Seorang ustad heran, mengapa kebaikan orang Nasrani tidaklah dibalas dengan pahala oleh Allah sebagai syarat masuk surga. “Untuk apa kita berbuat baik, jika tidak mendapatkan pahala?” tanyanya heran.
Sebenarnya perbuatan baik Nasrani berkaitan erat dengan keselamatan dan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah. Bagaimanakah kunci beribadah dengan tulus ikhlas kepada Allah?
Kebutuhan Manusia dan Keikhlasan Dalam Beribadah
Al-Fatihah mengingatkan umat beragama bahwa, “Hanya Engkaulah yang kami sembah . . . (ayat 5).” Islam dan Nasrani setuju bahwa manusia harus menyembah Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan tanpa pamrih.
Namun, manusia punya kebutuhan sangat besar yang belum terpenuhi, yaitu kepastian masuk surga. Karena itu, dapatkah manusia yang punya kebutuhan masuk surga itu menyembah Allah dengan ikhlas tanpa pamrih?
Jika bisa maka pertanyaan tentang ikhlas berikutnya adalah, seperti apakah kunci tulus keikhlasan dalam beribadah kepada Allah?
Keikhlasan Beribadah Dalam Islam
Ustad Muhammad Abduh Tuasikal menjelaskan, “Yang namanya ikhlas adalah seseorang beramal dengan mengharap . . . surga dengan segala kenikmatannya (baik bidadari, berbagai buah, sungai di surga, rumah di surga, dsb), termasuk . . . ingin melihat Allah di akhirat kelak . . .”
Dapatkah seseorang menjalankan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah, jika masih menginginkan surga? Itu berarti tidak ikhlas. Ibadahnya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, bukan untuk Allah!
Mereka beramal baik/taat sedikit – kurang dari 100% – namun mengharapkan surga yang jauh lebih besar. Dapatkah disebut ikhlas, jika seseorang memberi sepeda kepadamu, tapi ingin mendapatkan rumah dan tanahmu?
Sampaikan pendapatmu di sini soal keikhlasan dalam beribadah kepada Tuhan.
Dasar Keikhlasan Dalam Beribadah kepada Allah
Pengikut Isa Al-Masih berbuat baik sebanyak-banyaknya sebagai ucapan syukur karena penyelamatan Isa Al-Masih. “. . . Juruselamat kita Yesus Kristus [Isa Al-Masih], yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik” (Injil, Surat Titus 2: 11-14).
Karena Isa Al-Masih telah menguduskan, maka umat-Nya berbuat baik/taat kepada-Nya karena mengasihi Dia. Sehingga kita tidak mau menyakiti-Nya.
Bagaimana Beribadah dengan Ikhlas?
Setelah beroleh jaminan pengampunan dosa dan masuk surga dari Isa Al-Masih, maka seseorang akan mempunyai kerinduan menaati Allah dengan ikhlas. Ketaatannya bukan agar beroleh surga atau terhindar dari neraka. Melainkan sebagai wujud kita mengasihi Isa Al-Masih.
Keikhlasan dalam beribadah yang demikian, seperti keikhlasan seorang anak menaati orang tuanya. Bukannya ketaatan yang penuh pamrih seorang hamba kepada tuannya.
Jadi kunci keikhlasan beribadah ialah percaya kepada Isa Al-Masih. Sebab Dia berkuasa menyucikan hidupmu dan menjamin masuk surga-Nya. Sehingga Anda dapat beribadah kepada Allah dengan ikhlas, tanpa pamrih agar mendapat pahala untuk masuk surga.
Jika ada pertanyaan, kirimkan di email ini.
[Staf Isa dan Al-Fatihah – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Al-Fatihah.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan tentang ikhlas berikut:
- Mengapa penting beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas?
- Manakah yang benar-benar tulus ikhlas beribadah, yang mengharapkan surga atau yang telah dijamin masuk surga? Berikan alasannya!
- Mengapa penyucian Isa Al-Masih atas dosa menjadi kunci beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Berikut ini dua link yang berhubungan dengan artikel “Apakah Kunci Keikhlasan Dalam Beribadah Kepada Allah” di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Apakah Kunci Keikhlasan Dalam Beribadah Kepada Allah?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini.
~
Manakah yang benar-benar tulus ikhlas beribadah, yang mengharapkan surga atau yang telah dijamin masuk surga? Berikan alasannya!
