Beberapa waktu lalu warga Jakarta sempat cemas dengan adanya teror bom di pusat kota Jakarta. Kelompok teror tersebut menyatakan diri sebagai bagian dari ISIS. Selain menimbulkan keresahan, kondisi ini juga menimbulkan rasa benci dari umat beragama terhadap pelaku.
Bagaimana seharusnya kita menyikapi kejadian itu? Apakah mungkin melakukan ibadah dengan hati membenci? Apa yang tertulis didalam kitab suci tentang sikap hati yang benar saat menyembah Allah? Berpedoman pada Kitab Allah adalah langkah yang tepat, sehingga sikap yang kita ambil tidak menghalangi ibadah penyembahan kita kepada-Nya.
Pujian dan Penyembahan bagi Allah
Ayat ke-lima Al-Fatihah berbunyi “hanya kepada Engkaulah kami menyembah” (Qs 1:5). Ayat ini berhubungan dengan pujian dan penyembahan kepada Allah.
Menurut M. Quraish Shihab, istilah bahasa Arab na’budu biasa diterjemahkan dengan “menyembah, mengabdi, dan taat.” Dalam Al-Quran bahasa Inggris, na’budu diterjemahkan dengan kata worship. ‘Worship’ dapat diartikan ‘menyembah’ (Lihatlah terjemahan Yusuf Ali, Pickthal).
Menyembah Allah Dengan Kasih
Setidaknya lima kali dalam sehari umat Muslim menyembah Allah. Demikian juga halnya dengan umat Kristen, diperintah untuk menaikkan pujian pada Allah setiap saat. Lantas, berkenankah Allah pada setiap pujian dan penyembahan yang dinaikkan? Mungkinkah mereka melakukan ibadah dengan hati membenci?
Dalam Kitab Injil, Surat 1 Yohanes 4:8 dikatakan bahwa “Allah adalah kasih.” Sebab itu Allah memerintahkan umat-Nya agar mengasihi Dia. Karena Allah hanya berkenan pada penyembahan yang didasari oleh kasih. Bukan dengan sikap acuh-tak-acuh atau karena rutinitas. Penyembahan yang disampaikan tanpa kasih dalam hati untuk Allah sia-sia saja.
Mengucapkan Iyyaka Na’Budu Tanpa Kebencian di Hati
Lalu bagaimana seseorang yang mengucapkan ribuan kali iyyaka na’budu, tetapi ada kebencian di hatinya terhadap sesama, misalnya kepada pelaku teror di Jakarta beberapa waktu lalu? Apa yang tertulis didalam kitab suci tentang melakukan ibadah dengan hati membenci?
Kitab Allah menuliskan, “Jikalau seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya”(Injil, Surat I Yohanes 4:20).
Isa Al-Masih Dapat Memberi Anda Hati yang Baru
Kunci mengasihi Allah adalah dengan mengasihi sesama. Kunci agar dapat mengasihi sesama adalah memiliki hati yang penuh kasih. Bukan hati yang penuh berdosa. Dengan hati yang suci, maka Anda akan mampu mengasihi setiap orang, termasuk mereka yang membenci Anda.
Lalu, bagaimana cara mendapatkan hati yang suci? Allah dalam Kitab-Nya berkata, “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat” (Kitab Nabi Yehezkiel 36:26).
Dengan memiliki hati yang baru, hati yang sudah dibersihkan dengan rahmat Allah dalam Isa Al-Masih. Maka penyembahan yang Anda naikkan bagi Allah, akan berasal dari hati yang murni. Dan penyembahan Anda pun akan diterima Allah!
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Setujukah Anda bahwa penyembahan yang dinaikkan dengan sikap acuh dan tidak penuh kasih akan ditolak Allah? Jelaskan alasan Anda!
- Adakah cara lain agar seseorang mempunyai hati yang suci, selain menerima hati yang baru dari Allah? Jelaskan!
- Menurut Anda, mengapa terkadang orang begitu sulit untuk mengasihi atau memaafkan sesamanya?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Ibadah Dengan Hati Membenci, Ditolak Allah”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
*
Inikah yang disebut ajaran kasih?
Menipu, memelintir kitab suci agama lain untuk membenarkan dogma palsu?
