Pelaku bom di polsek Astana Anyar, Bandung, jelas tidak mengasihi orang yang berbeda keyakinan/pandangan dengan dirinya. Pengeboman itu menimbulkan korban meninggal seorang polisi. Jika mengasihi dan menghargai pasti tidak menyakiti.
Kita semua ingin mendapat penerimaan dan kasih dari orang lain, termasuk dari yang berbeda agama dengan kita. Kaum Atheis dan Agnotis mengkritik umat beragama oleh karena mereka cenderung tidak dapat menghargai orang yang berbeda keyakinan.
Bagaimanakah umat beragama dapat mewujudkan saling menghargai antar sesama manusia?
Al-Fatihah Ayat 5 dan Saling Menghargai Sesama Manusia
Al-Fatihah, ayat 5 berbunyi,“Iyakka nasta’In”(Hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan!). Ayat ini dapat membantu menghentikan konflik atas nama agama dan mendapatkan pertolongan Allah. Bagaimanakah syaratnya?
Menurut pakar Islam, Bpk. M. Quraish Shihab, “Kehidupan bermasyarakat yang sehat adalah ketika setiap anggotanya saling menghargai walaupun terdapat perbedaan pendapat, ras, suku atau kepercayaan dan agama. Semua anggota masyarakat harus menghargai aturan, kode etik, batasan, serta menawarkan cinta kasih kepada anggota masyarakat lainnya. . . . [inilah] syarat pertama dari kehadiran bantuan Ilahi” (Dikutip dari Tafsir Al-Mishbah, hal. 73).
Jika umat beragama di Indonesia memperhatikan nasehat itu, maka tidak ada orang beragama yang meneror penganut agama lain. Tidak ada orang Ahamadiyah yang dibunuh. Sebaliknya yang terjadi ialah saling menghargai dan menghormati perbedaan. Sehingga terwujud kedamaian di antara masyarakat.
Pertolongan dan Penganiayaan
Para Mukmin mengucapkan Al-Fatihah ayat lima, 17 kali sehari dalam sholat mereka. Namun, karena tidak memahami maknanya seperti penjelasan Bpk. Quraish di atas, maka ada di antara mereka yang tidak menghargai penganut agama lain. Jelas, tindakan itu melanggar makna Al-Fatihah ayat 5.
Jadi jika seseorang meminta pertolongan Allah, maka wajiblah menghargai sesamanya yang berbeda agama dan keyakinan. Itulah yang benar. Supaya Allah menjawab doa mohon pertolongan itu.
Anda pasti tidak setuju jika ada orang non-Islam yang rajin beribadah dan berdoa kepada Tuhannya, tetapi memusuhi umat agama lain. Seperti suku Rohingya Muslim yang mengalami penindasan di Myanmar yang mayoritas beragama Budha. Relasi dengan Allah yang benar terwujud dalam menghargai sesamanya meski berbeda agama.
Fakta Penganiayaan atas Nama Agama
Sayangnya, ada banyak kasus penganiayaan di seluruh dunia. Empat orang Syiah digantung mati di Giza, Mesir oleh golongan Salafi (tahun 2013). Hingga tahun 2022 ini golongan Islam Sunni masih jadi warga negara kelas dua di Iran yang mayoritas Syiah.
Hak mereka tidak sama dengan kaum Islam Syiah. Begitu juga dengan kaum minoritas lainnya di sana.
Kita masih ingat, pembakaran rumah penganut Syiah di Sampang, Madura oleh aliran Sunni. Masyarakat umum juga mengetahui pembunuhan jemaah Ahmadiyah oleh sekelompok umat Islam. Kejadian beberapa tahun lalu itu jadi pembelajaran bagi orang Indonesia untuk saling menghargai perbedaan.
Hal serupa juga terjadi dalam aliran Kristen tertentu. Misalnya, perselisihan antara Protestan dan Katolik di Irlandia Utara. Orang Hindu dan orang Budha juga mengalami hal yang sama. Di samping itu, antar umat beragama tidak jarang saling bermusuhan.
Melihat kondisi ini, bukankah pantas orang ateis dan agnostik tertawa. Sebagai orang beragama, tentunya kita malu, bukan?
Dukungan Injil untuk Pandangan M. Shihab
Tulisan Bpk. M. Shihab di atas dapat tersimpulkan dengan Hukum Kasih Kedua yang Isa Al-Masih ajarkan. Bunyinya, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Injil, Matius 22:39). Injil menyaksikan Isa Al-Masih memberi pola sempurna bagaimana mengasihi sesama manusia.
Isa Al-Masih mengajarkan Hukum Emas sebagai bukti mengasihi sesamanya. “Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka” (Injil, Lukas 6:31). Jika Anda ingin dapat hormat dari orang lain, maka wajiblah Anda menghargai.