Jawab :
Orang yang telah dijamin masuk sorga tentu benar-benar ikhlas beribadah, sebab beribadah adalah untuk mengangunggkan Tuhan dalam hidupnya, Tuhan yang telah memberi keselamatan padanya.
~
Saudara Ruston Nababan,
Terimakasih telah memberikan tanggapan atas pertanyaan fokus di atas. Seperti yang dipaparkan dalam artikel di atas bahwa setelah beroleh jaminan pengampunan dosa dan masuk surga dari Isa Al-Masih, maka seseorang akan mempunyai kerinduan menaati Allah dengan ikhlas. Ketaatannya bukan agar beroleh surga atau terhindar dari neraka. Melainkan sebagai wujud kita mengasihi Isa Al-Masih.
“Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!” (Kitab Mazmur 103:2).
~
Daniar
~
Pertanyaan ke 3. Mengapa penyucian Isa Al-Masih atas dosa menjadi kunci ibadah tulus ikhlas?
Ki pitutur berkata : Kebenaran itu belum tentu tepat sasaran. Iman itu ada 6 rukun dan 7 syarat, suatu paket satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sehingga akal tidak mampu menerimanya (hidayah). Disempurnakan dengan amal ibadah anggota badan. Akal sangat berperan di dalam kesempurnaan ibadah (huda).
Bagaimana bisa dikatakan suci, kunci, tulus, ikhlas kalau tidak ada kesempurnaan iman.
~
Saudara Ki Pitutur,
Terima kasih telah bergabung dan menjawab pertanyaan fokus pada topik di atas. Kami sependapat dengan saudara bahwa kebenaran ini belum tepat sasaran, mengapa, karena ada yang belum menerimanya, bukankah benar begitu?
Seperti yang diuraikan dalam artikel di atas bahwa setelah beroleh jaminan pengampunan dosa dan masuk surga dari Isa Al-Masih, maka seseorang akan mempunyai kerinduan menaati Allah dengan ikhlas. Ketaatannya bukan agar beroleh surga atau terhindar dari neraka. Melainkan sebagai wujud kita mengasihi Isa Al-Masih. Nah, dapatkah dikatakan tulus ikhlas beribadah kepada Allah jika masih menginginkan surga?
~
Daniar
~
Wahai admin IDA,
Kamu membahas tentang keikhlasan hati tiada gunanya. Lihatlah teman kalian si admin Solihin di IDI sebagai contoh. Perkataan tidak sama dengan perbuatan. Diskriminasi dan penyalahgunaan kuasa berlaku di mana-mana. Silakan lihat topik “Siapakah Guru Paling Agung dalam Islam?”. Banyak sekali postingan balas saya tidak dipublish atas alasan aturan situs. Apakah ia benar atau sekadar alasan? Saya akan kirim semua postingan saya yang dihapus. Lihatlah sendiri siapa benar dan siapa berbohong! Biar anda menjadi saksinya.
~
Saudara Submitter,
Terimakasih saudara telah bergabung di ruang ini dan memberikan komentar. Saudara benar di ruang ini topik yang dibahas adalah Kunci keikhlasan dalam beribadah kepada Allah. Bukankah topik ini sangat penting, sehingga ibadah kita tidak sia-sia dan berkenan kepada Allah. Menurut saudara apa kunci keikhlasan dalam beribadah kepada Allah?
Mengenai menghapus postingan yang saudara kirim. Memang setiap forum diskusi memiliki aturan dalam memberikan komentar, demikian di ruang ini. Untuk itu kami juga mohon maaf beberapa postingan saudara tidak kami tampilkan. Namun bila saudara ingin mendiskusikan lebih inten silakan kirim ke [email protected]. Kiranya saudara dapat mengerti.
~
Daniar
PEDOMAN WAJIB MEMASUKAN KOMENTAR
Bagi Pembaca yang ingin memberi komentar, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Komentar harus menggunakan bahasa yang jelas, tidak melanggar norma-norma, tidak kasar, tidak mengejek dan bersifat menyerang.
2. Hanya diperbolehkan menjawab salah satu pertanyaan fokus yang terdapat di bagian akhir artikel. Komentar yang tidak berhubungan dengan salah satu pertanyaan fokus, pasti akan dihapus. Harap maklum!
3. Sebelum menuliskan jawaban, copy-lah pertanyaan yang ingin dijawab terlebih dahulu.
4. Tidak diperbolehkan menggunakan huruf besar untuk menekankan sesuatu.
5. Tidak diijinkan mencantumkan hyperlink dari situs lain.
6. Satu orang komentator hanya berhak menuliskan komentar pada satu kolom. Tidak lebih!
Komentar-komentar yang melanggar aturan di atas, kami berhak menghapusnya. Untuk pertanyaan/masukan yang majemuk, silakan mengirim email ke: [email protected].
