bayi yang baru lahir belum mengerti soal dosa. Dia hanya tahu menangis dan tidur. Mungkin sesekali tersenyum.
Tapi, sdr juga harus ingat, bahwa seorang bayi pun sudah mempunyai naluri untuk berdosa. Karena itu adalah kodrat manusia yang sudah ada dalam dirinya sejak dia dalam kandungan ibunya. Perhatikan ayat berikut, “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Taurat, Kitab Mazmur 51:7).
~
Saodah
~
Yang bisa membersihkan hati kita dari perbuatan dosa adalah keimanan kita terhadap Allah dan Nabi Muhammad. Dengan keyakinan hati kita pada yang satu/esa kita bisa terhindar dari penyakit hati dengan beribadah shalat 5 waktu. Maka kita akan selalu mengingat Allah dan tahu akan nikmat dan murkanya. Niscaya kamu akan hidup damai di dunia ini tanpa rasa syirik.
~
Sdr. Heri,
Saya percaya seorang koruptor atau pembunuh bayaran yang beragama Islam, mereka beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad. Apakah karena dia beriman kepada Allah dan Muhammad, lantas dosa-dosanya sudah bersih? Menurut saya tidak sesederhana itu!
Perhatikan hadist berikut ini, “Bukan amal seseorang yang memasukannya ke Surga atau melepaskannya dari neraka, termasuk juga aku [Muhammad]” (HSM 2412-2414). Muhammad mengatakan, amal ibadah dan kegiatan agama tidak dapat membersihkan hati manusia. Juga, amal ibadah tidak dapat menghilangkan murka Allah.
Bandingkan dengan firman Tuhan berikut ini, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Injil, Surat Efesus 2:8).
Hanya ada satu cara agar seseorang dapat bersih dari dosa. Yaitu menerima anugerah keselamatan yang Allah sediakan dalam diri Isa Al-Masih.
~
Saodah
~
Tidak perlu kalian meributkan hal yang sudah kalian yakini masing-masing. Cukup berbuat baiklah pada sesama. Allah pun masih menyayangi kalian meski kalian berbeda agama bukan?
Kamu yakin Islam membawamu ke surga. Kamu yakin Katolik membawamu ke surga. Kamu yakin Protestan membawamu ke surga.
Tapi apakah kalian sudah membuktikannya? Bagaimana kalian membuktikannya jika belum mati? Sadarlah bahwa semua adalah keyakinan masing-masing dan tidak dapat dipaksakan.
Aku Muslim. Dan aku berdoa untuk saudara-saudaraku semua, InsyaAllah kita dapat hidup di surga-Nya yang indah kelak.
~
Sdr. Aly,
Terimakasih untuk komentar sdr di atas. Kami menghargai sikap sdr dalam memandang perbedaan di antara umat beragama.
Tapi ada satu hal yang ingin kami koreksi dari pernyataan tersebut. Yaitu soal menentukan keselamatan di akhirat. Dimana menurut sdr, cara mengetahuinya adalah setelah kita meninggal.
Menurut kami ini adalah iman yang tidak pasti. Bagaimana jika ternyata iman yang kita ikuti salah. Apakah kita masih dapat memperbaikinya? Tentu tidak, sebab kita sudah mati. Yang tinggal hanyalah penyesalan. Bukankah setiap umat beragama ingin agamanya dapat memberi jaminan keselamatan? Untuk apa memeluk satu agama, jika agama tersebut tidak dapat memberi jaminan keselamatan?
Perhatikanlah perkataan Isa Al-Masih berikut ini, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Jika sudah ada yang pasti, mengapa harus mengikuti yang belum pasti atau masih mudah-mudahan?
~
Saodah
~
Artikelnya sangat bermanfaat.
~
Terimakasih untuk apresiasi yang sdr berikan.
~
Saodah
~
Di sini saya sedikit berkomentar tentang murka Allah. Sebenarnya yang memasuki kita ke dalam sorga Allah itu Rahmat Allah. Karena rahmat-Ku lebih luas dibanding murka-Ku. Amal dan ibadah itu suatu dialog dengan allah. Dan menjalankannya suatu perintah yang ada di Al-Quran.
Sedalamnya laut bisa diukur oleh manusia. Tapi kedalaman hati seorang manusia hanya Allah yang tahu. Dan di situ jika amal dan ibadah seorang Mukmin dijalankan dengan ikhlas dan menerima takdir Allah. Mata hati mereka akan terbuka. Jangan melihat murka Allah yang menjadi objek kita. Tapi kenali sifat-sifat Allah yang ada di Al-Quran. Allah punya sifat ar Rahman ar rahim yang pengasih dan maha penyayang. Kalau hanya melihat titik hitam di suatu kertas putih, pola pikir kita tidak akan terbuka lebar.
~
Sdr. Hamba Allah,
Kami setuju dengan pernyataan sdr di atas, bahwa kita bisa masuk sorga hanya karena rahmat Allah. Bukan karena amal dan ibadah.
Sebab sudah sangat jelas firman Allah berkata, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Injil, Surat Efesus 2:8-9).
