Beberapa waktu lalu warga Jakarta sempat cemas dengan adanya teror bom di pusat kota Jakarta. Kelompok teror tersebut menyatakan diri sebagai bagian dari ISIS. Selain menimbulkan keresahan, kondisi ini juga menimbulkan rasa benci dari umat beragama terhadap pelaku.
Bagaimana seharusnya kita menyikapi kejadian itu? Apakah mungkin melakukan ibadah dengan hati membenci? Apa yang tertulis didalam kitab suci tentang sikap hati yang benar saat menyembah Allah? Berpedoman pada Kitab Allah adalah langkah yang tepat, sehingga sikap yang kita ambil tidak menghalangi ibadah penyembahan kita kepada-Nya.
Pujian dan Penyembahan bagi Allah
Ayat ke-lima Al-Fatihah berbunyi “hanya kepada Engkaulah kami menyembah” (Qs 1:5). Ayat ini berhubungan dengan pujian dan penyembahan kepada Allah.
Menurut M. Quraish Shihab, istilah bahasa Arab na’budu biasa diterjemahkan dengan “menyembah, mengabdi, dan taat.” Dalam Al-Quran bahasa Inggris, na’budu diterjemahkan dengan kata worship. ‘Worship’ dapat diartikan ‘menyembah’ (Lihatlah terjemahan Yusuf Ali, Pickthal).
Menyembah Allah Dengan Kasih
Setidaknya lima kali dalam sehari umat Muslim menyembah Allah. Demikian juga halnya dengan umat Kristen, diperintah untuk menaikkan pujian pada Allah setiap saat. Lantas, berkenankah Allah pada setiap pujian dan penyembahan yang dinaikkan? Mungkinkah mereka melakukan ibadah dengan hati membenci?
Dalam Kitab Injil, Surat 1 Yohanes 4:8 dikatakan bahwa “Allah adalah kasih.” Sebab itu Allah memerintahkan umat-Nya agar mengasihi Dia. Karena Allah hanya berkenan pada penyembahan yang didasari oleh kasih. Bukan dengan sikap acuh-tak-acuh atau karena rutinitas. Penyembahan yang disampaikan tanpa kasih dalam hati untuk Allah sia-sia saja.
Mengucapkan Iyyaka Na’Budu Tanpa Kebencian di Hati
Lalu bagaimana seseorang yang mengucapkan ribuan kali iyyaka na’budu, tetapi ada kebencian di hatinya terhadap sesama, misalnya kepada pelaku teror di Jakarta beberapa waktu lalu? Apa yang tertulis didalam kitab suci tentang melakukan ibadah dengan hati membenci?
Kitab Allah menuliskan, “Jikalau seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya”(Injil, Surat I Yohanes 4:20).
Isa Al-Masih Dapat Memberi Anda Hati yang Baru
Kunci mengasihi Allah adalah dengan mengasihi sesama. Kunci agar dapat mengasihi sesama adalah memiliki hati yang penuh kasih. Bukan hati yang penuh berdosa. Dengan hati yang suci, maka Anda akan mampu mengasihi setiap orang, termasuk mereka yang membenci Anda.
Lalu, bagaimana cara mendapatkan hati yang suci? Allah dalam Kitab-Nya berkata, “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat” (Kitab Nabi Yehezkiel 36:26).
Dengan memiliki hati yang baru, hati yang sudah dibersihkan dengan rahmat Allah dalam Isa Al-Masih. Maka penyembahan yang Anda naikkan bagi Allah, akan berasal dari hati yang murni. Dan penyembahan Anda pun akan diterima Allah!
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Setujukah Anda bahwa penyembahan yang dinaikkan dengan sikap acuh dan tidak penuh kasih akan ditolak Allah? Jelaskan alasan Anda!
- Adakah cara lain agar seseorang mempunyai hati yang suci, selain menerima hati yang baru dari Allah? Jelaskan!
- Menurut Anda, mengapa terkadang orang begitu sulit untuk mengasihi atau memaafkan sesamanya?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Ibadah Dengan Hati Membenci, Ditolak Allah”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
~
Staf IDA Saodah,
Saya kira Anda pura-pura tidak tahu yang saya maksud. Baiklah, Allah mengajarkan pada Muhammad strategi perang pada jamannya. Agar penentang bahkan ada kelompok yang ingin membunuhnya, diperintahkan Allah untuk memeranginya. Agar penyampaian dakwahnya berjalan dengan baik, tampa adanya ancaman pembunuhan.
Muhammad adalah panutan kaum Muslimin. Jadi apa yang diajarkan oleh Allah pada Muhammad, kamipun akan mengikutinya. Karena tidak tertutup kemungkinan suatu saat nanti akan terjadi peperangan.
Jadi ajaran yang terdapat di ayat-ayat perang dan jihad tetap berlaku sampai akhir jaman. Berdakwah pun itu namanya jihad, dan banyak pengertian dari kata jihat tersebut. Semoga Anda mengerti.
~
Sdr. Love Eesho Msheekha,
Terimakasih untuk penjelasan sdr di atas.
Sebagian besar orang Islam Indonesia memang sangat menolak sepak-terjang teroris. Tetapi, adakah ajaran dalam Al-Quran yang dapat digunakan teroris untuk membenarkan tindakannya? Tentu! Ada lebih dari 100 ayat Al-Quran yang mendukung jihadis. Berikut dua ayat diantaranya untuk dipertimbangkan.
Qs 4:74 “Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barang siapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.”[/b]
Qs 9:5 “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. . . .”[/b]
Muhammad berkata: “Berperang melawan orang-orang sampai mereka mengaku bahwa tidak ada allah kecuali Allah, dan Muhammad adalah rasul Allah”[/i] (Hadits, Muslim 1:33).
Bandingkanlah dengan ajaran Isa Al-Masih yang terdapat dalam Kitab Suci Injil sbb: “Kasihilah musuhmu . . .”, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka . . .”, “Kasihlah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”[/b] (Injil, Rasul Besar Matius 5:55, 7:12, 22:39).
~
Saodah