Global Positioning System (GPS) merupakan sistem navigasi yang memakai satelit untuk menampilkan posisi secara instan. Sistem ini sudah tidak asing lagi, khususnya bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar. Bahka Anda mungkin salah satu penggunanya. Melalui artikel ini, kita akan belajar apa yang menuntun kita kepada jalan kebenaran. Apakah Al-Fatihah melindungi dari kesesatan?
Umat Beragama Berada Dalam Kesesatan
Mengapa orang-orang di kota besar khususnya, senang menggunakan GPS? Hanya satu alasannya, supaya mereka dapat sampai ke tempat tujuan dan terlindung dari kesesatan. Walaupun pada kenyataanya, GPS sering memberi arahan yang salah dan menyesatkan Anda.
Hal serupa juga sering terjadi dalam kehidupan umat beragama. Berusaha menjalani setiap aturan/arahan dalam agama, tetapi belum yakin tiba di tujuan dengan selamat. Sebagaimana bunyi ayat terakhir dari surat Al-Fatihah berkata “Tunjukilah kami jalan yang lurus . . . bukan mereka yang sesat” (Qs 1:7). Bahkan nama lain untuk Al-Fatihah disebut “al-Waqiyah.” Artinya “melindungi dari kesesatan.”
Mengucapkan Al-Fatihah Melindungi dari Kesesatan?
Siapa yang tidak ingin terlindungi dari kesesatan. Setiap orang menginginkannya, bukan? Kitab Suci Allah menuliskan “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau” (Zabur, Kitab Mazmur 119:11).
Mengapa Al-Fatihah dinamai al-Waqiyah? Apakah karena penafsir berpendapat bahwa dengan mengucapkannya berulang-ulang, seseorang dapat terhindar dari perbuatan dosa? Ataukah mungkin dengan mengucapkan Al-Fatihah, seseorang tidak akan lupa tentang siapakah Allah sebenarnya? Apakah mungkin dengan mengucap Al-Fatihah melindungi dari kesesatan?
Cara Agar Terhindar Dari Kesesatan!
Dalam Kitab Suci Injil, Isa Al-Masih mengajarkan bagaimana cara agar seseorang terhindar dari kesesatan. Satu-satunya cara adalah dengan mendengarkan dan melakukan perkataan-Nya. Seseorang yang tidak melakukan perkataan-Nya sungguh akan tersesat, bahkan Isa Al-Masih mengumpamakan orang seperti itu dengan seorang yang membangun rumah di atas pasir (Injil, Rasul Besar Matius 7:24-27).
Selain itu Isa Al-Masih selalu mendoakan pengikut-Nya, supaya mereka terlindung dari penyesat besar, yaitu Setan. “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat” (Injil, Rasul Yohanes 17:15)
Dengan melakukan perkataan Isa Al-Masih serta diberkati oleh doa-Nya, Anda akan terhindar dari kesesatan. Karena perkataan dan doa-Nya adalah satu-satunya kunci agar Anda terlindung dari kesesatan.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa hanya Isa Al-Masih yang dapat menjamin seseorang terhindar dari kesesatan?
- Mengapa aturan/arahan dari agama tidak dapat menjamin seseorang dapat selamat sampai tujuan akhir?
- Menurut saudara, adakah cara lain agar seseorang terhindar dari kesesatan? Jelaskanlah!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Dapatkah Al-Fatihah Melindungi Dari Kesesatan”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
*****
1. Seluruh nabi dan rasul sesungguhnya manusia pilihan Tuhan dan membawa wahyu-Nya untuk diikuti umat manusia. Yang tersesat adalah manusia ingkar dan tidak mengakui risalah agama yang dituntunkannya. Jelas kekeliruan Anda bahwa bukan hanya Nabi Isa AS utusan Tuhan.
2. Aturan/arahan itu berupa konsep acuan, yang kemudian dituntut pelaksanaannya sehingga keselamatan hanya diperoleh dengan yakin dan patuh melaksanakan sesuai konsep/acuan yang ditetapkan oleh Tuhan. Mimpi Anda kalau hanya baca aturan tanpa pelaksaan dapat keselamatan.
3. Mudah saja, pelajari dan cermati seluruh hukum Tuhan itu, kemudian yakini/imani serta laksanakan secara murni, konsisten dan konsekwen.
Terimakasih mohon tanggapan anda.
