Semua mukmin pasti ingin taqwa kepada Allah. Namun, sebagai manusia kita jelas penuh kelemahan dan dosa.
Apakah pengertian taqwa yang sebenarnya? Dan bagaimana manusia bisa beribadah sempurna agar mendapat surga?
Mari kita simak pembahasan mengenai berbagai pertanyaan tentang taqwa. Anda akan melihat pertolongan Allah bagi manusia yang penuh dosa.
Apa Pengertian Taqwa Dalam Islam?
Kata taqwa secara etimologi berarti hati-hati, waspada, mawas diri. Terutama dipakai dalam konteks memelihara keimanan dan ibadah kepada Allah.
Banyak umat memberi pertanyaan tentang taqwa. Guru agama memberi definisi sederhana. Yaitu melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Hal ini terambil dari Hadits. “… jika aku melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah, dan apabila aku perintahkan kalian dengan sesuatu maka kerjakanlah semampu kalian” (Hadits Bukhari 6744).
Apakah Kaitan Antara Iman Dan Taqwa?
Umat yang taqwa pasti akan berusaha melakukan seluruh perintah Allah. Walau kadang sulit karena ada banyak sekali peraturan.
Guru agama menjelaskan alasannya adalah karena keimanan kepada Allah. Umat yang mengimani Allah pasti akan berusaha melakukan yang terbaik. Jadi jelas bahwa iman adalah landasan untuk umat taqwa.
Bagaimana Implementasi Iman Dan Taqwa Dalam Kehidupan Sehari-Hari?
Ada banyak peraturan yang perlu umat ikuti. Salah satu contoh penerapan taqwa terambil dari Surah Al–Baqarah, ayat 177.
- Memberi amal dan sedekah.
- Taat melakukan sholat.
- Memiliki moral yang baik.
- Memegang teguh janji.
- Tidak berbohong.
- Sabar dalam penderitaan.
- Dan sebagainya.
Memang ada banyak kewajiban ibadah. Namun mukmin berusaha memenuhi semua hal ini. Apakah tujuannya?
Mengapa Taqwa Penting?
Mukmin yang baik akan berusaha untuk taqwa. Yaitu melakukan semua perintah Allah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan rahmat-Nya dalam kehidupan.
Ada banyak contoh rahmat Allah bagi umat yang taqwa. Beberapa di antaranya:
- Allah akan memberikan jalan keluar dari masalah (Qs 65:2).
- Allah akan mencukupkan keperluannya (Qs 65:3).
- Allah akan mengampuni dosa (Qs 33:71).
Namun jelas ada banyak sekali peraturan agama. Semuanya perlu ditaati.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang taqwa selanjutnya. Yaitu bagaimana jika manusia tidak mampu melakukannya?
Bagaimana Dengan Manusia Yang Penuh Kelemahan Dan Dosa?
Al-Quran mengajarkan bahwa Allah akan memperhitungkan setiap perbuatan manusia (Qs 2:281). Namun ada banyak mukmin yang bergumul karena banyak lupa sholat. Juga belum bisa memenuhi semua jatah puasa. Atau belum mampu ibadah haji.
Juga banyak mukmin bergumul dengan sikap sehari-hari. Misalnya banyak yang emosi dalam berkendaraan. Atau tergoda berbohong di kantor. Maupun melihat pornografi di internet.
Al-Quran memperingatkan bahwa Allah akan memberi hukuman atas dosa. Nantinya ada timbangan perbuatan manusia. Harus lebih banyak kebaikan untuk masuk surga.
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. … (Yaitu) api yang sangat panas” (Qs 101:6-11).
Yakinkah Anda bahwa kebaikan Anda akan lebih besar? Mampukah semua amal dan ibadah melebihi pelanggaran dan dosa di hidup Anda? Banyak mukmin merasa amal baiknya tidak cukup.
Faktanya manusia tidak dapat menaati semua perintah dan menjauhi semua larangan Allah. Semua manusia pasti telah berdosa. Jika demikian akan menderita hukuman kekal di neraka.