Setiap penganut agama membutuhkan penghargaan dan penerimaan dari penganut agama lainnya. Agar lingkungan dan negara kita aman dan damai. Karena itu kita wajib saling menghargai sesama manusia, apapun agamanya.
Contoh, kita dapat menolong masyarakat yang mengalami musibah tanpa memandang agamanya. Semua penganut agama harus menyatakan kebaikan sebanyak mungkin kepada semua orang.
Terutama, justru yang kepada mereka berbeda keyakinan dengan kita. Allah pasti senang dengan perbuatan itu.
Kasih Ilahi Kunci Mengasihi Sesama
Memang, mengasihi sesama bisa sangat sulit ketika punya beda pandangan atau kepercayaan. Tapi, Isa Al-Masih memberikan kita contoh yang termulia.
Isa bersabda bahwa kasih yang terbesar ialah “… kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Injil, Yohanes 15:13).
Ia tidak hanya mengajar demikian tapi juga telah memberikan nyawa-Nya bagi tebusan banyak orang. “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita” (Injil, Surat 1 Yohanes 3:16).
Isa Al-Masih adalah Sahabat sejati dan Juruselamat orang berdosa. Dengan percaya kepada-Nya, Anda akan memiliki kelimpahan kasih-Nya. Sehingga Anda dapat mengasihi dan menghargai sesame. Sekaligus dapat meminta pertolongan dari Allah.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- 5 Alasan Muslim di Indonesia Harus Menolak Kekerasan
- Bagaimana Islam Dan Nasrani Mengajarkan Cinta Damai?
- Bagaimana Ajaran Kasih Dalam Islam Dan Injil?
Video:
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI mengharapkan komentar dari para pembaca. Kiranya komentar yang diberikan hanya menanggapi pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Mengapa ada pertikaian antara sesama aliran Islam, walaupun menurut pemimpin Islam, seperti M. Shihab, mereka harus menghargai satu sama lain?
- Menurut saudara, apakah ada manfaat mengajarkan semua orang beragama tentang prinsip saling mengasihi, seperti yang ditekankan Isa Al-Masih? Kalau tidak setuju, mengapa?
- Mengapa di antara semua tokoh agama di dunia, hanya Isa Al-Masih yang mengemukakan konsep mengasihi sesama, seperti mengasihi diri sendiri?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Untuk komentar atau pertanyaan yang berbeda, silakan kirim lewat email ke staf kami di: [email protected].
Demikian, kami harap diskusi kita akan menjadi semakin terarah dan tidak keluar dari topik artikel.
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Al-Fatihah Ayat 5, Pertolongan dan Penganiayaan”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
*
Benar! Iman, pengharapan, dan kasih. Dan yang paling besar diantaranya adalah kasih.
~
Saudara Rapindo,
Terima kasih atas komentar saudara, kiranya dapat memberikan berkah bagi kita semua.
Allah telah mendemonstrasikan kasih-Nya kepada kita, karena Allah adalah kasih, tidak dikatakan bahwa Allah adalah iman atau Allah adalah pengharapan. Kasih adalah “atribut” Allah. “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (Injil, Surat 1 Yohanes 4:8).
Kasih adalah cara yang paling sempurna, juga yang paling dasar, cara bagi semua. Dalam Injil, Surat 1 Korintus 13:13 dijelaskan “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih”.
~
SL
~
Dan aneh nya yang nyata, pengikut Yesus yang katolik dan protestan masih berselisih menurut tulisan anda di atas. Berarti dalam hal ini lebih baik pendapat Aties dong kalau menjadi pengikut Yesus yang cinta kasih masih berantem.
~
Sebagaimana umat Muslim aliran Sunni dan Syah yang masih terus berselisih demikian juga dalam agama Kristen sendiri masih banyak perbedaan pendapat.
Mengapa demikian? Karena semua agama adalah sama. Agama tidak dapat membangkitkan seseorang dari kematian rohani, walaupun seseorang itu tekun dalam syariat agama.
Jelas orang yang mati secara rohani hidupnya selalu ditandai hawa nafsu. Mereka selalu menuruti kehendak daging dan pikirannya yang jahat. Dan tidak mungkin mereka dapat memahami dan melakukan Firman Allah. Namun ketika seseorang sungguh-sungguh menerima Isa Al-Masih di dalam hatinya, ia menerima kehidupan rohani.
“Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita–oleh kasih karunia kamu diselamatkan” (Injil, Surat Efesus 1,4,5).
~
Slamet
~
Apakah anda seorang ahli Al-Quran? Apabila tidak, saya tidak bisa mempercayai anda. Karena seseorang yang bertahun-tahun belajar Al-Quran saja masih belum memahami makna mendalam Al Qur’an (kitab Allah) apalagi orang yang hanya membaca makna tersuratnya saja.