*****
Terimakasih Sdr Panggabean sudah berusaha menjawab tiga pertanyaan yang ada. Berikut secara singkat tanggapan kami.
1. Kami setuju bahwa semua nabi dan rasul adalah manusia pilihlan Allah. Tapi, kita juga harus ingat, sekalipun mereka nabi atau rasul, mereka juga manusia yang tidak luput dari dosa, bukan? Di sisi lain, Al-Quran dan kitab-kitab sebelumnya tidak pernah menuliskan bahwa Isa berdosa semasa Dia di dunia. Bukankah hal ini layak untuk direnungkan? Mengapa ada manusia yang suci?
2. Kami juga setuju dengan saudara bahwa setiap arahan harus dipatuhi. Tapi pertanyaannya, apakah ada manusia yang dapat melaksanakan aturan dari Allah 100%? Sepertinya mustahil. Bukankah manusia identik dengan dosa, yaitu melanggar aturan Allah?
3. Seperti yang kami sampaikan sebelumnya, tidak ada manusia yang dapat secara konsisten terus-menerus seumur hidupnya mematuhi aturan dari Allah.
~
Saodah
~
To Muslim,
Terimalah ungkapan ini dengan ikhlas “Jika hatimu damai, pikiranmu bersih, dan perilakumu lembut – hidupmu akan dibaikkan.” Ungkapan ini disampaikan oleh Mario Teguh, yang adalah seorang Muslim.
Bagaimana dengan pemimpin-pemimpin umat yang mempunyai banyak pengikut, apakah pemimpinmu mencerminkan teladan seperti yang diungkapkan Mario Teguh di atas? Mengapa pemimpinmu turun ke jalan-jalan seperti preman?
~
Saudara Yohanes
Terimakasih untuk kutipan sdr di atas. Menurut kami kutipan tersebut tidak hanya ditujukan kepada umat Muslim saja. Tetapi kepada seluruh umat manusia, termasuk orang Kristen. Setiap orang perlu mempunyai hati yang damai, pikiran yang bersih dan berprilaku lemah lembut.
Ketika dalam hati kita mempunyai kedamaian, maka hal tersebut akan mempengaruhi pola pikir kita. Dan pola pikir akan terlihat dari prilaku kita. Jadi, dari ketiga hal tersebut yang terutama adalah membersihkan hati dari dosa.
Sebagaimana firman Allah berkata “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat” (Injil, Rasul Besar Matius 15:19).
~
Saodah
~
To Saodah,
Saya senang ditanggapi, namun harus cermat dan teliti.
Coba simak point tiga yang saya sampaikan, dimana hal ini menyangkut dua perilaku yaitu “mengimani” dan “melaksanakan.”
Pada tahap “melaksanakan,” saya sangat setuju dengan anda, bahwa bisa jadi tidak ada manusia yang murni, konsisten dan konsekwen melaksanakan seluruh perintah Tuhan itu tanpa lupa, khilaf, keliru dan salah.
Hanya Anda tidak mengupas tentang bagaimana tahap “mengimani” hukum dan perintah yang telah diturunkan/ditetapkan oleh Tuhan itu. Sehingga persoalan iman-mengimani ini dianggap enteng. Pada hal inilah sesungguhnya dasar pijakan/pondasi dari tahap selanjutnya yang disebut “melaksanakan.”
Anda paham yang saya maksudkan?
~
Sdr. Panggabean,
Mari kita buat kalimat tersebut menjadi sederhana dan mudah dipahami. Bukan oleh sdr dan saya saja, tetapi juga mudah dimengerti oleh pembaca yang lain.
Sebelumnya kami bertanya “adakah cara agar seseorang terhindar dari kesesatan.”? Saudara menjawab “Mudah saja, pelajari dan cermati seluruh hukum Tuhan itu, kemudian yakini/imani serta laksanakan secara murni, konsisten dan konsekwen.”
Dengan kata lain, menurut Sdr. Panggabean, cara agar seseorang dapat terhindar dari kesesatan adalah dengan: mempelajari dan mencermati seluruh hukum Tuhan, kemudian mengimai serta melaksanakannya secara murni, konsisten dan konsekwen.
Pertanyaan kami: Adakah orang yang dapat mengimani serta melaksanakan seluruh hukum Tuhan secara murni, konsisten, dan konsekwen?