Allah mengerti keadaan ini. Karena itu Ia ingin menolong manusia.
Pertolongan Allah Bagi Manusia Berdosa
Pertolongan Allah dapat kita lihat dari ajaran Isa Al-Masih. Al-Quran menyatakan Isa menjadi petunjuk untuk umat yang mau taqwa.
“… Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa” (Qs 5:46).
Karena itu mari kita lihat dari petunjuk Kitab Allah. Kitab Taurat menyatakan bahwa Allah Maha Kudus (Taurat, Imamat 19:2). Karena itu manusia berdosa tidak akan sanggup mendekat kepada-Nya.
Ajaran Isa menyatakan dengan tegas. “… mereka semua [manusia] ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: Tidak ada yang benar, seorangpun tidak” (Injil, Roma 3:9-10).
Karena itu Allah memberi jalan untuk manusia berdosa. Allah mau menolong dengan memberikan perwujudan Firman-Nya (Kalimatullah) menjadi manusia.
Inilah Isa Al-Masih yang adalah kebenaran. Karena itu Isa adalah petunjuk untuk orang yang bertaqwa.
Jika Anda mengimani dan menjadi pengikut Isa, maka akan ada pengampunan dosa. Tersedia rahmat Allah bagi kehidupan Anda. Bahkan akan ada jaminan surga.
“Semua orang sudah berdosa dan jauh dari Allah yang hendak menyelamatkan mereka. Hanya karena rahmat Allah saja yang diberikan dengan cuma-cuma, hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali. Caranya ialah: manusia dibebaskan oleh Kristus Yesus [mengimani Isa Al-Masih]” (Injil, Roma 3:23-24, BIS).
Mengimani Isa Untuk Mendapatkan Rahmat Allah
Maukah Anda menerima pertolongan Allah untuk manusia? Isa Al-Masih menjadi jalan untuk manusia berdosa.
Mari mengimani dan menjadi pengikut Isa! “… supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya [Isa Al-Masih] tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal [surga]” (Injil, Yohanes 3:16).
[Staf Isa dan Al-Fatihah – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Al-Fatihah.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut Saudara, ketakwaan dalam Islam 51% atau lebih ataukah ketaatan 100% yang benar? Berikan alasannya!
- Mengapa Allah harus menuntut ketakwaan sempurna (100%) kepada manusia?
- Bagaimana kematian Isa Al-Masih menjadi solusi terbaik bagi ketaatan manusia yang tidak mencapai 100%?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Berikut ini dua link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Pertanyaan Tentang Taqwa, Dapatkah Menjamin Masuk Surga?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
~
Dengan menjalani apa perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya itu menunjukkan ketaqwaan 100%. Larangan utama Allah adalah menjadikan makhluk sebagai tuhan, ada Allah lain selain Allah. Jika hal itu terjadi maka 100% manusia itu tidak tahu diri dan tidak bertaqwa kepada Allah. Tempatnya neraka selama-lamanya.
~
Saudara Gandhi Waluyan,
Memang takwa adalah menaati Allah secara sempurna (100%) dan tidak boleh berdosa satu pun, bukan?
Tapi Al-Quran menuliskan,“. . . orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan . . . yang timbangan (kebaikan) nya ringan, maka tempat kembalinya adalah neraka . . .” (Qs 101:6-9). Timbangan kebaikan lawannya timbangan keburukan (dosa). Artinya masih ada dosa, belum bertakwa 100%, bukan? Nah, bukankah itu bertentangan dengan makna ketakwaan “yaitu mengikuti segala perintah dan segala larangan Allah (100%)?”
~
Daniar
~
@Daniar,
Timbangan kebaikan lawannya timbangan keburukan (dosa). Artinya masih ada dosa, belum bertakwa 100% bukan? Nah bukankah itu bertentangan dengan makna ketakwaan “yaitu mengikuti segala perintah dan segala larangan Allah (100%)?”
Respon: Dimana anda jumpai definisi ketakwaan mesti 100%. Definisi sendiri-sendiri ya!
