Orang Islam dan Kristen bisa mengalami stres. Beban hidup yang menghimpit menjadikan stres. Bagaimana cara mengatasi stres dalam Islam dan Kristen?
Manakah Penyebab Stres Anda?
Umumnya, penyebab stres adalah masalah atau beban hidup yang berat. Tentu kadar dan besarnya beban hidup tiap-tiap orang berbeda. Juga kekuatan tiap orang menanggung beban hidup tidaklah sama.
Bagi siswa-siswi, pelajaran adalah sumber stres. Apalagi jika pelajaran itu tidak disukainya.
Bagi mahasiswa tugas-tugas kuliah dan skripsi bisa menjadikannya stres. Terlebih lagi bila dosennya “killer.” Itu akan menambah tekanan dan beban hidupnya.
Bagi yang lagi pacaran, rasa cemburu atau takut diputuskan merupakan sumber stres. Bagi yang berkeluarga, masalah dengan pasangan, ekonomi, anak-anak yang nakal bisa menyebabkan stres. Bagi yang bekerja, tekanan dalam pekerjaan juga merupakan sumber stres.
Demikanlah, setiap orang memiliki penyebab stres yang berbeda-beda.
Mengingat Allah, Cara Mengatasi Stres Dalam Islam?
Guna mengatasi stres, orang melakukan kegiatan yang mengurangi beban hidup. Seperti rekreasi, nonton film, olahraga, mendatangi psikiater/psikolog dan sebagainya.
Al-Quran menuliskan “. . . carilah pertolongan, dengan berlaku Sabar dan mengerjakan Salat (Qs 2:45). Dalam surah Al-Fatihah tertulis, “hanya Kepada Engkaulah Kami Mohon Pertolongan” (Qs 1:5). H. Mochtar Husein menuliskan “Mengingat Allah (zikrullah) termasuk dapat mengatasi stres . . .” Yang termasuk zikrullah, ialah salat, membaca Al-Quran dan mengucapkan Lailaha ilallah sebanyak-banyaknya.
Benarkah mengingat Allah mengatasi stres? Sayangnya, Allah SWT tidak berjanji menyelesaikan masalah manusia.
Mengingat orang kaya tidak akan menyelesaikan masalah keuangan kita. Mengingat dokter tidak akan menyembuhkan sakit kita. Juga mengingat Allah SWT belum menyelesaikan stres kita, bukan? Kita membutuhkan pertolongan Allah, bukan ingatan tentang Dia.
Stres Anda dan Janji Isa Al-Masih
Bila sekedar mengingat Allah tidak dapat menghilangkan stres, lalu adakah cara yang paling mujarab untuk menghilangkan stres? Mari kita melihat bagaimana pandangan Isa Al-Masih akan hal itu.
Kalimatullah, Isa Al-Masih turun ke dunia untuk menolong manusia. Dia bukan saja mengetahui segala masalah manusia, terlebih memberikan solusinya.
Ketika di dunia, Isa Al-Masih menolong segala masalah manusia. Ia menemani Zakheus yang terkucilkan.
Ia menyembuhkan banyak orang sakit. Ia memberi makan orang yang kelaparan. Juga menghibur yang sedih.
Karena Isa adalah Allah, maka Ia berkuasa mengatasi semua masalah manusia. Sabda-Nya “Marilah kepada-Ku, . . . yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu ” (Injil, Rasul Besar Matius 11:28).
Stres Terberat dan Solusi Isa Al-Masih
Hal-hal jasmaniah bisa membuat kita stres. Terlebih lagi dosa-dosa kita, sebab mengakibatkan hukuman kematian kekal di nereka. Jadi dosa dan hukumannya adalah sumber stres terbesar.
Melalui penyaliban-Nya, Isa menanggung hukuman dosa itu. Ia mengampuni dosa dan menjamin hidup kekal setiap orang yang percaya kepada-Nya. Menerima Isa sebagai Tuhan, dan Juruselamat pasti beroleh kelegaan jasmani dan rohani.
[Staf Isa dan Islam – Untuk informasi lebih lanjut, silakan mendaftar untuk menerima secara cuma-cuma Buletin Mingguan “Isa dan Al-Fatihah.”]
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca:
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Cara mengatasi stres dalam Islam ialah mengingat Allah/zikrullah. Sedangkan dalam Kristen Isa Al-Masih berjanji menolong semua masalah manusia. Manakah yang terbaik? Alasannya?
- Mengapa Isa Al-Masih berjanji menyelesaikan masalah hidup manusia, namun Allah SWT tidak?