~
Saodah
~
To Saodah,
Langsung jawaban:
1. Mengimani seluruh perintah Tuhan itu tentu ada dan banyak serta sebaliknya.
2. Melaksanakan seluruh perintah Tuhan itu tentu ada dan banyak serta sebaliknya. Saya tergolong kepada mengimani seluruhnya dan melaksanakan sebatas kesanggupan saya. Anda tidak perlu membandingkan dengan saya karena tidak akan ketemu.
~
Saudara Panggabean,
Mengacu pada jawaban sdr di atas dan jika dibandingkan dengan penjelasan sdr sebelumnya, kami melihat bahwa sdr tidak konsisten dalam memberi jawaban. Hal ini yang membuat saudara menjadi bingung dan kewalahan sendiri dalam memberi penjelasan atas setiap pertanyaan kami. Alhasil, sdr menuduh kami bodoh.
Dari penjelasan-penjelasan sdr sebelumnya, kami mengambil kesimpulan bahwa dalam agama Islam tidak ada cara agar seseorang terhindar dari kesesatan. Karena menurut Sdr. Panggabean, cara seseorang terhindar dari kesesatan adalah melaksanakan secara murni, konsisten dan konsekwen seluruh hukum Allah. Dan menurut Sdr. Panggabean juga, tidak ada orang yang dapat melaksanakan hukum Tuhan dengan cara tersebut.
Mungkin itulah sebabnya Al-Quran berkata, “Barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Qs 2:81).
~
Saodah
~
Salam kenal Bpk-Bpk Staff,
Dengan ilmu Theologi yang saya pelajari, saya khususkan menjawab point no. 3, yaitu cara terhindar dari kesesatan adalah belajar dan implementasikan.
Tidak terbantahkan bahwa Yesus adalah utusan/Rasul Tuhan dan bukan Tuhan sesuai dalil ilmiahnya pada Markus 9:37, Yohannes 5:24,30,7,29,33, Yohannes 8:16,18,26, Yohannes 9:4, Yohannes 10:36, Yohannes 11:42,13,20, Yohannes 16:5 dan Yohannes 17:3,8,23,25.
Dengan memahami hal beginilah kita terhindar dari kesesatan. Bpk yth, mohon tidak dihapus-hapus agar bahasan lebih mudah dipahami pembaca.
~
Saudara Amuba,
Terimakasih sudah menjawab salah satu dari tiga pertanyaan yang kami sampaikan. Sayangnya, ayat-ayat yang sdr kutip hanya ayat-ayat yang menjelaskan tentang ke-manusia-an Yesus. Dan sdr melupakan ayat-ayat yang menjelaskan tentang ke-Ilahian-Nya.
Sdr. Amuba, Yesus dalam Kitab Suci Injil tidak saja disebut Tuhan. Tapi Dia juga disebut utusan, nabi, Guru, Gembala, Anak Domba, dll. Jadi, untuk memahami siapa Yesus sebenarnya, sdr tidak cukup memahami Dia dari satu sebutan yang ditujukan kepada-Nya.
Perhatikanlah perkataan Yesus ayat berikut: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Injil, Rasul Besar Yohanes 8:12). Adakah manusia yang berhak memberi kehidupan bagi sesamanya?
Ini perkataan Yesus kepada seorang penjahat yang disalib bersama dengan-Nya. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Injil, Rasul Lukas 23:43) Bila Yesus bukan Tuhan, atas hak apa Dia dapat menjamin seseorang masuk firdaus?
~
Saodah
~
Setiap dan segala yang dapat dilihat oleh manusia sesungguhnya “pasti” bukan Tuhan.
Dalil imiahnya: Keluaran 33:20, “Engkau tidak tahan memandang wajah Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.”
Saya berharap umat Kristiani memahaminya seperti yang saya pahami pada ilmu Teologi.
~
Saudara Amuba,
Benar yang sdr katakan, jelas manusia tidak dapat melihat Tuhan. Tuhan tahu persis akan hal itu. Itulah sebabnya Dia datang ke dunia dalam wujud manusia. Dan ketika Dia ada di dunia, Dia dipanggil dengan sebutan Yesus.
Itulah sebabnya Teologi Kristen menyebutkan Yesus adalah 100% manusia. Dan dalam saat yang bersamaan, Yesus juga 100% adalah Tuhan. Sehingga, walaupun Dia ada di dunia, Dia berkuasa melakukan hal-hal yang hanya Tuhan saja berkuasa melakukannya.
