Melalui artikel ini, kita akan mempelajari apa manfaat ayat tujuh yang menjanjikan nikmat Allah.
Kami sering mendengar orang bersaksi, “Betapa indah rasanya bila tahu bahwa semua dosa diampuni”. Beberapa bulan lalu, seorang teman yang sering berbuat salah pada saya mengirim email. Dia menulis, “Ampunilah kami atas perbuatan kami pada saudara beberapa tahun yang lalu.” Bertahun-tahun ia menanggung beban dosa. Beban itu berat. Beban tidak akan hilang sebelum ia diampuni.
Pengampunan Dosa Adalah Nikmat Besar
Manfaat ayat tujuh dalam Al-Fatihah fokus pada nikmat, “Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat.” Setiap agama di dunia didirikan dengan tujuan agar dosa pengikutnya diampuni. Pengampunan dosa adalah nikmat terbesar bagi manusia. Dosa adalah beban berat yang dipikul manusia setiap hari.
Maka yang ditekankan manfaat ayat tujuh Al-Fatihah “nikmat” dipadamkan oleh dosa. Hanya Allah yang dapat memberi nikmat, sebab hanya Allah yang dapat mengampuni dosa!
Seorang Lumpuh Mengalami Pengampunan
Satu hari seorang lumpuh dibawa pada Isa Al-Masih. Karena banyak orang menghalangi, mereka terpaksa membuka atap rumah dan menurunkan tilamnya – tempat orang lumpuh itu terbaring – di depan Isa.
Isa melihat iman orang lumpuh itu dan berkata, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Para pemimpin agama tidak senang. Isa menambahkan, “… supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia [Isa Al-Masih] berkuasa mengampuni dosa” Ia langsung menyembuhkan orang lumpuh itu (Injil, Rasul Markus 2:1-12).
Isa Al-Masih Mengampuni, Memberi Nikmat
Sesudah mujizat yang dilakukan-Nya, Isa Al-Masih bertindak sama seperti Allah. Ia mengampuni dosa. Jelas orang lumpuh itu merasakan nikmat Allah – dia disembuhkan juga dosanya diampuni.
Nikmat terbesar di dunia ialah kepastian dosa diampuni. Karena Isa Al-Masih disalib untuk menanggung dosa manusia, maka Dia dapat mengampuni dosa saudara juga.
[Staff Isa dan Islam membuat penjelasan khusus untuk menolong saudara mengalami pengampunan dosa.]
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Al-Fatihah, Manfaat Ayat Tujuh Menjanjikan Nikmat!”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
*
Dalam agama Islam, tidak ada yang namanya menanggung/menebus dosa orang lain. Secara logis juga tak masuk akal sehat dan norma-norma keadilan universal. Manusia yang berbuat dosa, tetapi Tuhan yang harus mati disalib sebagai tebusan.
~
Akibat dari pelanggaran yang dilakukan oleh Adam di Taman Eden, maka semua keturunan Adam mewarisi “dosa maut” yaitu hilangnya kehidupan kekal di sorga.
Dosa warisan yang berupa maut (kematian rohani) ini menyebabkan terputusnya hubungan persekutuan antara manusia dengan Allah. Namun karena Allah menghendaki supaya manusia kembali mendapatkan hak hidup kekal surgawi, maka Isa Al-Masih harus datang ke dunia sebagai Penebus umat manusia.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16).
~
SL
~
Alhamdulillah saya terlahir fitrah, jadi tidak ada dosa waris terhadap saya, umat Muslim, dan umat manusia.
“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?”
Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Malik rahimahullahu dalam Al-Muwaththa` (no. 507); Al-Imam Ahmad rahimahullahu dalam Musnad-nya (no. 8739); Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam Kitabul Jana`iz (no. 1358, 1359, 1385), Kitabut Tafsir (no. 4775).
Saya heran, kenapa waktu Adam melanggar perintah Tuhan, dia tidak mati melainkan hidup dan menanggung dosa.
~
Kitab Suci Injil mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa. “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Injil, Surat Roma 3:23).
Bahkan bayi yang baru lahir pun sudah berdosa. Tentunya Nabi Daud tidak mengatakan: “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Zabur, Kitab Mazmur 51:7).
Hanya Isa Al-Masih yang tidak berdosa,Al-Quran menunjukkan bahwa Isa Al-Masih suci. “Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci” (Qs 19:19).
Kematian jasmani adalah salah satu bukti bahwa semua manusia telah berbuat dosa. Adam sekalipun melakukan perbuatan dosa yang “dianggap kecil” namun Allah menghukumnya dengan kematian rohani yang diikuti kematian jasmani.
