Tidak ada anak yang suka dihukum. Dan tidak ada ayah baik yang suka menghukum anaknya.
Pernahkah Anda berpikir, “Allah itu suka menghukum manusia atau tidak? Apakah Dia mirip seorang hakim yang menghukum ataukah ayah yang mengasihi?” Konsep akan Allah ini berdampak bagi keimanan dan nasib kekal kita.
Bacalah artikel ini agar Anda akan benar-benar mengenal Allah Maha Pengasih.
Allah Suka Menghukum Manusia?
Ayat terakhir dari surah Al-Fatihah berbunyi, “(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat” (Qs 1:7).
Bagian kalimat ‘alayhim gayril magdubi (mereka yang dimurkai), memberi kesan bahwa Allah suka memurkai orang berdosa. Bahkan gelar lain bagi Allah di Al-Fatihah, Māliki yawmi d-dīn /Yang menguasai hari pembalasan, juga mengesankan Allah suka menghukum.
Bahkan ayat Al-Quran yang berkata, “Allah akan menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya” (Qs 16:96) semakin mempertegas, bahwa Allah suka menghukum umat-Nya, bukan?
Dua bagian kalimat di atas perlu diimbangi dengan dua gelar Allah yang dua kali tertulis pada awal Al-Fatihah: r-raḥmāni r-raḥīm (Maha Pemurah dan Maha Penyayang). Sehingga Allah tidak terkesan keras dan selalu ingin menghukum umat-Nya.
Injil: Allah Tidak Suka Menghukum Manusia
Semua umat beragama percaya, manusia adalah makhluk yang berdosa. Tak seorangpun yang suci dari dosa. Kitab Suci Injil menegaskan bahwa, “upah dosa adalah maut” (Injil, Surat Roma 6:23). Sesuai tuntutan keadilan dan kesucian-Nya, Allah pasti akan menghukum dosa-dosa manusia di neraka kekal.
Allah dalam Injil seperti seorang Ayah daripada seorang hakim. Ia begitu mengasihi dan tidak suka menghukum manusia. Inilah kerinduan hati-Nya: “. . . Allah . . . yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (Injil, Surat I Timotius 2:3-4). “Tuhan . . . sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (Injil, Surat II Petrus 3:9).
Cara Allah Membebaskan Manusia dari Murka-Nya
Perlu Anda ingat bahwa Allah tidak suka menghukum manusia. Sebaliknya Ia begitu mengasihi dan ingin menyelamatkan Anda dari hukuman dosa, yaitu maut.
Bukti terbesar kasih Allah ialah mengutus Isa Al-Masih, Kalimatullah, guna membayar hukuman dosa manusia melalui kematian-Nya di kayu salib. Agar setiap orang yang beriman kepada-Nya bebas dari hukuman dosa-dosanya itu.
Firman-Nya, “Kristus [Isa Al-Masih] . . . satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya . . . untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia” (Injil Surat Ibrani 9:28).
Agar Anda Bebas dari Murka-Nya
Jikalau Anda ingin beroleh kepastian bebas dari hukuman dosa di neraka, berimanlah kepada Isa Al-Masih sekarang. Ia yang mengasihi Anda pasti mengampuni dosa-dosa dan menjamin Anda menikmati kebahagiaan surga-Nya dan di dunia.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa ayat Al-Quran menyatakan seakan-akan Allah suka menghukum umat-Nya?
- Menurut Anda, apakah Allah yang “r-rahmani r-rahim” dapat menyesatkan umat-Nya?
- Mengapa sifat Allah yang ditanyakan dalam Al-Fatihah seakan-akan saling bertentangan?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Rahasia Al-Fatihah Ayat 7 Dan Cara Bebas Dari Murka Allah
- Orang Muslim, Apakah Anda Takut akan Hari Kiamat?
- Apakah Allah Islam dan Tuhan Alkitab sama?
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Akankah Allah r-raḥmāni r-raḥīm Menghukum Manusia Yang Berdosa?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
*****
1. Sepanjang pemahaman saya terhadap relasi antara Islam dengan Allah mereka, paradigmanya adalah relasi antara tuan dan hamba budaknya. Seorang tuan bebas bertindak apapun sesukanya terhadap hamba budaknya. Jadi wajar jika dalam ayat Al-Quran, Allah mereka suka memurkai umat-Nya.
2. Bagi Muslim itulah cara pandang mereka terhadap Allahnya. Terlepas dari itu, Allah Maha Kuasa dapat bertindak apapun termasuk menyesatkan. Tetapi Allah yang benar tidak akan seperti itu karena Allah justru menarik dan mencari umat-Nya yang hilang, supaya dapat bersatu dengan-Nya. Ingat, Allah akan mencari 1 domba yang hilang untuk dijadikan satu dengan 99 domba lainnya.
