Mengapa kita berdoa? Apakah hanya karena Allah memerintahkannya? Mungkin karena hati manusia, apapun agamanya, merasakan satu kebutuhan dan kerinduan yang dalam untuk bersekutu dengan Sang Pencipta.
Kita sebagai umat beragama sering berdoa permintaan. Ya, doa adalah bagian penting dalam agama dan relasi kita dengan Allah. Mungkin karena itulah Al-Fatihah juga disebut Do’a (ad-Du’au).
Anda tentu ingin supaya Allah mengabulkan doa-doa Anda. Agar doamu tidak sia-sia. Bagaimana doa yang didengar Allah dan menjamin Anda selamat di akhirat?
Menemukan Jalan yang Lurus – Doa yang Paling Penting
Kebanyakan doa kita berisi sejumlah permintaan. Keenam ayat di Al-Fatihah berisi hanya satu permohonan, yaitu, “Tunjukkan kepada kami jalan yang lurus.”
Ini adalah satu doa permohonan yang penting. Jadi sangatlah pantas jika Al-Fatihah menyebutnya ad-Du’au.
Permohonan, “Tunjukkan kepada kami jalan yang lurus” seharusnya kita doakan dengan sungguh-sungguh dan tulus hati untuk mendapatkannya. Bukan sekedar kewajiban agamawi.
Karena permohonan ini berdampak kekekalan bagi kita. Jika tidak sungguh-sungguh memohonkannya, maka Anda tidak akan menemukan jalan ke surga itu.
Mungkin paling baik kita menjadikannya doa pribadi. “Tunjukkan kepada ku jalan yang lurus.” Allah yang Maha Pengasih akan menjawab doamu jika Anda panjatkan dengan kerendahan hati. Keinsafan akan dosa-dosa Anda, dan dengan penuh keimanan.
Sebaliknya, doa kita tidak dikabulkan karena kita berdosa dan tidak merendahkan diri kepada Allah. Sebab Allah Yang Suci sangat membenci dosa-dosa kita.
Jika ini terjadi, maka kita akan mengalami kesusahan di dunia sampai akhirat. Anda tidak ingin mengalami penderitaan itu, bukan? Kisah di bawah ini akan menolong Anda agar dapat memanjatkan doa yang didengar Allah.
Cerita tentang Dua Orang yang Berdoa
Dalam Injil, Isa Al-Masih menjelaskan tentang dua orang yang berdoa. Yaitu orang Farisi, tokoh agama dan seorang awam, pemungut cukai/pajak. Mereka berdua berdoa di rumah Allah, namun hasilnya berbeda.
“Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku” (Injil, Rasul Lukas 18:10-12).
Kelihatannya, orang Farisi itu menyombongkan dirinya di hadapan Allah. Dia memamerkan dirinya sebagai seorang yang baik karena melakukan kewajiban agamawinya dengan setia.
Dia tidak memiliki satu kebutuhan untuk dibawa ke hadapan Allah. Mari kita waspada akan doa yang sia-sia seperti itu. Jika berdoa seperti itu, maka Anda tidak akan beroleh pengampunan, tetapi mengakibatkan kecaman dari Allah.
“Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini” (Injil, Lukas 18:13).
Isa Al-Masih memberitahukan kita bahwa pemungut cukai/pajak ini pulang ke rumah dan dibenarkan oleh Allah. Dia gembira karena beroleh ampunan Allah, dan pasti akan selamat di dunia dan akhirat. Tentu Anda juga ingin mengalami kesenangan seperti pemungut cukai itu, bukan?
Mengapa Allah mendengar doanya? Karena dia menyadari segala dosa-dosanya. Sikap hati seperti itu sangat penting ketika Anda berdoa Al-Fatihah. Khususnya, “tunjukilah kami jalan yang lurus.”
Rahasia Doa yang Sejati
Sang pemungut cukai itu beroleh pengampunan dosa karena dia mengakui dosa-dosanya kepada Allah. Dia juga membuat pengakuannya jujur dan bersifat pribadi– “kasihanilah aku orang yang berdosa ini.”
Kita bisa sering berdoa memakai kata-kata kita indah. Namun, jika tidak tulus hati, itu bukanlah doa yang baik. Allah mengasihi dan merespons doa Anda yang keluar dari hati yang jujur.
“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina, ya Allah” (Zabur/Mazmur 51:17).
Berdoa memohon jalan lurus seperti dalam Al-Fatihah adalah baik bagi Anda. Itulah salah satu doa yang didengar Allah. Sehingga Anda juga pasti beroleh ampunan dan jaminan masuk surga-Nya.
