Manusia berdosa karena gagal menaati semua perintah Allah dan semua larangan-Nya. Bagaimana solusi atas ibadah kepada Allah yang tidak sempurna itu?
Al-Fatihah: “Sembahlah Allah Saja”
Bunyi awal Al-Fatihah “Iyyaka na’budu/ Hanya kepada-Mu kami mengabdi.” Ini mengingatkan kita untuk ibadah kepada Allah saja dan mengabdi kepada-Nya, bukan yang lain. Sebaliknya, kita berdosa syirik (penyembahan berhala) jika beribadah kepada selain Allah.
Dapatkah manusia mengabdi kepada Allah dengan sempurna, tanpa melanggar perintah dan larangan-Nya?
Nilai Pengabdian Adam, Muhammad dan Kita
Manusia tidak dapat menaati Allah dengan sempurna, walaupun berusaha sepanjang hidupnya. Adam yang menerima satu larangan saja gagal. Ia berdosa terhadap Allah.
Qs 48:2 menjelaskan bahwa Muhammad berdosa. “Supaya Allah memberi ampunan kepadamu (Muhammad) terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang . . .”Karena berdosa, maka Muhammad minta ampun. “Ya Allah! Ampunilah saya! Kasihanilah saya . . .”(Sahih Bukhari Vol. 5 Buku 59 No. 715).
Dosa yang kita lakukan membuktikan bahwa kita gagal mengabdi kepada Allah dengan sempurna. Jadi bukti ketidak-sempurnaan pengabdian kita kepada Allah ialah perbuatan dosa dan permohonan ampunan atas dosa-dosa kita itu.
Sombong dan Syirik dalam Ibadah Manusia
Teman-teman Muslimku percaya bahwa mereka sanggup menaati semua perintah dan larangan Allah. Bukankah ini sikap sombong dan syirik? Sombong karena menganggap diri mampu menaati semua perintah dan larangan Allah.
Dan Syirik karena mengandalkan kemampuan manusia dalam menaati semua firman Allah. Bukankah dosa Adam dan Muhammad membuktikan bahwa manusia tidak mampu menaati firman Allah dengan sempurna?
Sebuah situs Islam mengingatkan, “Salah satu hal yang dapat menjadikan amal saleh rusak adalah rasa bangga pada diri sendiri, merasa bangga pada diri sendiri merasa cukup dengan itu dan bersikap sombong . . . Bahkan . . . bisa masuk pada wilayah syirik khafi (samar) kepada Allah.”
Penilaian Allah Terhadap Pengabdian Manusia
Tepatlah ayat suci Allah berkata, “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; . . . (Kitab Nabi Besar Yesaya 64:6). Apa yang kita anggap kesalehan, di mata Allah adalah dosa yang menjijikan dan layak dihukum di nereka.
Meskipun merasa diri suci, faktanya di mata Allah hidup kita penuh dosa. Dan hukuman dosa ialah kematian kekal di neraka. Bagaimana bebas dari dosa dan hukumannya?
Solusi atas Pengabdian yang Tidak Sempurna
Firman Allah mengajarkan “ . . . darah Yesus [Isa Al-Masih] menyucikan kita dari pada segala dosa” (Injil, Surat 1 Yohanes 1 :7). Kematian Isa di kayu salib untuk menanggung hukuman dosa, yaitu kematian kekal. Maka setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh pengampunan dosa dan kehidupan kekal.
[Staf Isa dan Islam – Untuk informasi lebih lanjut, silakan mendaftar untuk menerima secara cuma-cuma Buletin Mingguan “Isa dan Al-Fatihah.”]
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca:
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa manusia tidak dapat mengabdi kepada Allah dengan sempurna, tanpa melanggar perintah dan larangan-Nya?
- Dapatkah manusia menyelamatkan diri dari hukuman kekal atas dosa atau ibadah kepada Allah yang tidak sempurna itu? Mengapa?
- Bagaimana Isa Al-Masih memberikan solusi atas ketidaksempurnaan pengabdian manusia?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau WA/ SMS ke: 0812-8100-0718
~
Staff IDI,
Inti dari jawaban pertanyaan itu adalah: “Sembahlah Allah – Tuhan ku dan Tuhanmu, tiada yang lainnya lagi, dan itulah jalan yang lurus” (Qs 19:36).
~
Saudara Olaf,
Terima kasih atas jawabannya.
Agar jawabannya lebih fokus. Berikut saya kutip kembali pertanyaan-pertanyaannya:
1. Mengapa manusia tidak dapat mengabdi kepada Allah dengan sempurna, tanpa melanggar perintah dan larangan-Nya?
2. Dapatkah manusia menyelamatkan diri dari hukuman kekal atas dosa atau ibadah kepada Allah yang tidak sempurna itu? Mengapa?
3. Bagaimana Isa Al-Masih memberikan solusi atas ketidaksempurnaan pengabdian manusia?
Terima kasih.
~
Daniar
~
Kekuatan fisik adalah kekuatan daya tubuh seseorang. Tetapi kalau kekuatan hati lebih sangat berpengaruh dalam hal pikiran dan mental seseorang. Ada saran yang didapatkan kuat kuat jamu kali obat kuat itu.
~
Saudara Nalom,
Firman Allah mengingatkan kita bahwa “sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat,…” (Injil, Rasul Markus 7:21). Sehingga kekuatan fisik dan hati kita tidak dapat membuat ibadah kita sempuran. Meskipun merasa diri kuat, suci, faktanya di mata Allah hidup kita penuh dosa, bukan?
~
Daniar