Jangan mengaku agama Kasih kalau suka menipu, berbohong, dan memanipulasi menafsirkan seenaknya tanpa mengikuti aturan atau kaidah yang benar.
Jika kalian bertanggung jawab atas tulisan ini, kalian tidak akan menghapus komentar saya ini. Tanggapi secara dewasa dan bertanggung jawab.
~
Tujuan situs ini bukan untuk penipuan atau memanipulasi untuk kepentingan agama. Namun melalui situs ini kami berusaha memperkenalkan siapakah Isa Al-Masih yang sesungguhnya berdasarkan kitab suci.
Kami menjelaskan ayat-ayat kitab suci sesuai apa yang dimaksukan oleh ayat tersebut.
Kalaupun kami terpaksa harus menggunakan ayat dalam kitab saudara, itupun kami pilih ayat yang sesuai dengan kitab suci.
Kami tidak berusaha untuk mencari keuntungan bagi manusia, tetapi untuk kepentingan Allah. “…adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus” (Injil, Surat Galatia 1:10).
~
SL
*
“Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah” (Zabur, Kitab Amsal 15:1).
~
Ketika berhadapan dengan kemarahan, jawaban yang lemah lembut akan mendorong seseorang untuk rukun kembali dan berdamai.
Sedangkan kata-kata yang kasar akan meningkatkan kemarahan seseorang, bahkan akan menimbulkan permusuhan.
“Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang” (Injil, Surat Kolose 4:6).
~
SL
*
Kebenaran itu terkadang menyakitkan. Bukankah lebih baik mengetahui kebenaran itu sekarang daripada nanti setelah waktu tidak bisa lagi diputar. Karena ada waktunya setiap manusia mempertanggung-jawabkan segala perbuatannya pada hari penghakiman.
Hakim adil itu Isa Al-Masih.
~
Iman kepada Isa Al-Masih yang tersalib itu akan memberikan kehidupan-Nya yang sejati kepada kita. Kehidupan kekal tidak dimulai sesudah mati, tetapi sekarang ini. Iman ini datangnya dari Roh Kudus kepada setiap orang yang menerima-Nya.
Orang yang menolak kebenaran, bahwa Isa Al-Masih mati disalib untuk menebus manusia dari hukuman kekal, berarti menolak Roh Kudus. Semua agama yang melawan ajaran bahwa Isa Al-Masih mati di salib sebenarnya melanggar kebenaran Allah.
Setiap orang yang menolak anugerah Allah berarti mereka memilih murka Allah yang akan diberikan pada hari penghakiman.
~
SL
*
Penyembahan Harus Berdasarkan Kasih.
Hanya penyembahan yang berdasarkan kasih diterima Allah SWT. Penyembahan yang tidak berasal dari hati yang sangat rindu akan Allah tidak akan diterima-Nya. Maka, sikap rutin, acuh-tak-acuh, dingin dan bosan dalam penyembahan jelas ditolak Allah. Penyembahan yang disampaikan tanpa kasih dalam hati untuk Allah sia-sia saja.
Ini semua adalah buah pikiran para Staff IDI belaka.
~
Penyembahan kepada Allah yang dilakukan secara rutin memang sangat mulia karena memperlihatkan bakti kita kepada Allah. Tetapi, semua itu tak ada artinya bila kita juga melakukan kejahatan terhadap sesamanya, seperti kekerasan fisik: membunuh, dan bahkan kekerasan non fisik: memaki-maki.
Kita menganggap bahwa sikap terhadap sesama sebagai perkara yang tidak ada kaitannya dalam hubungan kita dengan Allah. Ada orang yang mengira doa dan persembahan dapat membereskan konflik dengan sesama di mata Allah. Tentu saja pandangan ini tidak benar; oleh sebab itu Isa Al-Masih meluruskannya dengan memberikan pengajaran-Nya.
“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu” (Injil, Rasul Besar Matius 5:23-24).
~
SL
*
Ibadah yang diterima Allah hanyalah yang sesuai dengan syariat nabi Muhammad sebagai nabi terakhir. Nabi Isa, bahkan nabi Adam sekalipun, kalau dilahirkan kembali di jaman ini, maka mereka wajib pula untuk mengikuti ibadah sesuai syariat tuntunan nabi Muhammad.
