Nabi Ayub hidup 1,800 tahun SM, yaitu 2,400 tahun sebelum permulaan lahirnya Islam di tanah Arab. Ayub menanyakan, “Bagaimana manusia benar di hadapan Allah . . .?” (Kitab Nabi Ayub 25:4) Kami yakin inilah pertanyaan yang memotivasikan kebanyakan orang di dunia untuk beragama. Lalu, apakah Anda salah satu orang yang ingin menjadi manusia sejati di hadapan Allah?
Cara Yang Ditawarkan Oleh Agama
Ayat kelima dari surah Al-Fatihah berbunyi “. . . dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” (Qs 1:5). Bapak M. Quraish Shihab, penafsir Al-Quran yang kami hargai menguraikan iyyaka nasta ‘in (kepada Engkau kami mohon pertolongan).
Beliau menuliskan: “Kerja keras dan ketabahan saja belum cukup untuk mendapat bantuan Ilahi. Masih dibutuhkan lagi shalat, baik dalam arti “doa” maupun dalam arti gerak tubuh dan bacaan tertentu, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam agar Tuhan mewujudkan apa yang diharapkan itu” (Tafsir Al-Mishbah, 73).
Mengingat Allah maha suci, dan Dia tidak akan mentolerir satu dosa pun masuk ke sorga-Nya. Maka patut untuk kita renungkan bersama. Apakah dengan bergantung sepenuhnya pada usaha melalui sholat atau takbir, dapat menjadikan seseorang menjadi manusia sejati di hadapan Allah? Ingatlah, bahwa manusia adalah makhluk yang rentan akan dosa. Sehingga tidak seorangpun yang luput dari dosa. Dan bahwa Al-Quran telah berkata, “Barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Qs 2:81).
Nabi Yahya Pembaptis Menunjukkan Cara Yang Pasti!
Jika amal dan ibadah tidak dapat membenarkan seseorang di hadapan Allah. Lalu cara manakah yang harus diikuti agar dapat benar di hadapan Allah? Setiap umat beragama patut mempertanyakan pertanyaan ini pada diri sendiri. Dengan demikian, kita dapat yakin bahwa kita sudah menjadi benar di hadapan Allah.
Al-Quran dalam Qs 3:39 menjelaskan, Nabi Yahya Pembaptis bertugas sebagaimana pendahulu bagi Isa Al-Masih. Maka, kali pertama ia melihat Isa Al-Masih, ia menunjuk kepada-Nya serta berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah [kata kiasan bagi Isa Al-Masih], yang menghapus dosa dunia” (Injil, Rasul Besar Yohanes 1:29).
Demikianlah Nabi Yahya Pembaptis menunjukkan, bahwa Isa Al-Masih adalah satu-satunya yang dapat membuat seseorang menjadi manusia sejati di hadapan Allah. Sebab melalui kematian-Nya di salib, Ia telah membenarkan manusia di hadapan Allah. Sebagaimana Kitab Allah berkata, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (Injil, Surat 2 Korintus 5:21).
Masihkah Anda Ragu?
Jika Anda masih merasa ragu apakah sudah benar di hadapan Allah atau tidak, datanglah kepada Isa Al-Masih. Dia dapat memastikan Anda sudah benar di hadapan Allah. Karena Isa adalah “Jalan dan Kebenaran dan Hidup” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
1. Apakah saudara sudah merasa benar di hadapan Allah? Sebutkanlah alasan saudara!
2. Mengapa sholat dan takbir tidak dapat membuat seseorang menjadi manusia sejati di hadapan Allah?
3. Adakah cara lain agar seseorang dapat menjadi manusia sejati di hadapan Allah? Jelaskanlah jawaban saudara!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Silakan mengirimkan pertanyaan Anda lewat SMS ke: 0812-8100-0718.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
~
Sdr NL,
Benarkah ada kerendahan hati (wudhu), jika manusia tidak menyadari dirinya adalah makhluk yang telah jatuh dalam dosa?
