Melalui artikel ini, kita akan diingatkan kembali untuk selalu mengucapkan “bismillah” dengan hati-hati. Saya menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat pribadi pada akhir Agustus tahun 1959. Sebagai orang yang beragama pun saya berdoa setiap hari. Saya selalu menaikkan doa pujian kepada Allah sebelum makan. Juga sering menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Allah.
Tetapi, satu hal yang saya pelajari dari semua aktivitas keagamaan yang saya jalani, kita begitu gampang mengucapkan kata-kata dengan mulut, tanpa menyadari benarkah perkataan tersebut keluar dari hati. Seperti kata pepatah, “lain di mulut, lain di hati.” Ketika kita berprilaku seperti ini kita telah berdosa di hadapan Allah.
Mengucapkan “Bismillah” Sebelum Melakukan Pekerjaan
Mukmin seringkali mengucapkan kata “Bismillah”. “Bismillah” secara umum berarti dengan nama Allah. Bahkan Islam mengajarkan untuk selalu mengucapkan “Bismillah” agar setiap pekerjaan yang dilakukan tidak sia-sia. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasûl SAW bersabda: setiap perkataan atau urusan, pekerjaan yang tidak dibuka dengan menyebut nama Allâh ‘Azza wa Jalla, adalah sia-sia atau terputus (Hr. Ahmad).
Jangan Mengucapkan Nama Allah dengan Sembarangan!
Tetapi, hati-hati bagi umat Muslim jika mengucapkan Bismillah dengan sembarangan. Kitab Taurat mengajarkan agar “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan” (Taurat, Kitab Keluaran 20:7).
Allah Menolak Ibadah Yang Munafik
Alkitab dengan jelas menolak pengucapan nama-Nya sebagai sebuah formula kunci untuk mendekati Allah. Nabi Besar Yesaya menyampaikan Firman Allah pada ribuan tahun yang lalu: “. . . bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya padahal hatinya menjauh dari pada-Ku dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan” (Kitab Nabi, Yesaya 29:13).
Dalam Kitab Injil, Isa Al-Masih mengatakan ibadah seperti ini munafik dan percuma. “Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 15:7-9).
Nama Allah, Nama Kudus
Seharusnya ketika kita mengucapkan nama Allah, kita memiliki hati yang kudus. Mengucapkan “bismillah” dengan hati-hati. Nabi Besar Yesaya mengaku ketika Ia mengingat kekudusan Allah, Ia melihat keberdosaan dirinya. ‘“…”Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, …, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam”‘ (Kitab Nabi Besar Yesaya 6:4).
Maukah Anda memiliki hati yang kudus? Allah telah memberikan kekudusan itu melalui kematian Isa Al-Masih untuk menebus dosa-dosa kita. Dengan menerima Isa ke dalam hati kita, “…Ia membenarkan, menguduskan dan menebus kita” (Injil, Surat 1 Korintus 1:30).
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah pengajaran Islam tentang “Bismillah”?
- Mengapa kita tidak boleh mengucapkan nama Allah dengan sembarangan?
- Kapan kita dapat mengucapkan nama Allah? Bagaimana kita dapat memiliki hati yang kudus
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Mengucapkan “Bismillah” Dengan Hati-hati”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
~
“Terimakasih atas perhatian Saudara pada situs kami! Berikut kami perkenalkan buletin mingguan yang hebat, “Isa dan Al-Fatihah.” Informasi selanjutnya, klik di sini.”
Tolong tulisan di atas jangan terlalu cepat muncul. Terimakasih.
~
Salam Sdr. Boas,
Terimakasih untuk masukan yang saudara berikan. Kami akan menyampaikan masukan saudara ke staf kami yang bertanggung-jawab.
~
Saodah
~
Assalamualaikum,
Tanpa makna, hanya ingin berkat tanpa mau memberikan isi dari bismillah itu sendiri. Memang betul kita Muslim, tapi cenderung ke arah munapik. Beribadah hanya sebatas mulut, dengan entengnya mengucapkan bismillah.
Tapi sayang bismillah hanya didasari oleh tuntutan tanpa mau bersyukur. Apakah kita pernah berucap bismilah untuk bersyukur menerima? Tapi nyatanya kita hanya menuntut upah, pahala, keselamatan, kesehatan. Berkat yang sudah kita dapat setiap hari malah kita abaikan. Manusia serakah.
