Melalui artikel ini, mari kita selidiki pentingnya kata “bismillah”, makan yang halal atau belas-kasihan?
Beberapa tahun silam, saya tinggal di salah satu desa di Jawa Barat. Saya tinggal di sana untuk beberapa tahun lamanya. Sebagaimana desa pada umumnya, di sana tidak ada supermarket seperti di kota-kota besar. Sehingga, untuk membeli sembilan bahan pokok, saya harus belanja di pasar tradisional yang buka hanya pagi hari.
Hingga satu hari, saat saya sedang membeli ayam yang masih dalam keadaan hidup, saya mendengar seseorang berkata. “Mas, potong ayamnya harus secara Islam dan harus baca bismillah sebelum ayamnya dipotong. Karena Muslim haram makan ayam yang dipotong tanpa mengucap bismillah.”
Apa yang menyebabkan hewan, seperti ayam, yang dipotong tanpa bismillah dapat membuatnya haram? Apakah haram atau tidaknya sebuah makanan ditentukan oleh bagaimana hewan tersebut dipotong?
Pentingnya Kata “Bismillah” Bagi Muslim
Kata “bismillah” merupakan sebuah doa yang sangat populer bagi Muslim. Bismillah adalah kata yang mengawali setiap aktivitas yang akan mereka lakukan. Termasuk aktivitas sederhana seperti makan, pergi, bahkan memotong hewan.
Dengan kata lain pentingnya kata “bismillah” memberi warna Ilahi kepada setiap aktivitas umat Muslim. Bahkan saat menentukan apakah sesuatu boleh dimakan atau tidak. Namun sebenarnya ucapan bismillah hanya merupakan salah satu peraturan agama Islam, disamping ratusan bahkan ribuan peraturan lainnya.
Kasih Lebih Penting Daripada Kegiatan Agamawi
Selalu mengingat nama Allah jelas merupakan hal baik. Namun kita perlu berhati-hati sekali. Supaya kegiatan rohani tersebut jangan hanya sebatas rutinitas tanpa makna dan arti. Seperti yang terjadi kepada para pemuka agama yang ditegur oleh Isa Al-Masih berikut ini, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetap yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan” (Injil, Rasul Besar Matius 23:23).
Orang beragama ini dengan saksama memperhatikan dan melakukan hal-hal terkecil sekalipun dalam agama. Tapi mengabaikan yang terpenting, yaitu keadilan, belas-kasihan, dan kesetiaan.
Keselamatan Hanya Karena Adalah Anugerah!
Apakah kita merupakan orang yang selalu makan daging halal tetapi hampir tidak pernah menunjukkan sikap belas-kasihan kepada sesama? Isa Al-Masih berkata, “Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini” (Injil, Rasul Markus 12:31).
Seorang beragama yang taat melakukan kegiatan agamanya, serta mengawali setiap aktivitasnya, mengutamakan pentingnya kata “bismillah” dengan mengucapkannya. Tidak menjamin keselamatannya di akhirat. Karena keselamatan hanya diperoleh lewat kasih karunia Allah, bukan dengan cara lain! “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Injil, Surat Efesus 2:8).
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Manakah yang lebih baik, mengkonsumsi daging yang dipotong tanpa mengucapkan bismillah atau berzinah? Sebutkan alasannya!
- Mengapa mengasihi sesama adalah hal terpenting yang perlu dilakukan oleh umat beragama disamping kegiatan keagamaan lainnya?
- Menurut saudara, mengapa ibadah keagamaan bagi seseorang bisa hanya sekedar runitas semata dan tanpa makna?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Pentingnya kata “bismillah” – Makan Yang Halal Atau Belas-Kasihan?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
~
1. Dan sembelihan ahli kitab hukumnya halal bagimu. (Qs Al-Maidah:5), kalau berzinahkan sudah jelas itu dosa.
2. Dalam Islam adalah hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama.
3. Bukankah sangat bagus apabila beribadah bisa masuk kedalam rutinitas? Makin sering berutinitas, makin sering beribadah.
Kalau Sholat 5 waktu bukan sekedar rutinitas lagi. Makna dan khasiat Sholat adalah menghapus dosa kecil, jadi dalam sehari Muslim itu dalam sehari 5× dihapuskan dosanya.
~
Saudara Rheinmetall,
Terima kasih telah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kami di atas.
1. Bagaimana bila penyembelih bukan ahli kitab?
2. Ya, tentunya setiap agama mengajarkan kasih akan Allah dan sesama. Kalau boleh tahu apakah Sdr. Rheinmetall sudah melakukan itu? Bisa dibagikan pengalamannya?
Demikian Isa Al-Masih mengajarkan dan memberi teladan kasih. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. … Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Injil Matius 22:37-39).
3. Memang sering beribadah adalah baik. Namun bila hanya rutinitas saja itu bukan sebuah kerinduan mendalam dari dasar hati, tetapi pada sebuah legalitas semata, bukan?
Sholat berkhasiat menghapus dosa? Apa Allah dapat disebut Maha Adil bila membiarkan dosa tidak dihukum dan terhapus dengan melakukan sholat? Silakan direnungkan baik-baik saudaraku!
~
Daniar
~
Ibadah keagamaan bagi seseorang bisa hanya rutinitas saja tanpa makna. Apabila tidak dapat menerapkan pengajaran yang baik dan benar tentang hal hukum kasih. Dimana harus dilakukan setiap orang yang beriman baik dalam keluarga, tetangga, teman serta setiap manusia.
~
Saudara Ampigang Ernst,
Terima kasih atas jawaban saudara. Kiranya ibadah yang kita lakukan tidak hanya rutinitas tanpa makna dan arti. Tetapi lebih mengutamakan keadilan, belas-kasihan, dan kesetiaan. Itulah yang diajarkan Isa Al-Masih.
~
Daniar