Benarkah ada penyerahan (sholat) jika masih “dapat mengandalkan diri sendiri” melalui amal ibadah dan perbuatan baik?
Benarkah ada penyatuan diri (haji) manusia kehadapan Tuhan, jika hukum itu masih merupakan kutukan (Contoh: bagi seorang yang bukan koruptor, maka hukum/peraturan korupsi itu bukan merupakan kutukan bagi dirinya sama sekali, malah sebaliknya)?
~
Allah hanya memilih orang-orang yang pantas untuk masuk sorga-Nya.
Ada yang perlu pengajaran yang begitu lama dan dalam untuk dapat mengenal Islam. Ada yang hanya sedikit saja melihat kebenaran Islam, maka hidayah pun menjemputnya. Dan kalian termasuk orang-orang yang rugi, padahal Allah begitu banyak memperlihatkan kebesaran-Nya. Contoh kecil, lihat para Hafidz, dan mana Hafidz Bible kalian?
~
Sdr. Purnomo,
Sdr menuliskan “Allah hanya memilih orang-orang yang pantas untuk masuk sorga-Nya.” Kalau begitu, dapatkah sdr menjelaskan bagaimana caranya agar termasuk dalam bagian “orang-orang yang pantas masuk sorga” Allah itu?
Tentu tujuan akhir setiap manusia adalah masuk sorga dan bukan masuk neraka, bukan? Alangkah lebih baik ketika kita masih di dunia, kita dapat mengetahui bagaimana cara yang pasti untuk masuk sorga Allah. Karena bila kita sudah meninggal, maka kesempatan untuk memperbaiki diri sudah tidak ada lagi.
Oleh sebab itu, kiranya Sdr. Purnomo tidak keberatan untuk berbagi.
~
Saodah
~
Tentu tujuan akhir setiap manusia adalah masuk sorga dan bukan masuk neraka, bukan? Alangkah lebih baik ketika kita masih di dunia, kita dapat mengetahui bagaimana cara yang pasti untuk masuk sorga Allah. Karena bila kita sudah meninggal, maka kesempatan untuk memperbaiki diri sudah tidak ada lagi.
Dan inipun sangat berlaku bagi Anda Bpk/ibu Saodah.
~
Benar yang sdr katakan. Apa yang saya tulis di atas, dan yang kemudian sdr kutip, jelas juga berlaku bagi saya.
Saya mengucap syukur kepada Allah, sebab saya sudah mengetahui cara yang pasti untuk masuk sorga Allah. Sehingga, jika Sdr. Purnomo bertanya kepada saya, “Apakah Saodah sudah yakin masuk sorga?” Saya dengan yakin dapat menjawab “Iya, saya pasti masuk sorga!”
Mungkin sdr akan berkata saya takabur dan terlalu sombong. Saya bilang tidak! Sebab keselamatan adalah sesuatu hal yang sangat penting dan pasti. Oleh sebab itu, sdr penting untuk mengetahuinya, agar sdr pasti masuk sorga. Bukan berada dalam tahap “mudah-mudahan” atau “insyallah.”
Lalu, apakah yang membuat hingga saya dapat dengan yakin berkata “saya pasti masuk sorga”? Inilah perkataan Isa Al-Masih, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Pada ayat lain Isa juga berkata, “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:12).
Jika sudah ada yang pasti, mengapa saya harus memilih yang masih “mudah-mudahan”?
~
Saodah
~
1. Yang menilai benar dan salahkan Allah swt. Kalau kita merasa sudah benar nanti dikira kepedean.
2. Meskipun sholat dan takbir tapi tidak Islam ya tidak benar namanya.
3. Saya kutip dari hadist:
“Demi (Allah) yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah ada seorang pun dari umat ini yang pernah mendengarkan tentang aku, apakah ia seorang Yahudi atau Nasrani, kemudian ia mati sebelum beriman dengan ajaran yang aku bawa, kecuali ia termasuk penghuni neraka.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallaahu’anhu]
Kalau ingin benar sebaiknya pilihlah yang benar terlebih dahulu.