- Menurut artikel di atas, siapakah Isa Al-Masih kok berkuasa mengatasi semua masalah jasmani dan rohani (dosa dan hukumannya)?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau WA/ SMS ke: 0812-8100-0718
~
Assalamualaikum,
Kalian menyebutnya masalah tapi bagi allah swt itu adalah ujian. Untuk apa ujian? Untuk mengetahui kualitas. Anda mengatakan allah tidak berjanji menyelesaikan masalah. Allah tidak memberikan masalah tapi allah memberikan ujian, masih berdzikrullahkah manusia kalau diberi ujian? Itulah kenapa kita perbanyak dzikir ketika ada ujian, bahkan kita berzhikir atau tidak ujian itu akan berlalu, karena hanya ujian, Allah hanya menguji.
Di sini saya hanya berpesan, Al-Quran nulkariem adalah kitab suci yang agung yang hanya dapat di tadabburi dengan iman dan akal bukan bingung dan nafsu. Jika anda hendak menafsirkan ayat Al-Quran kerjakan dengan iman bukan nafsu dan asal.
~
Akbar,
Memang masalah dapat disebut sebagai ujian. Bagi mereka yang mengalami masalah berat hingga berujung pada stres terkadang tidak memahami hal itu sebagai ujian, melainkan masalah. Misal, masalah keuangan. Tetapi itu adalah masalah yang masih dapat diselesaikan. Bagaimana dengan masalah dosa? Anda adalah orang berdosa, bukan? Apa masalah dosa dianggap sebagai ujian? Apa zikir bisa menolong Anda bebas dari masalah dosa? Bagaimana menurut Anda?
Isa Al-Masih mampu menyelesaikan persoalan manusia, termasuk persoalan dosa. Ia telah merelakan diri-Nya mati di kayu salib untuk menyelamatkan Anda dan saya dari neraka. Tentu ini adalah solusi terbaik yang telah disediakan Isa Al-Masih. Pertanyaannya, apakah Anda mau menerima solusi yang diberikan Isa Al-Masih? Bagaimana pendapat Anda?
~
Solihin
~
Dalam Islam, mengingat Allah (shalat, berdzikir, puasa dan ibadah lain) akan membuat hati tenang (ar ra’du 28). Hati tenang adalah tanda orang taqwa. Orang taqwa diberikan solusi dan rezki dari Allah SWT (At talaq 2-3). Menafsirkan Al-Quran beda dengan menafsirkan Injil. Pendekatannya beda.
~
Sanusi,
Barangkali shalat, dzikir, dan lain-lain bisa membuat hati tenang. Tetapi apakah shalat dan dzikir dapat menyelesaikan masalah Anda? Bukankah dzikir pun tidak dapat menyelesaikan persoalan, termasuk persoalan dosa? Jika dengan berdzikir Anda bisa bebas dari neraka, maka banyak orang yang berzikir akan masuk sorga. Faktanya, berapa orang yang yakin dan pasti masuk sorga karena zikir? Bagaimana menurut Anda?
Isa Al-Masih menolong banyak orang terhadap persoalan dosa. Dia telah memberikan rahmat-Nya agar setiap orang yang percaya pada-Nya diselamatkan. Pertanyaannya, maukah Anda menerima rahmat dari Isa Al-Masih? Bagaimana pendapat Anda?
~
Solihin
~
Salam Santun,
Membaca artikel dan komentar saudara menggelitik hati saya. Dalam kepercayaan Islam semua takdir baik dan buruk sudah diketahui sebelum manusia lahir kedunia dan tertulis di lauhil mahfudz, mau stres, depressi atau gila bahkan mati sekalipun karena stresnya sudah ditentukan. Stres adalah penyakit secara kedokteran karena beban pikiran Jelas Allah berfirman di ayat Al-Quran tentang obatnya, tetapi memang Allah tidak menjamin manusia itu sembuh atau menolong orang yang tidak mau ditolong atau yang sudah pada titik akhirnya, karena penyakit itu ada tiga, peringatan, ancaman dan hukuman. Kenapa Yesus juga mengucapkan Eli, Eli, lama sabakhtani walau menurut anda dia Tuhan?
~
Jean,
Amat disayangkan pernyataan Anda di atas. Apakah ini berarti Allah SWT yang menjadikan seseorang stres dan depresi? Bukankah seharusnya Allah SWT memberikan kebahagiaan kepada Anda, bukan stres dan depresi? Mengapa Allah SWT membuat para Muslim stres dan depresi? Dapatkah Anda menjelaskan hal ini?
Ini berbeda dengan Isa Al-Masih. Isa Al-Masih mengucapkan, “Eli, Eli, lama sabakhatani” bukan berarti stres dan depresi, melainkan sebuah seruan karena penderitaan dan siksaan fisik di luar batas yang dialami-Nya untuk menyelamatkan manusia dari neraka. Artinya Isa Al-Masih sayang kepada manusia, sehingga Isa Al-Masih merelakan diri-Nya menanggung semua itu. Amat berbeda dengan Allah SWT, bukan?
~
Solihin