Di tahun baru, umat beragama sering merenungkan kehidupannya di tahun yang telah berlalu. Begitu juga M. Yasin, merenungkan kehidupan di tahun yang lalu. Dia ingin hidup lebih baik di tahun yang akan datang, termasuk dalam iman dan ibadah.
Setiap kali merenungkan hidupnya, M. Yasin merasa tidak puas, sedih, kecewa, dan penuh penyesalan akan kehidupannya di tahun lalu. Sebab ketaatan, amal baik, dan ibadahnya tidak lebih baik dari tahun sebelumnya.
Apakah Anda juga merasakan demikian? Namun, akhirnya M. Yasin merasakan manis dan nikmat iman hasil dari hidup baru. Bagaimanakah rahasianya?
Tahun Baru, Al Fatihah, dan Tujuan Hidupmu
Berkenaan dengan pergantian tahun, situs Islam mengingatkan betapa singkatnya hidup dan tugas manusia untuk beribadah kepada Allah. Momen pergantian tahun baru semestinya diarahkan kepada rasa syukur, menambal kekurangan, memperbaiki perilaku hidup yang belum sempurna. Tahun baru lebih tepat menjadi momen muhasabah (introspeksi) dan ishlah (perbaikan).
Situs Islam menjelaskan bahwa Al Fatihah ayat 7 mengingatkan akan nikmat dan tujuan hidup. Bunyinya, “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Artinya bahwa di antara generasi terdahulu banyak yang mendapatkan murka Allah dan tersesat. Ayat ini membantumu menentukan arah hidup, membuat rencana dan tindakan khusus untuk mencapai tujuanmu di masa depan.
Sudahkah Merasakan Nikmat Iman?
Karena itulah M. Yasin juga merenungkan kehidupannya yang lalu, dan berkeinginan lebih baik di tahun depan. Selama tahun lalu, dia tidak merasakan kenikmatan dan manisnya iman Islam. Sebagaimana diajarkan dalam hadits di bawah ini.
“Tiga sifat yang jika ada pada diri seseorang, ia akan meraih manisnya iman, Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah, ia membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya sebagaimana ia benci apabila dilempar ke dalam neraka” (HR. Muslim).
Dia sudah berusaha taat beragama, tapi tidak dapat merasakan manisnya iman itu. Dia tidak merasa puas akan kehidupan agamanya di tahun lalu. Sebab dia sadar akan ketidaksempurnaannya dalam menaati agamanya, sholatnya tidaklah penuh, sedekahnya sedikit, juga kebaikannya tidak sempurna.
Walau terus berusaha hidup sempurna, dia selalu gagal dan berdosa. Apakah Anda juga mengalami hal yang sama?
Status Hamba dan Nikmat Iman
Status sebagai hamba Allah membuat diri M. Yasin dan banyak kawan Muslimnya penuh dengan ketakutan dalam menjalankan ajaran agamanya. Takut dihukum Allah bila tidak taat dan takut tidak masuk surga. Sehingga ketaatannya kepada Allah bukan karena mencintai Dia, tetapi karena takut akan itu semua.
Apakah Anda juga demikian? Apakah status Anda sebagai hamba Allah membuat Anda merasakan nikmat dalam beribadah dan menjalani kehidupan ini?
Seringkali motivasi/pendorong kita menaati Allah bukanlah kasih kepada-Nya, melainkan karena takut dihukum-Nya. Jelas itu motivasi yang kurang baik.
Anak menaati orang tuanya karena takut dihukum atau takut tidak diberi uang jajan oleh orang tuanya bukanlah motivasi terbaik. Itu artinya, anak menaati orang tuanya bukan karena mengasihi mereka.
Seorang hamba tidak dapat mengasihi tuannya seperti anak mengasihi orang tuanya. Allah ingin agar kita mengasihi Dia seperti seorang anak mengasihi orang-tuanya.
Yasin merasakan bahwa selama ini motivasi agamanya salah, yaitu bukan karena mengasihi Allah. Tetapi, karena kebutuhannya sendiri. Agar dosa-dosanya tidak dihukum Allah dan masuk surga. Karena itulah dia tidak merasakan nikmat dan manisnya iman.
Kenikmatan-kenikmatan Iman dalam Hidup Baru
Kenikmatan dan keindahan hidup di dunia akhirat bergantung pada iman, status, dan pengharapan yang baru dalam Isa Al-Masih.
Injil Allah menyaksikan bahwa setiap orang yang beriman kepada Isa Al-Masih akan menjadi anak Allah. Status ini jauh lebih mulia dan nikmat dibandingkan dengan hamba Allah. Perhatikanlah kesaksian Wahyu Allah di bawah ini!
Menjadi anak-anak Allah menghilangkan ketakutan akan dihukum Allah karena dosa-dosa kita. “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’” (Injil, Surat Roma 8:14-15).
Mereka yang menjadi anak-anak Allah menjadi ahli waris janji Allah, keselamatan dan masuk surga-Nya. “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus [Isa Al-Masih], yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia” (Injil, Surat Roma 8:16-17).
Sehingga umat Isa Al-Masih dapat menaati Allah dengan penuh sukacita, tanpa takut dihukum. Umat-Nya menaati karena mencintai Dia. Ketaatan mereka seperti ketaatan anak kepada orang tuannya.
Cinta mereka kepada Allah karena Allah telah mengasihi dan menyelamatkan mereka lebih dulu. Inilah hidup baru yang sungguh-sungguh nikmat dan membahagiakan hidup kita.
Yasin telah menikmati manis, nikmat, dan indahnya iman kepada Isa Al-Masih. Dia telah berstatus anak-anak Allah yang pasti mewarisi surga-Nya.
Pilihlah salah satu dari dua tindakan ini, maka Anda pasti menikmati hidup baru yang indah dan nikmat di tahun depan. Pertama, mulailah mengenal Isa Al-Masih lebih lagi dalam Kitab Suci Injil. Kedua, beriman kepada Isa Al-Masih sekarang.
[Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.]
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Bagaimana kaitan status hamba Allah dengan manis dan nikmatnya iman?
- Bagaimana kaitan status anak Allah karena iman kepada Isa Al-Masih dengan nikmatnya iman?
- Jelaskan sikap kita yang tepat kepada Isa Al-Masih! Mengapa?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Artikel Terkait
Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel di atas. Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut:
- Kaitan Makna Rahmatan Lil Alamin dan Nikmat Akhiratmu
- Muslim dari Iran: Isa Al-Masih Mengubah Hidupku
- Seorang Muslim Mengalami Bahagia dalam Allah
Video:
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau WA/ SMS ke: 0812-8100-0718