Saya akui artikel ini benar. Saya harap jika anda mengaku Muslim, hati-hati jika ingin berdialog. Yakini dulu dirimu sebelum anda berkomentar. Terimakasih!
~
Saudara BNK,
Kami sungguh heran atas keberanian saudara memberi komentar seperti di atas. Sungguh berani mengkritik agama saudara sendiri. Jarang sekali kami menemukan Muslim seperti saudara.
Semoga apa yang saudara tulis di atas, dapat menjadi satu pencerahan bagi teman-teman Muslim lain yang membacanya. Terimakasih!
~
Saodah
~
Mengapa kita tidak boleh mengucapkan nama Allah dengan sembarangan?
Memang benar kita tidak boleh mengucapkan nama Allah sembarangan. Allah itu Maha Besar, Masa Mulia, Maha Mengetahui, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Maha dari sekalian Maha.
Setiap melakukan suatu pekerjaan yang baik dianjurkan membaca bismillah. Dan Allah ridha atasnya dan Allah membalas dengan satu kebaikan pula. Kesemuanya itu tergantung atas niatnya masing-masing.
~
Saudara Sekedar Tahu,
Kami setuju dengan saudara bahwa Allah itu Maha Besar, bahkan Maha dari segalanya.
Karena Dia maha segalanya, maka bukankah sah-sah saja bila Allah datang ke dunia dalam wujud manusia untuk menyelamatkan umat-Nya?
Bagaimana menurut Sdr. Sekedar Tahu tentang hal itu?
~
Saodah
~
Salam,
Setiap perkara tanpa bismillah kurang berkah, sebagai pengingat buat manusia yang tidak pernah bersukur.
~
Sdr. Awam,
Kami setuju dengan komentar sdr di atas. Melihat arti ‘bismillah’ secara umum yang berarti dengan nama Allah. Maka sudah sewajarnya setiap hal yang kita lakukan, kita melakukannya atas nama Allah.
Seperti yang dijelaskan pada artikel di atas, hendaklah ketika kita mengucapkan kata ‘bismillah’ hal tersebut bukan hanya sekedar kebiasaan saja. Tetapi kita mengucapkannya dengan bersungguh-sungguh dan dari hati yang paling dalam. Supaya kita tidak menjadi orang munafik.
Dalam Kitab Injil, Isa Al-Masih mengatakan ibadah seperti ini munafik dan percuma. “Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia” (Injil, Rasul Besar Matius 15:7-9).
~
Saodah
*****
1. Bismillah (dengan menyebut nama Allah). Semoga rahmat selalu diberi kepada orang yang selalu menyebut NamaMu ya Allah.
2. Coba tanya diri kita sendiri kenapa kita tidak boleh menyebut nama orang tua kita dengan sembarangan. Bagaimana perasaan mereka, apakah sedih? Maka sebagai rasa hormat kita harus menyebut namanya dengan hormat.
3. Semua orang diberi hati yang kudus yaitu cahayanya Allah. Hanya saja manusia lupa akan amanat ruh yang telah dititipkan oleh Allah itu. Sehingga banyak dari mereka yang lupa.
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (Qs an-Nahl:78).
*****
Saudara Guns,
Sebelumnya kami beritahukan bahwa kami jadikan satu kolom jawaban sdr. Dan terima kasih telah menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
1. Mungkin sdr dapat menjelaskan pengajaran Islam tentang “Bismillah”? Atau sdr setuju seperti yang dipaparkan dalam artikel di atas?
2. Kami setuju dengan ilustrasi sdr. Apalagi dengan Tuhan yang menciptakan kita, pastinya kita juga tidak boleh menyebut dengan sembarangan. Dan lebih dalam lagi kitab Suci Allah mengingatkan bahwa Allah menolak pengucapan nama-Nya sebagai sebuah formula kunci untuk mendekati-Nya.
“. . . bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya padahal hatinya menjauh dari pada-Ku dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan” (Kitab Nabi, Yesaya 29:13).
3. Lalu kapan kita dapat mengucapkan nama Allah? Bukankah hati kita sudah dicemari oleh dosa-dosa kita, bagaimana memiliki hati yang kudus?
~
Daniar
~
Sdr Syamsul Bahri,
Terima kasih atas komentar sdr di room ini. Maaf kami menghapus karena komentar sdr sama seperti dengan komentar sdr di halaman yang lain di situs ini. Silakan membaca tanggapan kami di sana.
Jadi silakan sdr menanggapi pertanyaan fokus artikel di atas, terima kasih.
~
Daniar