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” (Qs 5:3).
~
Saudara Rheinmetall,
Terima kasih telah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kami di atas.
1. Kami setuju dengan jawaban saudara. Namun bila Allah yang menyatakan benar apakah Sdr. Rheinmetall masih merasa ragu? Jika Anda masih merasa ragu apakah sudah benar di hadapan Allah atau tidak, datanglah kepada Isa Al-Masih. Dia dapat memastikan Anda sudah benar di hadapan Allah. Karena Isa adalah “Jalan dan Kebenaran dan Hidup” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
2. Menurut saudara tidak benar karena tidak Islam, benar begitu? Lalu bagaimana dengan saudara, apakah saudara Islam? Bukankah Sdr. Rheinmetall belum tahu benar atau tidak dihadapan Allah?
3. Adakah kaitannya kutipan Sdr. Rheinmetall dengan pertanyaan no.3?
Sdr. Rheinmetall dapat menunjukkan yang benar, anehnya mengapa saudara masih ragu atau belum tahu benar atau tidak dihadapan Allah?
Silakan direnungkan baik-baik!
~
Daniar
~
Kristen pengikut Yesus. Yesus adalah Nabi Isa As. Nabi Isa As menyembah Allah seperti umat Islam. Berarti derajat umat Islam sama dengan Nabi Isa penyembah Allah. Sedangkan umat Kristen derajatnya dibawah umat Islam karena menyembah Yesus yang menyembah Allah.
Bertobatlah bertobatlah!
Al-Quran adalah kitab penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya.
~
Saudara Nicko,
Bagaimana tanggapan saudara dengan artikel di atas? Masihkah saudara ragu atau tidak percaya apa yang ditunjukkan Nabi Yahya Pembaptis?
Menurut Sdr. Nicko selain Allah adakah yang dapat menghapus dosa manusia? Lalu siapakah Isa Al-Masih sehingga memiliki kuasa seperti Allah? Silakan direnungkan!
Mengenai kitab Sdr. Nicko yang saudara sebut kitab penyempurna. Silakan pelajari dan selidiki di sini http://tinyurl.com/7dozslb
Terima kasih
~
Daniar
~
Kristen atau Nasrani lebih dahulu daripada Islam. Tapi seberapa banyak umat Islam daripada Kristen?
~
Sdr. Hamba ALLAH,
Benar yang Anda sampaikan bahwa Kristen atau Nasrani lebih dulu ada daripada Islam. Para pengikut Isa Al-Masih ini sudah ada 600-an tahun sebelum Islam lahir. Namun, apakah besarnya jumlah pengikut suatu ajaran berhubungan dengan benar tidaknya ajaran tsb di hadapan Allah? Apakah besarnya pengikut ajaran memastikan bila Allah membenarkan mereka? Apakah banyaknya pengikut menentukan kepastian tujuan akhir ke manakah para pengikut akan menghabiskan nasib kekekalan mereka? Bagaimana menurut Anda?
~
Yuli
***
Jawabannya sederhana. Kita harus berada di jalan-Nya untuk menjadi benar di hadapan-Nya. Bukan terlihat benar di hadapan makhluk lainnya.Terkadang apa yang menurut makhluk tidak benar, tetapi lain pula menurut Tuhan.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui. Carilah urutannya seperti ini:
1. Cari sosok yang Anda yakini wakil-Nya di dunia ini.
2. Bergurulah minta diberi tahu jalannya (ilmu).
3. Kajilah kitab-Nya lewat beliau.
Terimakasih.
***
Sdr. Syamsul Bahri,
Anda benar, kita harus berada di jalan Allah untuk menjadi benar. Masalahnya, bukankah karena belenggu dosa, mata nurani kita kabur sehingga tidak tahu manakah jalan Allah?
Bila solusi yang Anda tawarkan adalah “mencari sosok yang kita yakini wakil Allah di dunia ini”, dengan dasar apa kita menemukan dan meyakininya? Bukankah mata rohani kita sudah kabur oleh dosa? Sehingga seperti apa yang Anda sampaikan, manusia tidak lagi bisa melihat kebenaran sebagaimana Allah melihatnya, bukan?