Dan Allah telah memberikan Rahmat-Nya itu dalam diri Isa Al-Masih. “Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:15).
Nah, bagaimana dengan Sdr. Hamba Allah. Sudahkah sdr menerima Isa Al-Masih, Rahmat-Nya itu, untuk menjamin sdr terhindar dari murka Allah?
~
Saodah
~
To admin…
1. Yang membuat murka Allah sangat jelas yang tercantum dalam Al-Quran yang saya imani coba anda baca dan pelajari sendiri:
(Qs 4:93); (Qs 2:90); (Qs 2:88);(Qs 33:64); (Qs 4:47); (Qs 4:51-52); (Qs 33:66-68); (Qs 47:22-23); (Qs 2:159-160); (Qs 13:25); (Qs 33:57); (Qs 33:60-61); (Qs 9:68); (Qs 7:44);(Qs 3:87); (Qs 15:35); (Qs 38:78); (Qs 24:23);(Qs 11:60);(Qs 11:100).
Semoga dengan membaca ayat-ayat tersebut membuka jalan keselamatan kepada kita semua bukankah itu yang anda harapkan.
2. Cara agar terhindar dari murka Allah adalah Iman, Islam dan Ihsan….coba pelajari tiga kata tersebut.
3. Tidak setuju. Alasannya jelas:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.”(Qs 18:107)
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (Qs 18:110)
Itulah alasannya yang merupakan perintah Allah SWT dalam Al-Quran yang saya imani
*****
Saudara Guns,
Dari ketiga jawaban sdr di atas pertanyaan kami:
Apakah sdr tidak pernah melakukan dosa-dosa tersebut sehingga luput dari murka Allah?
Seberapa amal sholeh yang dilakukan agar sdr dapat tinggal di sorga?
~
Daniar
~
Setiap manusia termasuk saya pribadi pasti pernah melakukan kesalahan. Kesalahan, kekhilafan adalah fitrah yang melekat pada diri manusia.
Rasulullah saw bersabda: “Setiap manusia pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik pelaku kesalahan itu adalah orang yang segera bertaubat kepada Allah SWT”.
Ini berarti bahwa manusia yang baik bukan orang yang tidak pernah berbuat salah, sebab itu mustahil kecuali Rasulullah SAW yang ma’shum (senantiasa dalam bimbingan Allah SWT).
Tetapi, manusia yang baik adalah manusia yang menyadari kesalahannya dan segera bertobat kepada-Nya.
~
Saudara Guns,
Kesalahan artinya telah melanggar perintah dan larangan Allah dengan kata lain telah berdosa. Artinya sdr tidak akan luput dari murka Allah bukan?
Lanjut pertanyaan saya yang belum sdr jawab. Seberapa amal sholeh yang dilakukan agar sdr dapat tinggal di sorga?
~
Daniar
~
Benar sekali saya pun tidak luput dari murka Allah. Tetapi barang siapa yang memusatkan hatinya kepada Allah dengan Islam, Iman dan Ihsan, niscaya akan terbukalah sumber hikmah dalam hatinya dan mengalir melalui lisannya.
Kita harus selalu berpikir positif terhadap cobaan yang menimpa kita. Ada kemungkinan murka Allah yang berupa cobaan itu akan mengingatkan kita yang kecil di hadapan-Nya.
~
Saudara Guns,
Saya setuju dengan sdr, berpikir positif. Apapun yang terjadi dalam hidup kita di dunia ini sepatutnya kita senantiasa bersyukur. Karena tanpa kasih dan pemeliharaan Allah kita tidak dapat hidup.
Jadi seberapakah amal sholeh yang dilakukan agar sdr dapat tinggal di sorga?
~
Daniar
~
Di salah satu artikel sudah saya sampaikan. Tuhan itu maha segala-galanya. Bukan cuma pengasih dan penyayang. Kalau ada makhluk dengan sebutan yang paling jahat di dunia ini, Tuhan bisa lebih jahat dari makhluknya. Kalau ada makhluk yang paling baik di dunia ini, Tuhan bisa lebih baik dari makhluk-Nya, dan lain sebagainya.
~
Saudara Syamsul Bahri,
Kami kurang setuju dengan sdr bahwa Tuhan paling jahat dari makhluk-Nya. Kesempurnaan Allah bukan dengan kejahatan. Karena kehendak Allah bahwa tidak seorangpun menjadi binasa, tetapi selamat.
“Ia (Tuhan) menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (Injil, Surat 2 Petrus 3:9)
Sedangkan hukuman adalah konsekuensi dari kejahatan (dosa-dosa) yang makhluk-Nya lakukan, karena Allah maha adil, bukan maha jahat.
Namun karena kasih-Nya yang begitu besar, Allah telah “. . . telah turun dari sorga” (Injil, Rasul Besar Yohanes 13:2), ke dunia untuk tersalib guna membebaskan kita dari hukuman dosa-dosa kita. Maka “. . . di dalam Dia [Isa Al-Masih] dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya” (Injil, Surat Efesus 1:7).
~
Daniar