Ibadah yang tak sesuai dengan tuntunan nabi Muhammad, meski diklaim konon demi kasih kepada Tuhan, tidak akan diterima Allah. Karena menyalahi aturan Allah, bukan taat kepada Allah. Tapi anarki sesuai kehendaknya sendiri, membangkang dan berkhianat kepada Tuhan.
~
Kalaupun syariat Nabi Muhammad dianggap sebagai tuntunan yang sempurna, mengapa dalam hal keselamatannya sendiri, ia masih bimbang. Nabi Muhammad ketika ditanyakan tentang keselamatan sorgawinya, ia masih mengatakan “insya Allah” atau mudah-mudahan selamat.
Sebaliknya Isa Al-Masih yang dalam Al-Quran disebut Nabi Isa itu, dengan tegas dan tuntas mengatakan : “Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup, tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa (Allah) kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Saat ini Isa Al-Masih berada di sorga, karena Dia satu-satunya nabi yang berasal dari sorga. Bagaimana mungkin Dia akan menjalankan syariat Muhammad? Memang Dia akan turun kembali ke dunia ini, dan akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Alkitab menyatakan bahwa ibadah sejati yang berkenan Allah adalah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup dan yang kudus.
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Injil, Surat Roma 12:1).
~
SL
~
Islam juga begitu tidak boleh menyakiti semua mahkluk Allah, baik itu manusia maupun binatang. Pepohonan saja tidak diperbolekan dalam Islam jika tidak ada permasalahannya. Dalam Islam juga begitu, barang siapa yang bisa menumbuhkan rasa cinta kasih kepada Allah di dalam hatinya, maka Allah akan menerima sholatnya.
Islam adalah bahasa Arab yang artinya selamat. Pemahaman saya tentang agama adalah dari zaman Adam sampai zaman Muhammad. Allah memberi petunjuk pada nabi-nabi-Nya, aturan/tatanan untuk manusia agar tidak melampaui batas dengan aturan Allah. Itulah agama. Dan agama Islam menegaskan tidak ada Tuhan selain Allah, dan jangan sekutukan Dia dengan sesuatupun.
~
Saudara Nasim,
Rasanya memang ingin mempercayai apa yang saudara tulis di atas. Bahwa agama Islam mengajarkan tidak menyakiti semua mahkluk Allah.
Lalu, apa pendapat saudara tentang ayat ini: “Perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama semata-mata bagi Allah” (Qs 8:39)? Bukankah lewat ayat tersebut Allah memerintahkan manusia untuk saling menyakiti?
Sdr. Nasim, apakah saudara pernah membaca pada kitab sebelum Al-Quran bahwa Allah memberi satu nama agama kepada Adam? Jika saudara pernah membaca ayat tersebut, kiranya saudara tidak keberatan untuk berbagi. Karena setahu kami, hanya Muhammad yang memproklamirkan dirinya datang sebagai nabi Allah yang membawa agama Islam.
~
Saodah
~
Salam,
Penyesatan iblis pada umat Kristen adalah cara sesembahannya, tidak mau bersujud (karena iblis adalah makhluk yang sombong), Trinitas (supaya tidak menyembah Allah yang Esa). Secara bertahap iblis menjadikan kalian meresmikan larangan-larangan-Nya sehingga tercipta moral yang buruk pada umat-Nya.
Penyesatan iblis pada umat Islam adalah menorehkan kebencian pada orang kafir pada awalnya. Sehingga berkembang saling membenci sesama umat-Nya. Terjadilah perang, terorisme jihad yang tidak masuk akal pada jaman ini. Sehingga tercipta kebodohan, iri, dengki, kebencian yang tidak terarah.
Ayat-ayat membunuh dan perang diturunkan memang pada jaman perang. Bukan berarti perang selamanya. Islam mengajarkan damai lebih baik. Perang dan membunuh hanya untuk membela diri berlaku untuk semua umat manusia.
~
Sdr. Universe,
Sejak manusia diusir dari taman Firdaus ke dunia, maka iblis tidak henti-henti membujuk manusia untuk mengikuti keinginannya. Baik mereka umat beragama maupun atheis, semua tidak luput dari bujuk rayu iblis.