~
Slamet
~
Jadi menurut anda bayi yang baru lahir sudah berdosa? Terus bagaimana dengan bayi yang mati setelah 5 menit ia dilahirkan? Berarti ia juga berdosa? Orang kristen mengatakan pada saat bayi berumur 3 bulan ia di bawa ke Gereja untuk dibaptis agar terhapuskan dari dosa waris. Jadi anak yang baru lahir dan mati sebelum dibaptis dia tetap berdosa.
Nabi Yehezkiel 18:20, menyatakan, “Orang berbuat dosa, ia itu juga akan mati; maka anak tiada akan menanggung kesalahan bapaknya, dan Bapa pun tiada akan menanggung kesalahan anak-anaknya; kebenaran orang yang benar akan tergantung atasnya dan kejahatan orang fasik pun akan tergantung atasnya.”
~
Kitab Suci Allah memberitahukan bahwa sekalipun seorang bayi tidak berbuat dosa secara pribadi, namun semua orang bersalah di hadapan Allah. Seorang bayi telah memiliki dosa yang diwarisi dari orangtuanya.
Dalam Zabur Kitab Mazmur 51:7, Raja Daud menulis, “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.”
Fakta kematian seorang bayi sebetulnya membuktikan bahwa bayipun menerima dampak dari dosa Adam, karena kematian fisik dan rohani adalah merupakan akibat dari dosa Adam.
Bagaimana dengan kematian seorang bayi yang belum mampu mengambil keputusan pribadi? “Umur pertanggungjawaban” adalah konsep yang mengajarkan bahwa mereka yang meninggal sebelum dapat membedakan antara yang baik dan jahat secara otomatis diselamatkan oleh anugrah dan kemurahan Allah.
“Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada … lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri” (Kitab Nabi Yunus 4:11).
~
Slamet
~
Bagaimana umat Kristen bisa tahu kalau Yesus disalib untuk menebus dosa umat manusia? Apakah Yesus sendiri yang mengatakan demikian saat dia disalib? Kalau Yesus sendiri tidak pernah mengatakan demikian, buat apa kita percaya dokrin?
~
Saudara Bone,
Kisah dan tujuan penyaliban Yesus bukanlah sebuah doktrin. Yesus sendiri memang tidak pernah mengatakan secara langsung saat Dia disalib, bahwa tujuan penyaliban-Nya untuk menebus dosa umat manusia.
Tapi jauh sebelum peristiwa penyaliban tersebut, bahkan jauh sebelum Yesus datang ke dunia, seorang nabi Allah sudah meramalkan kelahiran dan kematian-Nya.
Inilah ramalan yang dimaksud, “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Kitab Nabi Yesaya 53:4-5).
Untuk lebih jelasnya, silakan saudara membaca artikel berikut ini: http://tinyurl.com/c2quvd8.
~
Saodah
~
Saya melihat Anda terlalu banyak berhayal dan terindoktrinasi secara sistematis, sehingga logika Anda kurang berfungsi dengan baik.
Coba anda pikir baik-baik, apa mungkin dosa diwariskan? Kejam sekali Tuhan Anda. Lalu, begitu mudahnya dosa dihapuskan semudah Anda menghapus komentar yang tidak mampu Anda jawab.
Menurut agama Anda, apa yang dimaksud dengan dosa?
Apa karena Adam, lalu manusia semua didosai? Apakah Tuhan Anda tidak malu membebankan semua dosa orang Kristen kepada Adam? Bukankah lewat rahim turunan Adam yang bernama Maryam Lahir Tuhan Anda? Berarti Yesus begitu lahirpun sudah berdosa?
~
Saudara Hery,
Maaf, kami tidak merasa terdoktrinasi. Iman kami lahir dari kebenaran firman Tuhan yang kami pelajari sendiri. Bukan atas doktrin yang ditanamkan secara turun-temurun, atau hanya hasil mendengar kotbah dari pemimpin agama kami.
Sdr Hery, yang dimaksud dengan dosa waris di sini bukan dosa orang-tua yang diwariskan kepada anaknya. Yang diwariskan Adam bukan “dosanya.” Tapi tabiat atau watak sebagai manusia pendosa, itulah yang diwariskan Adam.
Dan faktanya, setelah Adam jatuh dalam dosa, maka sejak saat itu bumi pun dipenuhi dengan dosa. Setiap anak manusia yang lahir, watak/tabiat dosa itu sudah ada dalam dirinya.
~
Saodah