~
Saudara Semut,
Terima kasih telah menanggapi komentar kami. Apakah definisi takwa dalam artikel di atas tidak benar? Bagaimana definisi takwa menurut pengetahuan saudara atau ajaran Islam? Apakah takwa kepada Allah bukan 100%, hanya cukup 51% atau lebih? Satu lagi pertanyaan kami, apakah ketakwaan saudara dapat menjamin saudara masuk sorga?
Kami tunggu penjelasan saudara, terima kasih.
~
Daniar
~
Pendeta Daniar,
Manusia diberi ‘free will’ dan nafsu serakah. Mana bisa manusia zero dosa. Yang zero dosa, 100% kudus adalah robot!
~
Saudara Semut,
Bagaimana penjelasan saudara akan pertanyaan-pertanyaan kami pada kolom komentar sebelumnya? Silakan ditanggapi!
Kami setuju bahwa manusia diberi kehendak bebas. Allah memberi manusia kesempatan untuk membuat pilihan yang betul-betul mempengaruhi nasib mereka. Faktanya manusia berdosa, mengindikasikan bahwa itu adalah akibat dari pilihan yang salah. Jadi ketakwaan kita tidak mencapai 100% dan pasti menderita hukuman kekal di neraka, bukan?
Robot adalah buatan manusia, dapatkah yang berdosa membuat yang kudus? Tentu tidak, bukan?
~
Daniar
~
@Pendeta Daniar,
Robot adalah buatan manusia, dapatkah yang berdosa membuat yang kudus? Tentu tidak, bukan?
Respon: Kenapa Tuhan tidak jadikan manusia saperti robot tanpa ‘free will’ dan nafsu serakah? Sebagai robot, manusia menjadi kudus dan Tuhan tidak perlu mengurbankan Anak Tunggal-Nya sebagai penebus manusia dosa. Fair and square!
~
Saudara Semut,
Sekali lagi, bagaimana tanggapan saudara dengan pertanyaan kami sebelumnya?
Saudara Semut, Tuhan menciptakan segala sesuatu karena kehendak-Nya dan segala sesuatu yang diciptakan sangat baik. Lagi, Tuhan adalah Maha Pengasih dan Penyayang. Bukan Pencipta yang dektator. Kasih kepada Allah tidak ada paksaan, Ia ingin kita mengasihi dengan tulus dari dalam hati kita bukan karena paksaan, ketakutan.
Dengan kehendak bebas yang diberikan Allah pada kita marilah kita membuat pilihan yang benar dan tepat. Dan dengan mengetahui kelemahan kita, marilah kita datang kepada Allah yang adalah Pencipta kita. Karena hanya ada satu cara yang dapat membersihkan hati kita dari segala kejahatan dan dosa kita, yaitu Isa Al-Masih. “. . . dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa” (Injil, Surat 1 Yohanes 1:7).
~
Daniar
~
@Pendeta Daniar,
Saudara Semut, Tuhan menciptakan segala sesuatu karena kehendak-Nya dan segala sesuatu yang diciptakan sangat baik.
Respon: Kalau diciptakan sangat baik, mengapa Tuhan Yesus menyesal dan pilu hati karena telah menciptakan manusia yang akhirnya cenderung berbuat jahat di muka bumi (Kejadian 6:5-6)!
~
Saudara Semut,
Yang menyebabkan Allah sedih adalah manusia hidup dalam dosa, bukan keberadaan manusia. Kita masih hidup sampai sekarang, bukan? Ini menjadi bukti nyata Allah tidak mengubah pikiran-Nya soal penciptaaan manusia.
Sdr. Semut, saat ini kita sedang berdiskusi yaitu saling bertanya dan menjawab. Maka agar beribang silakan jawab dong pertanyaan kami di atas yang belum saudara jawab-jawab. Atau mungkin saudara sependapat dengan tanggapan kami?