Doa sang pemungut cukai adalah contoh yang sangat bagus. Karena kita semua adalah orang-orang yang berdosa. Anda dapat menggunakan kata-kata yang persis sama dengan yang pemungut cukai gunakan. Doa itu akan menuntun Anda kepada “jalan yang lurus ke surga” yang pasti membahagiakan Anda.
Anda ingin beroleh kesenangan, jalan lurus ke surga, dan jaminan masuk surga? Berdoalah kepada Isa Al-Masih!
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Janji-janji Pengabulan Doa dari Isa Al-Masih dan Al-Quran
- Al-Fatihah: Doa Orang Muslim dan Nasrani Siapa Yang Menjawabnya?
- Kisah Muslimah Iran Berdoa Pada Isa Al-Masih Dan Mendapat Jawaban
Video:
Fokus pertanyaan untuk dijawab :
- Mengapa cocok jika Al-Fatihah disebut ad-du’au?
- Apakah anda kadang-kadang berdoa seperti orang Farisi yang Isa Al-Masih ceritakan itu? Apakah anda merasa Tuhan mendengarkan doa anda?
- Akankah anda mempertimbangkan memanjatkan doa seperti yang dipanjatkan oleh si pemungut cukai tersebut? Maukah anda bebas dari beban dosa seperti yang dialaminya?
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Al-Fatihah – Do’a dan Dua Orang Yang Berdoa”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
*
Para Staff IDI,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”.
Adapun ayat di atas ini adalah terjemahan ayat Al-Fatihah kata demi kata. Adapun makna dari ayat tersebut adalah “Bimbinglah kami di dalam agama Islam yang Engkau ridhoi”.
Mudah-mudahan anda memaklumi.
~
Dalam Qs 2:142 berbunyi: “Katakan: Timur dan Barat kepunyaan Allah, Dia beri petunjuk kepada siapa yang dikehendakinya ke jalan yang lurus”.
Jalan lurus adalah merupakan dambaan setiap insan. Namun masih banyak orang yang belum mengetahui apa maksud dari jalan lurus ini?
Secara sederhana Imam Tabari menyatakan bahwa jalan lurus adalah jalan yang jelas dan tidak berliku-liku. Jalan yang segera menghantarkan ke tempat tujuan.
Surat Al-Fatihah sendiri juga memberikan jawaban, Jalan lurus yang dimaksud adalah: jalan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, itulah orang-orang yang bahagia, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula orang-orang yang sesat.
Jadi jalan lurus adalah jalan menuju ke sorga. Untuk ini Isa Al-Masih mengatakan: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
~
SL
*
Jalan lurus adalah jalan menuju ke sorga. Untuk ini Isa Al-Masih mengatakan: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Adapun ayat di atas ini hanyalah ditujukan buat umat bani Israel. Sebagaimana bunyi Injil Rasul Besar Matius 15:24 yang menyebutkan: “Tidaklah aku diutus kepada yang lain kecuali kepada domba domba yang sesat diantara umat Bani Israel”.
Dengan ini jelaslah bahwa Isa Al-Masih diutus untuk menyelamatkan umat bani Israel. Dan di ayat lainpun demikian pula pernyataan-Nya.
~
Al-Quran dan Injil memberikan pandangan bagaimana seseorang dapat memperoleh keselamatan. Al-Quran memerintahkan manusia untuk mencari jalan keselamatan, “Tunjukilah kami jalan yang lurus” (Qs 1:6).
Injil memberikan jawaban bahwa Isa Al-Masih adalah jalan keselamatan, “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Mengingat singkatnya waktu yang dimiliki Isa Al-Masih ketika berada di bumi. Dia memberitakan Injil menggunakan prioritas pertama untuk umat Israel, setelah itu baru kepada semua umat manusia. Karena Dia datang untuk mencari dan menyelamatkan semua umat manusia yang terhilang (Injil, Rasul Lukas 19:10).
~
SL
*
Mengingat singkatnya waktu yang dimiliki Isa Al-Masih ketika berada dibumi. Dia memberitakan Injil menggunakan prioritas pertama untuk umat Israel, setelah itu baru kepada semua umat manusia. Karena Dia datang untuk mencari dan menyelamatkan semua umat manusia yang terhilang (Injil, Rasul Lukas 19:10).
Sungguh pandai para Staff IDI mengartikan bahwa begitu singkatnya keberadaan Isa Al-Masih di bumi sehingga dia memprioritaskan untuk umat Israel. Atas alasan apa anda berpikiran seperti itu. Tunjukkan kepada saya di ayat apa dan di surat apa tercantum keterangan anda itu?
