Mempercayai pertolongan Allah, “Bismillah” adalah kata yang sering diucapkan oleh umat Muslim. Kata ini mengawali setiap aktifitas yang akan dilakukan. Seperti: Sebelum makan, pergi, melakukan sesuatu, acap kali umat Muslim memulainya dengan kata “Bismillah”
Arti Kata Bismillah
Bismillah dapat diartikan “Dengan pertolongan Allah.” M. Quraish Shihab dalam bukunya “Tafsir Al-Mishbah” pada halaman 15 menulis: “Pengucap “Basmalah” seakan-akan berkata: “Dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, pekerjaan yang sedang saya lakukan ini dapat terlaksana.”
Mengacu pada arti Bismillah di atas, bagaimana bila kata “Bismillah” diucapkan dalam bahasa Indonesia? Bahasa yang kita dan Allah mengerti. Misalnya: “Allah, tolonglah agar pekerjaan ini dapat saya lakukan, sebab hanya dengan pertolongan-Mu-lah pekerjaan ini dapat berhasil.”
Mempercayai Pertolongan Allah
Jelas jauh lebih baik bersandar pada pertolongan Allah, daripada mengandalkan kekuatan sendiri atau berharap dari orang lain. Beginilah firman Tuhan: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!” (Kitab Nabi Yeremia 17:5).
Rasul Besar Petrus dan Konsep Bismillah
Rupanya salah satu murid Isa Al-Masih menyadari betul firman Allah di atas. Ia mengandalkan Tuhan dan meminta pertolongan dari Tuhan (Bismillah).
Dalam Kitab Suci Injil dituliskan, suatu hari murid Isa Al-Masih, Rasul Petrus melihat seorang lumpuh sejak lahir. Orang lumpuh itu hendak meminta sedekah. Rasul Petrus berkata, “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari . . . dan berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah” (Kisah Para Rasul 3:1-8).
Rasul Petrus menolong orang lumpuh tersebut dengan bersandar pada pertolongan Tuhan. Dengan “Bismillah,” demi nama Isa Al-Masih (Yesus Kristus), orang lumpuh disembuhkan!
Bismillah Keselamatan
Bila setiap hal yang kita lakukan di dunia ini, kita selalu mempercayai pertolongan Allah. Bagaimana dengan kehidupan di akhirat? Apakah kita pernah terpikir untuk meminta pertolongan dari Allah? Atau apakah kita mengandalkan kekuatan sendiri melalui ibadah keagamaan kita?
Menurut pendapat nabi umat Muslim, bukan ibadah keagamaan yang dapat memasukkan seseorang ke sorga, tetapi semata-mata rahmat dari Allah (Hadits Shahih Muslim No. 2412-2414). Demikian juga Kitab Allah mengatakan, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Injil, Surat Efesus 2:8-9).
Setiap orang yang ingin diselamatkan, memerlukan pertolongan dari Allah, agar Allah berkenan memberikan rahmat-Nya. Dan “Bismillah” keselamatan ini sudah diberikan Allah melalui Kalimat-Nya, yaitu Isa Al-Masih, “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:15).
Demikianlah setiap orang diundang menerima anugerah dan rahmat Allah melalui Isa Al-Masih. Sehingga ia menjadi yakin akan masuk sorga!
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap komentar yang diberikan hanya menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
1. Menurut saudara, bagaimana seseorang dapat berhasil masuk sorga?
2. Mengapa Nabi Muhammad berkata bahwa ibadah keagamaan tidak dapat berhasil melepaskan seseorang dari neraka?
3. Yakinkah saudara telah berhasil mendapatkan pertolongan masuk sorga?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen atau Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Komentar/pertanyaan di luar topik artikel, dapat dikirim lewat email ke staf kami di: [email protected].
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Bismillah “Mempercayai Pertolongan Allah”?”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
~
Datanglah kerajaan Mu,Jadilah kehendakMu,…
Mengapa menyuruh kerajaan Tuhan datang, padahal Kerajaan Tuhan itu kasih dan karuniaNya?
~
Kalau kita berdoa “datanglah Kerajaan-Mu” berarti kita berharap agar Allah memerintah, menjadi raja atas kita.
Ini juga berarti supaya kita berjuang dengan bantuan anugerah Allah untuk mewujudkan Kerajaan Allah itu di bumi ini.
Pengharapan tentang datangnya Kerajaan Allah mengisyaratkan bahwa kehidupan kita kini belum sepenuhnya melihat atau mengalami bahwa Kerajaan itu nyata-nyata sudah terwujud.
Namun sesuai dengan janji Firman Allah suatu ketika di bumi ini, kita akan memerintah bersama Isa Al-Masih sebagai Raja di atas segala raja.
“Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi” (Injil, Surat Wahyu 5:10)
~
Slamet
~
Sdr Widodo,
Ternyata pertanyaan yang kamu ajukan sepertinya kamu tidak pernah membaca Injil. Tetapi kamu sudah membuat andaian dengan pertanyaan kamu yang sepertinya ‘tidak masuk akal’
Harusnya kamu malu, karena kekanak-kanakan dalam memahami makna “Kerajaan Allah” itu apa.
~
Saudara Kristian Sejati,
Terimakasih untuk tanggapan yang saudara berikan kepada Sdr. Widodo. Semoga dengan membaca tanggapan dari saudara, Sdr. Widodo berkenan untuk membaca dan mempelajari Injil dengan benar.
Wassalam,
~
Saodah
~
Kamu kok masih saja membodohi orang, saya suruh tunjukkan ayat Alkitab yang menyatakan bahwa Tuhan Nabi Musa itu adalah Isa tapi anda muter-muter saja.
~
Saudara Keleng,
Ini forum bukan untuk membodohi. Tapi untuk berdiskusi, berbagi pengetahuan, dan belajar bersama tentang Isa Al-Masih. Khususnya pada topik di atas tentang bersandar pada pertolongan Allah.
Jelas jauh lebih baik bersandar pada pertolongan Allah, daripada mengandalkan kekuatan sendiri atau berharap dari orang lain. Beginilah firman Tuhan: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!” (Kitab Nabi Yeremia 17:5). Bagaimana menurut sdr?
Lalu apakah yang membuat sdr memiliki pemikiran bahwa kami membodohi orang?
~
Daniar
~
Perlu ingat jauh dari pertemuan kita ini, sebelumnya kita sudah bertemu dan berdiskusi.
Dan sampai saat ini saya masih bingung bercampur tertawa jika teringat ucapanmu: “bahwa seorang pengutus dengan yang diutus bisa sama”.
~
Saudara Keleng,
Senang dapat bertemu dan berdiskusi kembali dengan Sdr. Keleng. Tidak apa bila sdr masih bingung. Kami dengan senang hati akan memberikan penjelasan.
Dalam suatu perusahaan/organisasi pastinya ada seorang pimpinan. Ketika perusahaan itu ada misi yang harus dikerjakan. Maka pimpinan itu mengirim utusan untuk mengerjakan misi tersebut. Sedangkan yang dipilih sebagai utusan adalah pimpinan itu sendiri.
Kiranya ilustrasi ini menolong sdr agar tidak bingung lagi.
~
Daniar