Dengan kebutaan mata rohani, bukankah seharusnya cara paling tepat adalah langsung memohon Allah menunjukkan jalan-Nya? Hal ini supaya kita tidak lagi tersesat oleh pihak-pihak yang mengaku “wakil Allah” tapi tidak mengenal siapa Allah sesungguhnya.
Itu sebabnya Allah sendiri [Isa Al-Masih] datang kepada kita dan berfirman: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup …” (Injil Yohanes 14:6a). Allah sendiri telah menyediakan diri menjadi jalan pengampunan dosa dan anugerah hidup kekal (sorga) lewat pengorbanan-Nya menanggung hukuman dosa kita. Nah, sebagai orang yang ingin dibenarkan Allah, apakah respon kita? Apakah kita bersikeras mencari jalan lain? Bukankah Allah sendirilah jalan keselamatan itu? “Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku [Isa Al-Masih]” (Injil Yohanes 14:6b).
~
Yuli
*****
Jawaban:
1. Kebenaran hanya ditangan Allah. Manusia yang benar adalah manusia yang mengimani Allah yang Maha segalanya. Tidak ada Tuhan selain Allah.
2. Sholat salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah. Dan takbir adalah salah satu rukun yang ada di dalam sholat. Lalu apa yang salah dengan sholat. Apakah anda mengerti hakekat sholat.
3. Caranya adalah Iman, Islam dan Ihsan. Apakah anda memahami hakekat 3 kata tersebut? Semuanya ada dalam Al-Quran.
Itulah jawaban saya mudah-mudahan penulis artikel ini memahami hakekat Allah itu sendiri dari berbagai versi, tanpa menyudutkan versi umat Muslim dan memaksakan keimanannya.
~
Saudara Guns,
Terima kasih telah menanggapi pertanyaan topik di atas.
1. Lalu bagaimana dengan amal, ibadah, dan pahala dapatkah membenarkan seseorang di hadapan Allah? Mengapa?
2. Kami tidak mengatakan bahwa sholat salah. Pertanyaannya apakah alasan umat Muslim selalu berdoa “tunjukilah kami jalan lurus”?
3. Dalam beberapa komentar di artikel lain saudara sering menjawab dengan tiga hal itu (iman, islam, ihsan), tapi tidak pernah menjawab bila diminta penjelasannya. Silakan dijelaskan mengapa ketiga hal itu menurut saudara adalah cara agar saudara dibenarkan Allah?
~
Daniar
~
Ketika anda menanyakan apakah alasan umat Muslim selalu berdoa “tunjukilah kami jalan lurus”? Jawabannya bisa ditemukan dari pernyataan saudara
“Bukankah mata rohani kita sudah kabur oleh dosa? Sehingga seperti apa yang Anda sampaikan, manusia tidak lagi bisa melihat kebenaran sebagaimana Allah melihatnya, bukan?
Dengan kebutaan mata rohani, bukankah seharusnya cara paling tepat adalah langsung memohon Allah menunjukkan jalan-Nya?”
Terimakasih
~
Saudara Angga,
Terima kasih saudara telah memberi respon atas pertanyaan kami. Kami setuju dengan tanggapan saudara. Dengan kebutaan mata rohani, cara paling tepat adalah langsung memohon Allah menunjukkan jalan-Nya. Pertanyaannya, sudahkah saudara mengetahui dan menerima jalan-Nya tersebut?
Mari kita perhatikan pernyataan Isa Al-Masih ini: “Kata Yesus [Isa Al-Masih] kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa [di sorga], kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6). Isa Al-Masih menyatakan bahwa Dia adalah Jalan dan Sumber Kehidupan. Dia berkuasa menjamin kehidupan kekal manusia yang beriman kepada-Nya.
Puji syukur Allah telah menunjukan jalan-Nya, bukan?
~
Daniar