Sedangkan sikap orang Kristen saat menyembah Allah, apakah sujud atau tidak, jelas tidak ada hubungannya dengan rayuan iblis. Karena pada dasarnya ibadah yang dinaikkan orang Kristen tidak berfokus pada sikap tubuh. Melainkan sikap hati.
“Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati” (Kitab Nabi Yeremia 29:13).
Memberi segenap hati kepada Allah saat menyembah-Nya, adalah jauh lebih baik daripada hanya sekedar memperhatikan gerakan atau posisi tubuh.
~
Saodah
~
Bom bunuh diri tdak diajarkan oleh agama Islam. Pengertian jihad yang terlalu sempit yang menjadikan mereka sesat, seperti halnya kaum Nasrani yang terlalu sempit pengertianya terhadap Allah.
Dalam ajaran agama Islam dilarang menyakiti sesama manusia walaupun manusia itu dimurkai oleh Allah atau sesat dari ajaran Allah, selama mereka tidak mengganggu atau menyerang umat Islam, karena Allah kami sangat menbenci hambanya yang membuat kekacauan dan juga hambanya yang pengecut. Seperti yang di bicarakan dalam Al Qur’an umat Islam itu harus seperti lebah, dimanapun dia hinggap, tidak pernah merusak, malah menguntungkan sekitarnya, tapi jangan coba di ganggu, karena lebah akan mendapatkanmu.
~
Sdr. Pengikut Yesus,
Alkitab dengan jelas menyatakan bagaimana Pribadi Tuhan yang disembah oleh umat Kristen. Jadi, menurut kami bukan orang Kristen yang terlalu sempit pengertianya terhadap Allah. Tapi, saudaralah yang tidak mengenal sesembahan umat Kristen.
Memang umat Muslim mengklaim Islam sebagai ajaran damai. Bahkan tidak sedikit juga Muslim yang menghujat tindakan teroris tersebut. Khususnya mereka yang menyebut diri sebagai Islam Liberal.
Tapi, mau tidak mau sdr juga harus jujur, bahwa tidak sedikit ayat-ayat Al-Quran yang mengajarkan Muslim untuk membenci sesamanya. Contohnya, sesembahan Muslim mengajarkan umatnya untuk memangggil mereka yang tidak seiman dengan sebutan kafir.
Jika memang benar Islam agama yang mengajarkan kedamaian, mengapa Allah Al-Quran justru menabur rasa kebencian umatnya terhadap sesama?
~
Saodah
~
Staf IDA,
Kenapa koment saya dihapus?
~
Supaya komentar sdr tidak dihapus, saran kami, sebelum sdr memberi komentar, silakan terlebih dahulu membaca “Pedoman Memasukkan Komentar” yang terdapat di bawah setiap artikel.”
Demikian, kiranya sdr dapat mengikuti aturan yang ada. Terimakasih!
~
Saodah
~
Salam,
Staf IDA, mari kita bagi antara ibadah secara rohani dan jasmani.
Saya membicarakan ibadah secara jasmani, dalam bahasa tubuh, berlutut, bersujud mencerminkan berserah diri, tunduk, pasrah. Maka, nabi-nabi Allah semua mengajarkan seperti itu agar kita berserah diri dan tunduk kepad Allah yang esa, kecuali iblis yang membelot. Dijelaskan dalam Alkitab maupun Al-Quran. Apakah Anda memungkiri itu?
Secara rohani memang harus memberikan segenap hati dalam beribadah. Memberikan segenap hati dengan tata cara siapa? Apa itu tata cara nabi-nabi Allah yang Anda imani?
Coba anda telusuri tata cara beribadah agama-agama lainnya.
~
Sdr. Universe,
Dari penjelasan sdr di atas, kami ingin mengajukan dua pertanyaan berikut ini:
1. Pada ayat manakah di Alkitab diajarkan bahwa agar dapat berserah diri pada Allah harus dengan cara berlutut dan bersujud? Kiranya sdr tidak keberatan untuk mengutip ayat dalam Alkitab yang menjelaskan hal tersebut.