~
Daniar
~
Saudara Semut,
Kami sangat senang dan berterima kasih saudara telah memberikan komentar di ruang ini. Tapi maaf kami menghapus komentar saudara. Karena komentar saudara sudah meluas dan tidak fokus pada topik di atas. Untuk itu, bila saudara ingin bertanya atau mendiskusikan diluar topik di atas silakan email kami di [email protected]
Terimakasih atas perhatiannya.
~
Daniar
~
To staff,
Bilangan 23:19, “Allah bukanlah manusia sehingga Ia berdusta, bukan anak manusia sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?”
Respon: Jadi tidak mungkin Allah menjadi manusia karena hakekat manusia berdosa, membutuhkan sesuatu, memohon/ketidakmampuan. Anda bisa baca AlKitab anda bahwa Isa tidak pernah mengatakan “Akulah Allah”. Isa hanyalah seorang utusan yang diutus oleh Allah, Isa mendapatkan firman Allah yang berarti Allah yang mengirimkan Firman artinya kata-kata tersebut bukan berasal dari Isa sendiri melainkan Allah yang mengutus-Nya.
Jawaban seperti apakah supaya anda menjadi Muslim!!!
~
Saudara Hamba,
Terima kasih telah memberikan komentar. Tepat sekali yang saudara sampaikan bahwa manusia berdosa. Sehingga tidak dapat menaati Allah dengan sempurna dan pasti dihukum di neraka kekal.
Sedangkan Isa Al-Masih tanpa dosa. Justru Dia yang dapat mengampuni dosa, menyucikan hati kita dari dosa dan menjamin masuk sorga.
“. . . darah Yesus [Isa Al-Masih] . . . menyucikan kita dari pada segala dosa” (Injil, Surat 1 Yohanes 1:7).
~
Daniar.
~
Taqwa dalam Islam adalah takut sebenar-benarnya takut kepada Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Apakah hanya dengan takut saja? Menjalankan segala perintahnNya itu amal saleh. Apa perintahNya? Yaitu Hablumminallah (beribadah hanya kepada Allah bukan pada manusia) dan hablumminannas (perbuatan baik kesesama manusia).
Tentunya sebagai manusia tidak luput dari dosa. Ucapan yang menyakitkan terutama kepada orang tua kandung itu dosa biar sedikit pasti pernah kita lakukan, seperti Yesus yang pernah juga membentak ibunya. Namun perbuatan baik meskipun hanya sebutir biji sesawi juga akan dihitung sebagai kebaikan dan akan ditimbang. Di situlah letak keadilan Allah, dosa dan amal ditimbang adil.
~
Saudara Gandhi Waluyan,
Bukankah jelas dari uraian saudara di atas bahwa manusia tidak luput dari dosa artinya manusia tidak dapat menaati Allah secara sempurna (100%). Nah, mungkinkah seseorang bisa diselamatkan hanya dengan ketaatan 51% atau kurang dari 100%? Dapatkah saudara menjelaskannya?
~
Daniar
~
Saudara Hamba,
Kami sangat senang saudara berkenan memberikan komentar. Namun karena komentar saudara tidak sesuai dengan topik yang dibahas di atas, maka maaf kami tidak menampilkannya.
Bila saudara ingin membahas atau bertanya diluar topik di atas, silakan saudara mengirimkan lewat email di [email protected]. Kami dengan senang hati akan menjawab dan mendiskusikannya di sana.
Terima kasih atas perhatiannya.
~
Daniar
~
Buat Staff Isa: Salah satu ciri orang bertaqwa adalah ‘bahwa orang tersebut senantiasa meminta ampunan kepada Allah atas dosa yang telah diperbuatnya’. Tidak ada ajaran yang mengatakan bahwa ‘orang bertaqwa adalah orang yang tidak pernah berbuat dosa atau kesalahan”. Jika ada orang ingin/bercita-cita untuk sama sekali tidak punya dosa, maka orang itu telah kafir kepada Allah SWT. Kenapa? Ya, karena orang itu sudah tidak percaya lagi kepada salah satu dari “99 Nama Allah SWT”, yaitu “Al Ghaffur/Yang Maha Pengampun”.