3. Bertentangan. Karena saya yakin bukan Allah sejati yang berfirman dalam Al-Fatihah itu.
*****
Saudara Boni,
Terimakasih untuk komentar dan penjelasan yang sudah saudara berikan. Semoga apa yang saudara jabarkan di atas dapat menjadi satu pencerahan bagi saudara-saudara lain yang membacanya.
Tuhan memberkati!
~
Saodah
*****
1. Tidak hanya Al-Quran yang menyatakan Allah suka memurkai umatnya. Dalam Injil juga banyak yang menyatakan kemurkaan Allah kepada umatnya.
2. Tentu tidak
3. Kata siapa, coba baca lagi dengan seksama ayat-ayatnya. Yang benar itu datangnya dari Allah dan yang salah itu datangnya dari manusia.
*****
Saudara Guns,
1. Silakan ditunjukkan ayat dalam Injil yang sdr maksud itu. Injil menekankan bahwa Allah tidak suka menghukum manusia.
Perhatikanlah dengan saksama dua ayat suci Allah berikut:
“. . . Allah . . . yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (Injil, I Timotius 2:3-4).
“Tuhan . . . sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (Injil, Surat Rasul Besar Petrus, II Petrus 3:9).
2. Bagaimana dengan fakta ini, ayat Al-Quran berkata “Allah akan menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya”(Qs 16:96)?
3.Dalam bagian awal Al-Fatihah: r-raḥmāni r-raḥīm (Maha Pemurah dan Maha Penyayang). Sedangkan bagian terakhir “alayhim gayril magdubi” (mereka yang dimurkai). Ini memberi kesan bahwa Allah suka memurkai orang berdosa. Bagaimana menurut sdr?
~
Daniar
~
Jawaban
1. Coba baca ayat-ayat ini: Ul 6:14-15; 2Raja 22:13; Ul 29:19-20; 2Taw 36:16;2Taw 19:2; Kol 3:5-6; Nahum 1:3; Ibr 12:29; Maz 7:12; Yoh 2:17; 1Sam 6:19-20; Bil 25:11
2. Itulah kekuasaan Allah yang telah menakdirkan kehidupan manusia dari lahir hingga wafatnya. Hanya ilmu Allah-lah yang mengetahui dan mengatur nasib seseorang.
3. Allah tidak ingin dinomor dua kan. Allah ingin dinomor satukan dalam hidup kita. Allah tidak ingin kita mempunyai Allah lain/berhala. Adanya Allah lain dalam hidup kita, menyebabkan Allah menjadi murka!
~
Saudara Guns,
1. Terima kasih atas kutipan ayat-ayat yang sudah sdr berikan. Sdr Guns, Allah murka karena dosa-dosa manusia. Sehingga sesuai dengan keadilan-Nya maka Allah menghukum dosa, bukan? Namun sesungguhnya Allah tidak suka menghukum manusia. Seperti yang dinyatakan dalam Injil.
2. Jadi, Allah yang“r-rahmani r-rahim” dapat menyesatkan umat-Nya, benar begitu?
3. Kami sependapat dengan sdr, dan memang seharusnya kita menomor satukan Allah dalam hidup kita. Namun apakah Allah yang maha penyayang juga suka menghukum umat-Nya?
~
Daniar
Saya yakin jika umat didunia ini beragama Nasrani semua dunia akan kacau ,hancur karena manusia tidak takut berbuat dosa ,sebab dosa sudah ada yg menanggungnya .
~
Saudara Dora,
Mohon maaf kami tidak menjawab komentar saudara. Karena komentar saudara sama dengan komentar saudara di ruang yang lain yaitu tentang jaminan keselamatan dalam Isa Al-Masih. Dan kami sudah menjelaskan di sana. Untuk itu kami berharap saudara dapat membaca dan merenungkan kembali, terimakasih.
Menurut saudara Allah suka menghukum atau tidak? Lalu bagaimana cara Allah menyelamatkan saudara? Bagaimana tanggapan saudara?
~
Daniar
~
Saudaraku,
Dalam hal agama kita peroleh karena keturunan dan kita merasa bahwa agama turunan dari nenek moyang kita sudah benar. Tetapi kita tidak memperhatikan karena ternyata ada banyak agama dan terdapat perbedaan yang sangat prinsip.
Masing-masing mengklaim benar, dan tidak mungkin ada perbedaan prinsip tapi masing-masing mengklaim benar. Sehingga kita harus mengkaji dengan baik apa yang diajarkan agama disekitar kita. Dan harus mengambil kesimpulan yang tepat karena untuk kepentingan dunia dan akherat abadi! Silahkan yang mau menjual agamanya dengan imbalan masing-masing tapi keputusan ditangan kita. Yang harus dicermati agama mana yang menggambarkan Allah dengan benar.