2. menurut sdr, manakah yang lebih penting: Ibadah secara jasmani atau ibadah secara rohani?
~
Saodah
~
Salam,
1. “Masukklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita” (Mazmur 95:6)
“Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan Tuhan kepala mereka” (Bilangan 20:6)
“Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya: ‘dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau, engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa” (Kejadian 17:3-4)
“Maka Yesus maju sedikit, lalu sujud dan berdoa” (Matius 26:39)
Jika Anda tidak setuju dengan tata cara shalat Islam, setidaknya Anda bersujud kepada Tuhan. Itu adalah simbol berserah diri dan tunduk kepada Sang Pencipta.
2. Keduanya penting, manusia hanya berusaha sempurna di hadapan Tuhan.
~
Sdr. Universe,
Terimakasih sudah berusaha memberi jawaban atas pertanyaan yang kami berikan. Sayangnya, apa yang sdr kutip di atas tidak menjawab pertanyaan yang kami berikan. Sdr hanya mengartikan sendiri maksud dan tujuan ayat tersebut untuk membenarkan pernyataan saudara.
Sdr. Universe, ada berbagai posisi tubuh untuk mengekspresikan rasa berserah pada Allah. Bukan hanya sujud saja. Misalnya: melipat tangan sambil menutup mata, atau merentangkan kedua tangan sambil menengadah ke atas, dll.
Sehingga, inti dari berserah bukan pada posisi tubuh. Tapi pada hati. Ketika hati sdr tidak fokus kepada Allah, sekalipun sdr bersujud selama berjam-jam, tetap saja sdr tidak dapat berserah pada Allah.
Sebagai seorang Muslim, tentu sdr akan membela dan berkata Islam yang benar. Kami maklum akan hal itu. Tapi satu hal yang perlu sdr ketahui, bahwa apa yang sdr imani belum tentu benar. Jadi, jangan keraskan hati. Cobalah untuk berdamai dengan hati nurani sdr untuk melihat kebenaran yang ada!
~
Saodah
~
Allah adalah Kasih dan Allah ingin manusia juga mengerti seperti apa itu kasih. Supaya manusia juga dapat mengasihi Allah dan sesamanya. Dan inilah salah satu ayat-ayat cinta itu.
Qs 9:123 “Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitarmu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan dari padamu, dan ketahuilah, bahwasannya Allah beserta orang-orang yang beriman”
~
Sdr. Moses,
Kami setuju dengan sdr bahwa Allah adalah Kasih. Dan Allah juga ingin agar manusia dapat saling mengasihi terhadap sesamanya. Sebagaimana firman Allah berkata, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Injil, Rasul Besar Matius 22:39).
Dan maaf, menurut kami ayat pada Qs 9:123 yang sdr kutip di atas, tidak dapat dikatakan sebagai bukti dari kasih.
~
Saodah
~
Mengasihi adalah sesuatu yang memang sangat sulit bagi manusia. Membenarkan, membela, menegakkan, mengagungkan kasih bukanlah kasih. Sebab kasih adalah tindakan/perbuatan dari kesadaran hati untuk berkorban demi semua yang dikasihinya. Menderita karena kasih lebih baik dari dari pada membenarkan, membela, dan memegahkan kasih.
~
Sdr. Murtad,
Terimakasih untuk komentar sdr di atas. Semoga hal tersebut dapat menjadi satu pencerahan bagi pembaca yang lain. Bahwa kasih tanpa perbuatan dan tindakan tidak dapat disebut sebagai kasih.
~
Saodah
~
Aku baru saja berfikir, bahwa Allah itu bukan untuk disembah, sebab Allah bukan berhala atau raja yang disembah-sembah. Menurutku Allah tidak perlu disembah-sembah seperti berhala, Allah tidak butuh ritual penyembahan seperti penyembahan kepada berhala. Allah hanya ingin manusia “percaya” akan Allah yang memberikan “keselamatan” bagi manusia, percaya pada pengorbanan-Nya.
Sebab menyembah belum tentu percaya, tetapi percaya datang dari hati dan iman. Tetapi tidak mudah untuk “percaya” akan Allah yang mau berkorban bagi manusia untuk keselamatannya. Bagaimana menurut Admin tentang pikiranku ini? Mohon tanggapannya.