~
Saudara Pradjanto, SH.Msi,
Menurut saudara orang bertakwa adalah juga orang berdosa, benar begitu? Pertanyaan kami, apakah definisi takwa menurut saudara? Dapatkah ketakwaan dalam Islam menjamin masuk sorga?
Terima kasih kami tunggu tanggapan saudara.
~
Daniar
~
Kalau membicarakan tentang Islam, bertanyalah dengan orang Islam. Apa anda yakin pernah bertemu orang Islam? “yang mengaku banyak”
Timbangan? Timbangan yang mana? Apa yang mau di timbang? Kalau mau masuk sorga hanya atas timbangan amal, terus kenapa ada jembatan siratal mustaqim?
Buat apa ditimbang? Buat apa jembatan ke sorga? Sorga itu yang mana? Neraka itu yang mana?
Coba jawab pertanyaan saya 1 saja, baik yang mengaku Islam atau kamu yang Non.
Langit itu di atas. Atas mana? Bumi kan bulat? Kekuasaan Allah meliputi timur dan barat. Timur itu dimana? Barat itu dimana? Yang sebenernya? Kan bumi bulat? Masak timur orang Kutub sama dengan timur orang Indo?
Semua bahasa ulama itu kiasan. Paham?!
~
Saudara Naqsabandiyah,
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk berkunjung dan memberi komentar di sini. Kami setuju dengan sdr, demikian yang kami lakukan. Bahkan kami belajar Al-Quran. Kami sangat bersyukur dapat bertemu dengan saudara. Apakah saudara orang Islam? Kalau ya, tepat sekali jika pertanyaan-pertanyaan saudara itu dapat saudara berikan penjelasan. Sehingga kami dan pengunjung di sini mendapatkan informasi yang tepat tentang timbangan, jembatan siratal mustaqim, sorga, dan neraka.
Menurut saudara Naqsabandiyah apakah yang dapat menjamin kita masuk sorga?
Demikian dulu dari kami, kami tunggu tanggapan saudara.
Terimakasih.
~
Daniar
~
Sudah hampir setahun saya tidak menanggapi komentar Daniar, saya masih gagal paham dengan pengertian Kristen. Apa dengan hanya percaya Yesus, percaya darah yang tumpah sudah dianggap 100% takwa dan tidak akan masuk neraka. Apakah karena dalam Kristen tidak ada perintah dan larangan, hanya modal percaya saja? Lalu dosa-dosa harian yang dilakukan itu siapa yang menanggung?
Kalau soal takwa atau yakin Muslim lebih unggul dari Kristen. Sebab untuk jadi Muslim itu lebih berat syaratnya. Banyak yang harus ditinggalkan. Misalnya dalam Kristen mabok-mabokan, makan babi tidak dosa dan hidup serumah tanpa nikah boleh. Dalam Muslim itu semua dosa.
~
Saudara Gandhi Waluyan,
Terimakasih saudara sudah meluangkan waktu untuk kembali menanggapi komentar kami. Saran kami silakan direnungkan penjelasan kami ini, kiranya Allah membukakan pengertian bagi saudara.
Allah yang Suci harus menghukum dosa? Dan Allah yang Kasih harus mengampuni dosa. Kematian Isa Al-Masih untuk menanggung hukuman dosa manusia. Melalui kematian-Nya itu, Ia mengaruniakan pengampunan dosa dan hidup yang kekal bagi orang yang percaya kepada-Nya. Sehingga tuntutan kesucian/keadilan dan kasih Allah terpenuhi secara harmonis. “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran” (Injil, Surat 1 Petrus 2:24).
Allah sendiri tahu bahwa kita tidak akan hidup sempurna. Yang dirindukan Allah supaya dengan tulus kita berusaha menaati dia. Apabila kami kurang dari apa yang diharapkan kami diberi satu janji lagi. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (Injil, Rasul I Yohanes 1:9). Juga baca ayat sebelumnya. Jadi bukan bebas berdosa. Justru harus hidup dalam kebenaran dan kudus.
~
Daniar