Begitulah Al-Quran. Ada makna tersirat dan tersurat, tak ada prosa buatan manusia yang bisa menandingi ayat-ayatNya. Karena itu yang bisa memahami Al-Quran hanyalah orang yang berilmu (tersirat). Jadi anda harus menjadi orang berilmu terlebih dahulu untuk bisa memahami Al-Quran.
~
Belajar sampai mati pun, tidak ada seorangpun yang sungguh-sungguh dapat memahami Kitab Suci Allah. Karena Kitab Suci Allah adalah firman Allah yang tak terbatas yang menyatakan kehendak Allah bagi manusia.
Kitab Suci Allah tidak seperti buku lain, tidak ditulis oleh manusia tetapi oleh Allah yang tak terbatas. Oleh karena itu kita harus bergantung kepada Allah sendiri untuk mendapatkan petunjuk tentang bagaimana cara untuk mempelajari dan memahami Kitab Suci-Nya.
Hanya Roh Allah saja yang dapat membuka mata kita dan memberikan kita semua pemahaman tentang Firman-Nya yang tak terbatas. “Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci,” (Injil, Rasul Lukas 24:45).
Yang paling penting bagi kita, Kitab Suci Allah mengajarkan tentang fakta keselamatan. Dan fakta keselamatan ini seluruhnya adalah karya Allah, melalui kematian Isa Al-Masih di atas Kayu Salib.
“Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi”(Injil, Rasul Lukas 24:26-27).
~
Slamet
~
Saudara Usil,
Untuk mengerti perkataan Admin saja belum, bagaimana mungkin Anda memahami Alkitab?
~
To: Loveday
Jadi Al-Quran hanya untuk orang-orang berilmu saja? Kasian sekali yang tidak berilmu. Lalu ilmu apa yang harus dimiliki untuk baca Al-Quran? Pasti ilmu gaib ya! Ilmu manggil syetan! Atau ilmu silat?
Apakah Sdr Loveday sudah punya ilmu untuk membaca Al-Quran? Kalau belum bagaimana Anda juga dapat mengerti kitab Anda sendiri? Kitab yang sulit dimengerti bukan harus ada ilmu untuk membacanya, tapi memang kitab itu kitab yang tidak jelas dan membingungkan. Kitab gaib hanya orang-orang yang memiliki ilmu gaib yang bisa memahaminya.
~
Terlepas dari apakah komentar sdr di atas benar atau tidak. Memang tidak dapat dipungkiri, tidak sedikit Muslim yang memutuskan berpaling dari agama Islam setelah menyelidiki dan mempelajari Al-Quran dengan seksama.
Salah satu dari alasan mereka meninggalkan Islam, adalah dalam hal mengasihi sesama. Tidak sedikit ayat-ayat Al-Quran yang berkata: ‘perangilah’ atau ‘muduhlah.’ Di sisi lain, Al-Quran mengajarkan bahwa Allah maha pengasih.
Jika benar Allah Al-Quran maha pengasih, mengapa justru Dia mengajarkan umat-Nya untuk saling membunuh?
~
Saodah
~
Jika umat Kristiani merayakan Natal hanya sebatas Yesus sebagai seorang Nabi atau Rasul atau seorang Utusan Tuhan, itu masih bisa dipahami. Tetapi umat Kristiani merayakan hari Natal, bukan sebagai hari kelahiran Yesus sebagai seorang Nabi, Rasul atau Utusan Tuhan. Tetapi sebagai hari kelahiran Yesus sebagai “Anak Tuhan” atau “Anak Allah.”
Haram hukumnya menurut pandangan Islam karena berdasarkan Al-Quran, Yesus bukan Tuhan dan Tuhan tidak punya anak.
“(Dia) pencipta langit dan bumi, bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia mengetahui seala sesuatu” (Qs 6 Al Maa-idah).
~
Sdr. Hendry,
Memang benar bahwa umat Kristen sering memanggil Yesus sebagai “Anak Allah/Tuhan.” Namun perlu sdr ketahui, kata “Anak” di sini bukan anak biologis. Kata “Anak” di sini hanya kata kiasan. Seperti sering kita mendengar kata “anak kunci.”
Isa Al-Masih disebut Anak Allah karena Ia dengan sempurna menyatakan Allah kepada manusia. Dia adalah Kalimat Allah yang dengan sempurna menjelaskan kehendak dan sifat Allah kepada manusia. Sebagai Anak dan Kalimat Allah, Isa Al-Masih menyatakan kasih dan kesucian dan keselamatan dari Allah kepada manusia. “Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:15).
~
Saodah