~
Sdr. Cahaya,
Kami setuju dengan pendapat sdr di atas. Allah tidak perlu disembah seperti halnya menyembah berhala. Tapi, sebagai orang yang percaya kepada-Nya, kita perlu memuji dan menyembah Dia, bukan?
Mungkin hal yang perlu kami perjelas dari pemikiran sdr di atas adalah sikap hati kita ketika menyembah Allah.
Saat kita ingin menyembah Dia dan sikap hati kita terpaku pada ritual-ritual penyembahan yang kita lakukan. Maka penyembahan kita menjadi berhala. Karena fokus menyembahan kita bukan Allah, tapi pada ritual-ritual tersebut.
Tapi, jika kita menyembah Dia dengan sikap hati hanya berfokus pada Allah saja, maka penyembahan kita akan berkenan di hadapan-nya. Sebagaimana surah Al-Fatihah menuliskan, “hanya kepada Engkaulah kami menyembah” (Qs 1:5).
Jadi menurut kami, kita perlu memeriksa sikap hati kita atas penyembahan yang selama ini kita lakukan. Apakah fokus kita hanya pada Allah, atau pada ritual-ritual penyembahan yang kita lakukan.
~
Saodah
~
Sdr. Haikal,
Terimakasih untuk komentar-komentar yang sudah sdr berikan. Saran kami, sebelum sdr memberi komentar, kiranya sdr membaca kembali “Pedoman Wajib Memasukkan Komentar” yang terdapat di bagian akhir setiap artikel.
Karena komentar sdr melanggar salah satu aturan tersebut, jadi maaf jika kami terpaksa menghapusnya. Demikian, kiranya sdr maklum adanya.
~
Saodah
~
Salam,
Saya seorang agnostik, tidak membela kelompok tertentu. Hanya menyampaikan kebenaran dari semua ilmu agama yang saya pelajari. Saya selalu menjawab semua pertanyaan-pertanyaan saudara. Saya bukan orang yang fanatik beragama tapi saya fanatik dengan keTuhanan.
Saudara staf IDI sendiri yang banyak menyangkal dan sering tidak mau menjawab dengan apa yang telah saya sampaikan di sini. Mari kita berdiskusi sehat dengan berbagi ilmu agama dan pengetahuan.
Saya mencoba menjawab secara kritis tentang penyembahan dan kebencian dalam topik ini. Mohon saudara tanggapi dengan bijak. Terimakasih.
~
Sdr. Universe,
Tentu kami sangat berterimakasih karena sdr berkenan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di setiap artikel.
Tapi, di saat jawaban yang sdr berikan kurang tepat, terutama saat sdr mencoba menafsirkan sendiri isi dari firman Allah yang terdapat dalam Alkitab, maka kami wajib untuk meluruskannya. Sehingga pembaca lain dapat melihat, mana yang benar dan mana yang kurang benar.
Misalnya tentang ayat-ayat yang sdr kutip sebelumnya. Dimana menurut sdr ayat-ayat tersebut merupakan perintah Allah dalam Alkitab, bahwa untuk berserah pada Allah harus bersujud.
Kami sudah lama mempelajari Alkitab. Dan dikatakan, kunci berserah pada Allah bukan terdapat pada posisi tubuh, yaitu bersujud. Tetapi pada sikap hati! Kami tidak mengatakan bersujud itu salah. Tapi yang perlu digaris-bawahi adalah, penentu seseorang berserah bukan kala dia bersujud.
Seorang yang bersujud selama berjam-jam, tapi hatinya tidak berfokus kepada Allah, apakah hal itu dapat disebut berserah?
~
Saodah
~
Dari semua agama yang ada di dunia hanya agama Islam yang memiliki “reputasi buruk” di mata dunia. Namun dunia mengasihi umat Islam sebagai sesama manusia. Tapi mengutuk ajarannya yang telah membuat beberapa orang tersesat dalam ajarannya dan melakukan aksi-aksi teror.