~
Saudara Joko S.
Senang dapat berdiskusi lagi dengan saudara. Terimakasih untuk komentarnya. Saudara benar, bahwa tidak akan mungkin ada dua kebenaran dalam waktu yang sama bertentangan.
Kebenaran itu tunggal dan mutlak. Jika ada kontradiksi di dalamnya maka itu bukan lagi kebenaran. Singkatnya bahwa kebenaran itu murni dan selalu relefan di segala zaman dan konteks. Sebaliknya ketidakbenaran akan ternyata gelap apabila berhadapan dengan kebenaran.
Demikianlah ajaran palsu, sangat terbatas pada konteks dan zamannya sehingga memerlukan tambahan tafsiran, penyesuaian dan ada banyak kesulitan ketika diperhadapkan dengan realita masa kini. Apakah Muslim dapat relefan dalam setiap konteks budaya dan bahasa atau terikat pada satu budaya dan bahasa dan zamannya.
~
Noni
~
Sungguh Allah yang sangat kejam, benarkah Allah seperti ini adalah Allah yang disembah Yahudi dan Kristen? Pembukaan Al-Fātiĥah:4 – Yang menguasai di hari pembalasan.
~
Saudara Mars,
Terimakasih atas tanggapan saudara. Memang benar ada hal yang sulit kita pahami melihat kontradiksi antara sifat Allah yang Maha kasih dan Maha sempurna yang bertolak belakang dengan kebencian dan dendam.
Terutama Allah seperti ini yang tanpa alasan membenci umat pilihan dan umat tebusan yang percaya kepada janji-janji-Nya. Ini bertentangan dengan diri-Nya sendiri dan bertentangan dengan rencana-Nya melalui umat-umat pilihan-Nya.
~
Noni
~
Saudara Noni,
Saya ulangi, agama, ajaran mana yang menggambarkan Tuhan Allah Pencipta langit bumi seisinya dengan benar dan tetap relevan dari awal sampai akhir zaman (prinsip utama).? Agama/ajaran mana yang menurut anda benar ( memenuhi akal pikiran dan pengetahuan?
Isa Al-Masih digambarkan di dua agama yang menggambarkan prinsip yang berbeda. Dalam hal Kitab yang ditulis penulis Injil terdapat banyak hal prinsip yang berbeda, bahkan salah satunya menuliskan bertentangan disatu pihak Isa Al-Masih Tuhan dilain pihak Isa Al-masih utusan dan lain-lain. Jadi semua argumen saya tolak. Dalam hal ini saya memilih Islam Al-Quran dan Hadist yang lebih logis dan fitrah!
Wallahu A’lam.
~
Saudara Joko S,
Terimakasih atas penjelasan saudara. Memang benar, kami setuju dengan saudara bahwa Isa Al-Masih disebut utusan tetapi juga disebut Tuhan. Belum lagi disebut sebagai Anak Allah, tetapi juga disebut Bapa yang kekal. Dia disebut sebagai Alfa atau yang awal, tetapi juga sebagai yang akhir. Bahkan menariknya, di dalam Al-Quran Dia dikatakan sebagai nabi, tetapi Al-Quran juga menyebutnya sebagai Yang terkemuka di dunia dan akhirat, setara dengan Allah.
Lebih uniknya lagi, bahwa karena sedemikian luarbiasanya gelar atau sebutan Isa Al-Masih justru membuat saudara putus asa untuk mengertinya sehingga pasrah memilih Islam. Bagi kami, justru hal itu menunjukan bahwa Dia sangat istimewa.
~
Noni
~
Bagian kalimat “alayhim gayril magdubi” (mereka yang dimurkai), memberi kesan bahwa Allah suka memurkai orang berdosa. Bahkan gelar lain bagi Allah di Al-Fatihah, Māliki yawmi d-dīn /Yang menguasai hari pembalasan, juga mengesankan Allah suka menghukum.
Bahkan ayat Al-Quran yang berkata, “Allah akan menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya” (Qs 16:96) semakin mempertegas, bahwa Allah suka menghukum umat-Nya, bukan? Ini tulisan di artikel.
Tanggapan : Belajarlah ilmu nahwu shorof, ilmu balaghoh, ilmu mantik dan ilmu bayyan untuk mengerti makna/arti ayat Al Quran pasti dengan ilmu tersebut anda tidak akan menulis seperti itu lagi di masa yang akan datang.