Kiranya petunjuk-petunjuk di atas dapat kita perhatikan.
Wassalam,
Staf, Isa dan Islam
~
Terimakasih atas responnya, saya merasa sangat gembira. Saudara telah tampilkan postingan “basic” saya untuk dapat dibaca. Saya tahu postingan yang lain memang menyalahi aturan situs, tidak layak untuk dipublish. Terimakasih atas budi baik anda! Sampai jumpa lagi.
~
Saudara Submitter,
Kami juga mengucapkan terimakasih atas perhatian dan kebaikan saudara. Dengan senang hati kami akan menunggu saudara untuk bergabung dan memberikan komentar di ruang ini.
Salam,
Daniar
~
Admin khususnya, pendeta/kristen pada umumnya keliru memahami ibadah Ikhlas atau tidak. Allah tidak perlu ibadah kita, sembahan kita. Karena Dia maha segalanya. Manusia yang butuh ibadah, perlu Allah. Perintah Allah agar kita menyembahNya adalah agar kita tidak tersesat menyembah selain Dia.
Mengenai perintah yang penting kita tunaikan dulu. Karena itu perintah, ikhlas urusan belakangan. Karena jika tidak melaksanakan peritah dan menjauhi larangan sudah pasti masuk neraka. Apabila kita sudah melaksanakan perintah itu, masa sih Allah tidak memberikan ganjaran?
~
Saudara Gandhi Waluyan,
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk memberikan komentar di sini. Menurut saudara ibadah yang ikhlas itu yang bagaimana?
Saya tertarik dengan pandangan saudara ini “Mengenai perintah yang penting kita tunaikan dulu. Karena itu perintah, ikhlas urusan belakangan”.
Itulah bedanya dengan seseorang yang beroleh jaminan pengampunan dosa dan masuk surga dari Isa Al-Masih, maka ia akan mempunyai kerinduan menaati Allah dengan ikhlas. Ketaatannya bukan agar beroleh surga atau terhindar dari neraka. Melainkan sebagai wujud kita mengasihi Isa Al-Masih.
Bukankah Allah menciptakan manusia agar mengabdi kepada-Nya (Qs 51:56). Yaitu menaati semua perintah dan menjahui larangan-Nya. Atau menaati Dia secara sempurna (100%). Pastinya ketaatan disertai keikhlasan, bukan paksaan atau takut neraka? Bila demikian ibadah yang sudah dilakukan bukan untuk Allah, tapi untuk diri sendiri (mendapat ganjaran) dan karena ketakutan, bukankah begitu? Menurut saudara Allah melihat hati atau tidak? Atau apakah Allah berkenan dengan ibadah yang kita lakukan tanpa keikhlasan?
~
Daniar
~
Syekh Muhammad Nawawi Banten di dalam kitabnya Nashâihul ‘Ibâd:
1.“Tingkatan ikhlas yang paling tinggi adalah membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk (manusia) di mana tidak ada yang diinginkan dengan ibadahnya selain menuruti perintah Allah dan melakukan hak penghambaan, bukan mencari perhatian manusia berupa kecintaan, pujian, harta dan sebagainya.”
2. “Tingkat keikhlasan yang kedua adalah melakukan perbuatan karena Allah agar diberi bagian-bagian akhirat seperti dijauhkan dari siksa api neraka dan dimasukkan ke dalam surga dan menikmati berbagai macam kelezatannya.”
Allah SWT dan Rasulullah SAW sering memotivasi hambanya dan umatnya dengan iming-iming pahala dan kenikmatan.
~
Saudara Khairil Mukmin,
Terimakasih telah memberikan komentar di ruang ini. saudara Khairil, manusia punya kebutuhan sangat besar yang belum terpenuhi, yaitu kepastian masuk surga, bukan? Karena itu, dapatkah manusia yang punya kebutuhan masuk surga itu menyembah Allah dengan ikhlas tanpa pamrih? Bagaimana caranya?
Lagi, bagaimana menurut saudara, dapatkah disebut ikhlas jika ibadahnya ingin mendapat imbalan untuk kenikmatannya?
Silakan berikan tanggapan saudara, atau mungkin saudara memiliki pengalaman akan hal itu!
~
Daniar