Kenapa beberapa orang bisa tersesat? Karena memang ajarannya tidak jelas dan kabur untuk dipahami. Ketersesatan beberapa orang Islam ini seharusnya menjadi tanggung-jawab umat Islam yang lainnya. Untuk mencegah ketersesatan saudaranya sendiri. Namun apa yang dilakukan umat Islam lainnya terhadap saudaranya yang tersesat? Mereka malah mengutuknya, dan malah membenarkan Islam itu sendiri. Mana tanggung-jawab umat Islam yang lainnya? Tidak ada.
~
Sdr. Moses,
Bicara soal aksi-aksi teroris, kadang-kala seperti membahas buah simalakama. Setuju salah, tidak setuju juga salah. Jika tidak menyetujui aksi jihadis tersebut, berarti memungkiri bagian-bagian tertentu dari Al-Quran. Sebaliknya, bila setuju berarti bertentangan dengan sikap kemanusiaan.
Mungkin hal terbaik yang dapat dilakukan adalah mendoakan mereka. Agar mereka dapat melihat cahaya dan kebenaran Allah yang terdapat dalam Kitab Suci Injil dan Taurat. Sebagaimana Al-Quran menuliskan, “ . . . Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa” (Qs 5:46).
~
Saodah
~
Qs 9:123 “Hai orang-orang yang beriman, “perangilah” orang-orang kafir yang disekitarmu itu, dan hendaklah mereka menemui “kekerasan” dari padamu, dan ketahuilah, bahwasannya Allah beserta orang-orang yang beriman.”
Islam tidak mengajarkan teror, Islam agama cinta damai. Coba tolong ayat di atas ditafsir menjadi ayat yang cinta damai dong, biar kami tidak salah mengerti.
~
To Teroris,
Qs 9:123 yang Anda kutip di atas, seperti yang dikutip oleh para misioneris. Itu ayat yang mengisahkan pada saat Nabi Muhammad berperang melawan kaum kafir yang menentangnya. Kemudian Allah mengajarkan strategi kepada Muhammad cara memerangi mereka. Yaitu dengan cara memerangi daerah yang paling dekat dengan daerah kaum Muslimin terlebih dulu dan seterusnya.
Dan dalam soal peperangan apakah umat Kristen tidak pernah berperang, membantai tanpa ampun, pemusnahan massal? Baca sejarah!
Dan Andapun seharusnya memikiran fakta yang sudah menjadi rahasia umum, bahwa bila Muslim mayoritas, non-Muslim aman. Dan kalau sebaliknya Muslim ditindas, disiksa dan dikucilkan. Apakah ini ajaran Paulus?
~
Sdr. Love Eesho Msheekha,
Satu pertanyaan dari kami untuk penjelasan sdr di atas. Jika Qs 9:123 ditujukan kepada Muhammad saat dia berperang. Berarti Qs 9:123 sudah tidak berlaku lagi sekarang. Benarkah demikian?
Selain Qs 9:123, apakah seluruh ayat-ayat jihad yang terdapat dalam Al-Quran juga tidak berlaku lagi untuk saat ini?
~
Saodah
~
Staf IDA Saodah,
Kalau anda dan Tuhan Yesus Anda bisa memastikan bahwa setelah peperangan Nabi Muhammad tersebut, tidak ada lagi yang menentang dan mengganggu umat Islam, dan perdamaian dunia berlangsung selamanya. Bisa jadi Qs 9:123 dan ayat-ayat tentang jihad di dalam Al-Quran, tidak berlaku lagi. Seharusnya ada pelajari ilmu pengetahuan yang diajarkannya khususnya strategi.
~
Sdr. Love Eesho Msheekha,
Bukankah sebelumnya sdr mengatakan bahwa Qs 9:123 yang sering kami dan misioneris kutip adalah ayat yang mengisahkan pada saat Nabi Muhammad berperang melawan kaum kafir. Artinya, ayat tersebut menjelaskan sebuah kejadian yang sudah berlalu.
Jadi sebenarnya apakah ayat itu masih berlaku untuk saat ini atau tidak? Jika masih berlaku, wajar saja bukan jika para jihadis Islam memakai ayat tersebut sebagai dasar untuk memerangi orang-orang non-Muslim?
Bagaimana pendapat saudara? Sebelum menjawab, saran kami silakan membaca komentar sdr sebelumnya. Supaya penjelasan sdr tidak saling bertentangan.
~
Saodah