~
Saudara Ronny Santoso,
Terimakasih atas masukan yang saudara berikan. Kami setuju dengan saudara bahwa untuk mempelajari segala sesuatu harus dengan ilmunya. Menurut saudara, ilmu-ilmu yang saudara sebutkan itu dibuat oleh para ulama atau oleh Allah?
Setahu kami ilmu-ilmu tersebut adalah ilmu yang dikembangkan oleh ulama untuk memberikan penjelasan ayat-ayat Al-Quran. Jadi ilmu tersebut adalah kehendak manusia untuk menyederhanakan suatu hal yang perlu disesuaikan dengan berdasarkan kebutuhan manusia agar dapat dimengerti atau diterima dalam konteks budaya tertentu. Jadi sebenarnya umat Islam mengenal Allahnya berdasarkan Al-Quran atau berdasarkan ilmu seperti itu?
~
Noni
~
Selama kita berpikir Tuhan adalah mahluk atau individu, maka pemikiran tentang murka dan kasih Tuhan akan dipikirkan seperti emosi yang dialami seorang mahluk atau individu. Sungguh maha besar Allah, tiada sesuatupun yang menyerupainya, dan meliputi maha besar Allah, tiada sesuatu pun yang meyerupainya, dan meliputi segala sesuatu.
~
Sauadra Aakoen,
Kami setuju dengan saudara bahwa Allah itu Maha Besar dan tiada seorangpun yang menyerupai-Nya. Namun jika Allah itu bukan individu, maka Allah itu apa menurut saudara? Individu itu berarti bahwa Dia adalah ada dan Dia menyatakan diri dengan menciptakan.
Semua yang ada adalah ciptaan-Nya. Jika saudara menyebut-Nya dengan suatu nama yaitu “Allah” bukankah itu sudah menunjuknya sebagai individu. Bahkan sekalipun saudara menyebutnya hanya sebagai zat, itu pun menunjukan pribadi diri-Nya. Dari hal ini kita belajar bahwa memang Dia menyatakan diri yang dapat dikenali sebagai diri-Nya.
Puji syukur kepada Allah bahwa Dia menyatakan diri dalam wujud manusia Isa Al-Masih sehingga kepercayaan akan Allah semakin nyata. Isa Al-Masih berkata: “Aku dan Bapa (Allah) adalah satu” (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:30).
~
Noni
~
Selama kita berpikir Tuhan adalah mahluk atau individu, maka pemikiran tentang murka dan kasih Tuhan akan dipikirkan seperti emosi yang dialami seorang mahluk atau individu. Sungguh maha besar Allah, tiada sesuatupun yang menyerupainya, dan meliputi maha besar Allah, tiada sesuatu pun yang meyerupainya, dan meliputi segala sesuatu.
~
Sauadra Aakoen,
Kami setuju dengan saudara bahwa Allah itu Maha Besar dan tiada seorangpun yang menyerupai-Nya. Namun jika Allah itu bukan individu, maka Allah itu apa menurut saudara? Individu itu berarti bahwa Dia adalah ada dan Dia menyatakan diri dengan menciptakan.
Semua yang ada adalah ciptaan-Nya. Jika saudara menyebut-Nya dengan suatu nama yaitu “Allah” bukankah itu sudah menunjuknya sebagai individu. Bahkan sekalipun saudara menyebutnya hanya sebagai zat, itu pun menunjukan pribadi diri-Nya. Dari hal ini kita belajar bahwa memang Dia menyatakan diri yang dapat dikenali sebagai diri-Nya. Puji syukur kepada Allah bahwa Dia menyatakan diri dalam wujud manusia Isa Al-Masih sehingga kepercayaan akan Allah semakin nyata.
Isa Al-Masih berkata: “Aku dan Bapa (Allah) adalah satu” (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:30).
~
Noni
~
Menanggapi surah Al-Fatihah dari sudut pandangan kejam. Kamu orang-orang itu yang dikatakan orang-orang yang di murkai dan di hari pembalasan hakim yiatu orang-orang yang berbuat zalim.
~
Saudara Udin,
Kami menerka bahwa saudara adalah seorang yang baik hati dan lemah lembut. Kami sependapat dengan saudara bahwa kekejaman itu kelak akan mendapatkan pembalasan dari Allah. Karena itu baiklah kita bersikap baik dan lemah lembut. Lihatlah Isa Al-Masih, bahwa kitab suci Islam mengakui Isa Al-Masih adalah sosok penuh kasih sayang, kebijaksanaan dan lemah lembut.
Isa Al-Masih menyembuhkan orang buta, membangkitkan orang mati dan mengusir setan yang menyiksa tubuh seorang anak laki-laki. Karena itu apakah saudara sungguh-sungguh mengenal Isa Al-Masih?
~
Noni