Baik Islam dan Kristen sangat mengakui pentingnya hikmah dan manfaat ihsan di hadapan Allah. Tapi, tahukah Anda, tidak semua ihsan/perbuatan baik kita diterima Allah.
Apakah penerimaan Allah tergantung motivasi kita yang benar? Jelaskan pendapat Anda di sini.
Bagaimana cara berlaku ihsan kepada Allah yang benar sehingga Allah menerima perbuatan baik kita?
Motivasi Mengikuti Ibadah
Ketika masih tinggal di Jakarta, kami sekeluarga beribadah di gereja internasional. Suatu hari anak-anak kami dan teman-temannya mempersiapkan ibadah Natal pemuda yang cukup besar. Selama beberapa bulan, mereka mempersiapkannya di rumah salah satu teman mereka, yang ayahnya seorang pimpinan bank.
Kami punya kenalan yang tidak pernah ke gereja,walaupun anak-anaknya aktif ke gereja. Dia selalu menjauhkan diri dari gereja dan acuh-tak-acuh.
Namun, pada malam ibadah Natal pemuda, untuk pertama kalinya dia bersedia hadir. Saya heran, mengapa dia mau mengikuti ibadah tersebut, padahal dulu tidak pernah sama sekali.
Beberapa hari kemudian saya mendengar, kenalan saya itu meminjam uang dalam jumlah besar dari bank untuk perusahaannya. Baru saya mengerti motivasi dia bersedia mengikuti ibadah Natal remaja itu.
Setiap Aktivitas Adalah Ibadah
Bapak M. Quraish Shihab menulis, “Memang, segala aktivitas manusia harus berakhir menjadi ibadah kepada-Nya, sedang puncak ibadah adalah Ihsan”(Tafsir Al-Mishbah, hal. 62). Tetapi apakah semua Ihsan (perbuatan baik/amal) sama harganya?
Walaupun Ihsan adalah puncak ibadah, Ihsan manakah yang dihargai Allah? Mungkin Saudara menjawab, “Semuanya!” Benarkah?
Apakah Ihsan teman kami di atas dihargai Allah? Jelas motivasinya untuk mendapat uang, bukan? Apakah Allah menerima Ihsan dengan motivasi ketamakan?
Mari kita melihat contoh lain. Seorang isteri bisa mempunyai dua tujuan dalam menyiapkan makanan enak dan nikmat bagi suaminya. Mungkin supaya suaminya mengijinkannya untuk bepergian. Mungkin juga tanpa alasan lain kecuali karena dia mengasihi suaminya.
Pertanyaannya: Motivasi manakah yang lebih tinggi, murni, bagus, dan lebih memberkati suaminya?
Jelaskan pendapatmu soal pertanyaan tentang ihsan di atas di sini. Apa motivasi yang benar dalam beramal baik?
Cara Berlaku Ihsan Kepada Allah: Pentingnya Ketulusan
Amal yang disajikan pada Allah dengan mengharapkan imbalan tidaklah Allah terima. Hanya amal dari motivasi yang tulus dan murni yang Allah terima. Dengan kata lain, bila seorang beramal dengan tujuan untuk masuk surga, apakah Allah menerima amal itu?
Isa Al-Masih mengajarkan “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu . . . Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Injil Rasul Besar Matius 22:37-39).
Ketaatan kita kepada Allah dan perbuatan baik kepada sesama manusia harus keluar dari motivasi yang murni, yaitu mengasihi Allah dan sesama. Itulah motivasi yang murni dan benar di hadapan Allah. Maka manfaat ihsan akan kita peroleh – yaitu berkenan kepada Allah.
Dasar Kita Berihsan Dengan Tulus Ikhlas
Dasar para pengikut Isa Al-Masih mengasihi Allah dan sesama “. . . karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (Injil, Rasul Besar 1 Yohanes 4:19). Bukti terbesar kasih Allah ialah mengorbankan Isa Al-Masih, Kalimat-Nya, mati untuk mengampuni dosa-dosa manusia.
Maka setiap orang yang beriman kepada Isa Al-Masih beroleh jaminan pengampunan dosa. Sehingga kita dapat berbuat baik/ihsan dengan tulus ikhlas.
Jika Anda ingin beroleh jaminan pengampunan dosa dan ihsan Anda diterima Allah, berimanlah kepada Isa Al-Masih.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa motivasi atau cara kita berlaku ihsan yang benar itu penting di hadapan Allah?
- Mengapa motivasi hanya mendapatkan surga dalam beramal baik itu tidak diterima Allah?
- Menurut artikel di atas bagaimana caranya agar amal baik kita diterima Allah?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan manfaat ihsan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Berikut ini dua link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Cara Berlaku Ihsan Kepada Allah Agar Diterima-Nya”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS/WA ke: 0812-8100-0718
~
Rasanya yang selalu bicara sorga dan kepastian itu umat Nasrani sendiri. Tanpa dapat menjelaskan dimana konteks amal perbuatan didalamnya.
Umat Islam tidak pernah bicara sorga dan kepastian. Karena nabi kami hanya mengajarkan ikhlas dalam berbuat kebajikan (Hadits).
~
Saudara Pengamat,
Sebenarnya konteks amal dan perbuatan baik yang dilakukan oleh umat Nasrani sudah sangat jelas dijabarkan dalam artikel di atas.
Baiklah, kami mencoba membantu saudara untuk memahaminya lagi lewat ilustrasi sederhana berikut:
Isteri A menyiapkan makanan enak untuk suaminya, karena dia mencintai suaminya. Sedangkan isteri B menyiapkan makanan enak supaya suaminya bersedia menambah uang bulanan. Sebab ada pakaian/tas bagus yang ingin dia beli.
Nah, manakah dari kedua isteri di atas yang dengan tulus memasak buat suaminya? Tentu yang pertama, bukan? Sedangkan isteri yang kedua, dia memasak masakan enak karena ada maunya.
Demikian konteks amal dan perbuatan baik dalam ajaran Yesus dan Muhammad. Al-Quran menyebutkan bahwa “amal dan perbuatan baik” adalah “syarat” masuk sorga. Sedangkan Yesus mengatakan keselamatan adalah anugerah Allah dalam diri Yesus. Sedangkan amal dan perbuatan baik adalah “buah” yang kita hasilkan, karena kita sudah menerima anugerah tersebut.
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Injil, Surat Efesus 2:8-9)
~
Saodah
~
To rekan Nasrani: Hubungan kalian, manusia dengan Tuhan adalah hubungan antara ciptaan dengan Pencipta. Apakah kalian diciptakan Yesus, sehingga kalian dapat mengatakan Yesus adalah Tuhan? Kalau kalian benar diciptakan Yesus, apa tujuan Ia menciptakan kalian sebagai manusia?
~
Saudara Universe,
Kami mengucapkan terima kasih atas komentar saudara. Namun kami ingin mengingatkan kiranya dapat memberikan komentar sesuai dengan topik di atas. Saran kami bila saudara sungguh ingin mengenal Isa Al-Masih atau ada pertanyaan diluar topik silakan kirim pertanyaan saudara ke [email protected]
Kami dengan senang hati akan melayani saudara, terima kasih.
Oh ya, bagaimana menurut Sdr Universe, Ihsan manakah yang diterima Allah?
~
Daniar