~
Secara implisit ayat dalam Injil menyatakan masa pelayanan Isa Al-Masih di bumi lebih kurang selama 3 tahun.
Tahun pertama dapat disebut sebagai tahun ketidakjelasan, disebabkan catatan yang dimiliki mengenai tahun ini sangat sedikit, dan disebabkan oleh karena selama itu Isa Al-Masih hanya sedikit muncul dihadapan umum. Tahun ini dihabiskan oleh-Nya di Nazaret.
Tahun kedua adalah tahun pelayanan publik, selama tahun ini, beberapa daerah telah mengenal Isa Al-Masih; kegiatan-Nya tetap, dan reputasi-Nya telah terkenal di seluruh negeri. Bahkan hampir di seluruh Galilea.
Tahun ketiga adalah tahun perlawanan, ketika pelayanan publik berkurang. Musuh-musuh-Nya bertambah dan melawan Isa Al-Masih secara terus-menerus, dan akhirnya Isa Al-Masih menjadi korban dari kebencian. Enam bulan pertama dari tahun terakhir ini dilewati di Galilea, dan enam bulan terakhir dilalui-Nya di daerah lain.
Injil adalah saksi mata dari segala sesuatu yang telah Isa Al-Masih firmankan dan kerjakan dalam berbagai segi.
~
SL
*
Doa dalam Islam dianjurkan dan dilakukan dalam segala hal, baik mau tidur, makan, keluar rumah, masuk wc, berpakaian dan lain lain. Intinya Islam mengajarkan berdoa dalam segala kegiatan.
~
Alkitab tidak pernah berhenti menasihati agar kita selalu bertekun di dalam doa.
“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Injil, Surat Roma 12:12).
Bagi umat Kristen, doa itu menjadi nafas hidup! Bayangkan jika kita tidak dapat bernafas beberapa menit saja kita pasti akan mati. Tanpa doa kita pun akan mengalami kematian rohani. Terlebih di masa-masa sulit sekarang ini, sangatlah penting bagi kita untuk berdoa agar kerohanian kita mengalami kemajuan dan kuat di segala keadaan.
Apa sebenarnya yang terjadi ketika orang Kristen berdoa? Kita berkomunikasi dengan Tuhan. Doa adalah suatu hubungan yang intim/akrab antara kita sebagai anak dengan Tuhan sebagai Bapa kita. Hubungan ini bersifat dua arah: kita mencurahkan isi hati kita kepada Tuhan dan kita memberi kesempatan Dia berbicara kepada kita.
~
SL
*
Tunjukkilah kami jalan yang lurus (Qs 1:6).
Jawabannya adalah “(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat” (Qs 1:7).
~
Umat Muslim, setiap kali sholat selalu minta kepada Allah agar ditunjukkan kepada jalan yang lurus.
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat” (Qs 1:6-7).
Dalam Kitab Suci sebagai jalan kepada Allah, Isa Al-Masih menjawab, “Akulah jalan” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Isa Al-Masih tidak hanya memberi nasehat tetapi Dialah yang menuntun dan memimpin secara pribadi setiap hari. Dia tidak mengatakan tentang jalan itu, tetapi Dia adalah jalan itu.
~
SL
~
“Jalan Lurus” ini tidak dapat kita artikan seperti lurus tanpa berliku. Lurus dalam artian tinggi tidak berbentuk. Lurus adalah jalan.
Seperti kata Jalaludin Rumi berhubungan dengan perkataan kitab Mazmur “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.”
~
Saudara Rizky,
Terimakasih untuk penjelasananya.
Mari kita melihat pernyataan Yesus berikut ini: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6)
Kita tahu bahwa setiap nabi menunjukkan pengikutnya kepada “Jalan Lurus.” Namun tidak satupun dari mereka yang berani mengatakan bahwa mereka adalah “jalan” itu. Hanya Isa Al-Masih yang dengan tegas mengatakan bahwa Dia adalah “Jalan.”
Bagaimana pandangan Sdr. Rizky tentang hal ini?
~
Saodah
~
Isa Al-Masih adalah jalan yang lurus, tidak ada nabi atau utusan dari Allah yang berani mengucapkan perkataan tersebut. Tetapi juga tidak ada seorang nabi manapun yang berani mengucapkan bahwa dirinya adalah Allah dan harus menyembah dirinya sebagai Allah.
“Akulah jalan yang lurus/jalan kebenaran dan hidup…” Ini adalah kata-kata Allah untuk manusia yang disampaikan/diucapkan oleh Yesus.bKata Yesus, “semua perkataanku adalah berasal dari Bapa”. Jadi bukan berasal dari Yesus sendiri. Bijaksanalah dalam memahami Kitab.
~
Salam Sdr. Arif,
Terimakasih untuk pemapran saudara yang begitu baik.
Pernyataan Isa Al-Masih di atas jelas adalah pernyataan Tuhan. Tidak mungkin manusia berani berkata demikian, bukan? Dan lagi, tidak mungkin manusia mampu menyamai diri seperti Allah, melakukan hal-hal yang hany adapat dilakukanoleh Allah. Tetapi mungkinkah Allah dapat menjadi manusia? Menurut saudara yang manakah yang lebih mungkin?
Isa Al-Masih pernah bersabda “Aku dan Bapa adalah satu” (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:30). Kami harap saudara dapat mempelajari lebih dalam tentang Isa Al-Masih. Terimakasih.
~
Salma
~
Pembaca yang budiman,
“Tunjukilah Kami jalan yang lurus”.
Makna dari jalan lurus itu adalah jalan yang terang dan jelas serta mengantarkan orang yang berjalan di atasnya untuk sampai kepada Allah SWT dan berhasil menggapai surga-Nya. Hakikat jalan lurus (shirathal mustaqiim) adalah memahami kebenaran dan mengamalkannya. Oleh karena itu ya Allah, tunjukilah kami menuju jalan tersebut dan ketika kami berjalan di atasnya.
Yang dimaksud dengan hidayah menuju jalan lurus yaitu hidayah supaya bisa memeluk erat-erat agama Islam dan meninggalkan seluruh agama yang lainnya. Adapun hidayah di atas jalan lurus ialah hidayah untuk bisa memahami dan mengamalkan rincian-rincian ajaran Islam. (Taisir Karimir Rahman, hal. 39).
AZ
~
Saudara Ahmad Z,
Terimakasih untuk penjelasan yang sudah saudara sampaikan di atas.
Setelah membaca penjelasan sdr di atas, satu pertanyaan dari kami: Apakah dengan memeluk erat-erat agama Islam, saya pasti masuk sorga? Adakah jaminan kepastian akan hal itu?
Sebagaimana orang yang memeluk agama Islam, tentu tidak luput dari dosa, bukan? Nah, apakah orang Islam yang berdosa boleh masuk sorga?
Lalu, bagaimana dengan ayat Al-Quran berikut ini: “Barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Qs 2:81)?
Kiranya Sdr. Ahmad tidak keberatan untuk menjelaskannya.
~
Saodah
~
Dialah Al-Quran, tidak ada keraguan di dalamnya, pentunjuk bagi orang yang bertakwa. Orang-orang yang beriman, percaya kepada yang tidak terlihat/gaib, yang mendirikan solat, yang mengeluarkan sebagian hartanya untuk orang orang miskin.
Dan mereka yang beriman keapda kitab yang diturunkan kepada Muhammad dan kepada kitab yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad.
~
Salah satu ayat dalam Al-Quran berkata, “Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa” (Qs 5:46).
Menurut ayat di atas, yang menjadi petunjuk serta pengajaran bagi orang-orang bertakwa bukan Al-Quran. Melainkan Kitab Suci Injil dan Taurat. Lalu, mengapa sdr mengingkari isi Kitab Suci Injil dan Taurat?
~
Saodah
~
Staf I&A,
Doa yang diambil dari Injil, Rasul Besar Matius 6:9-13, menunjukan bahwa kalau berdoa disampaikan kepada Bapa, bukan kepada Yesus. Banyak lagi doa-doa dalam Injil yang ditujukan kepada Bapa, bukan pada Yesus, karena Yesus tidak pernah mengajarkan bahwa Dia Tuhan.
Cara berdoa ini sama dengan doa orang Islam agar ditujukan pada Allah sang Maha Esa dan Maha Kuasa.
~
Saudara Malikul Kudus,
Terima kasih atas komentar saudara. Maaf kami mengedit komentar saudara. Kami mengambil yang sesuai dengan topik di atas.
Sdr Malikul benar, doa yang diajarkan Isa Al-Masih ditujukan kepada Bapa. Perlu Sdr. Malikul ketahui bahwa Bapa dan Yesus adalah satu. Silakan baca penjelasan kami selengkapnya di sini http://tinyurl.com/kdjkvpm
~
Daniar