Contohnya adalah ketika Dia mengampuni dosa seorang wanita pelacur. Tentu Sdr. Amuba percaya hanya Tuhan yang berkuasa mengampuni dosa seseorang, bukan?
Sdr. Amuba, kami kagum atas usaha sdr mempelajari Teologi Kristen. Sayangnya, Teologi yang sdr pelajari hanya setengah. Tidak secara keseluruhan. Hal tersebut membuat sdr bukan menjadi mengerti Teologi Kekristenan, tapi semakin membuat pemahaman sdr salah. Bila memang sdr rindu mempelajari Teologi Kristen, pelajarilah dengan benar dan secara menyeluruh.
Maaf kami dan umat Kristen lain tidak dapat memahami Pribadi Yesus seperti pemahaman saudara. Karena pemahaman sdr tidak sesuai dengan Teologi Kristen yang terdapat dalam Alkitab.
~
Saodah
~
Para Penulis Staf,
Menurut saudara, adakah cara lain agar seseorang terhindar dari kesesatan? Jelaskanlah!
Jawabannya adalah: Apabila Anda dalam kesesatan maka Anda harus kembali ke tempat sediakala. Jelas bukan?
~
Saudara Numpang Lewat,
Benar yang sdr katakan. Jika tersesat, salah satu cara yang harus dilakukan adalah kembali ke tempat sediakala. Namun sayangnya, sering orang-orang yang tersesat justru tidak tahu bagaimana cara kembali ke tempat sediakala. Betul bukan?
Demikian halnya dengan kita manusia. Kita sudah tersesat karena dosa yang kita lakukan. Berbagai cara dilakukan oleh umat beragama agar dapat kembali ke tempat sediakala. Yaitu tempat dimana untuk pertama kalinya Allah menempatkan manusia. Adakah manusia, yang dengan usahanya sendiri, dapat sampai ke tempat itu? Jelas mustahil. Sekalipun seumur hidupnya, manusia tersebut berbuat amal dan menjalankan aturan-aturan agama. Hasilnya akan tetap nihil.
Sebab firman Allah berkata, “Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Yesus adalah satu-satunya Pribadi yang dapat membawa Anda bisa sampai ke tempat sediakala. Tempat dimana pertama kalinya Tuhan menempatkan manusia.
~
Saodah
~
Sdr/i Saodah,
Ayat yang anda tunjukkan ini (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6) adalah bohong.
Buktinya: Periksa Yahya pasal 8 ayat 14 yang menyebutkan: “Jikalau Aku menyaksikan dari hal Diriku sendiripun, benar juga kesaksian itu?
Bandingkan dengan Yahya pasal 5 ayat 31 yang menyebutkan: “Jikalau Aku menyaksikan dari hal Diriku, maka kesaksianku itu tidak benar”
Miss. Saodah yang sedang gelisah, Yesus inikah yang Anda sebut sebagai jalan kebenaran. Terhadap dirinya sendiri diragukan kesaksiannya. Apalagi buat orang lain.
Di sini saya tidak membutuhkan komentar anda lagi. Cukup Alkitab anda saja yang berbicara. Renungkanlah.
~
Sdr. Warisman (Numpang Lewat),
Kami sangat kagum atas kegigihan sdr mempelajari Alkitab. Sayangnya, pemahaman sdr sangat salah.
Di sini saya kutip ayat dari Yahya 8:14, supaya sdr dan pembaca lainnya dapat membaca dengan jelas “Jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Biarpun Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, namun kesaksian-Ku itu benar, sebab Aku tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi.”
Yesus berkata, kesaksian tentang diri-Nya, yang Dia sampaikan itu adalah benar!
Yahya 5:31 “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar;”
Bila sdr ingin tahu arti dari ucapan Yesus ini, sdr harus membaca ayat selanjutnya. Yaitu:
Yahya 5:32 “ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar.”
Maksud perkataan Yesus pada Yahya 5:31-32 adalah: Kalau memang kamu tidak mau percaya dengan perkataan Yesus, karena Dia bicara tentang diri-Nya sendiri, bagaimana dengan kesaksian orang lain yang mengatakan bahwa Yesus itu benar! Hal ini dikatakan Yesus karena pada saat itu banyak orang yang mempertanyakan tentang ke-Ilahian Dia.
Sdr. Warisman, jadi kesimpulannya: Ayat yang tertulis dalam Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6 yang kami kutip, bukanlah kebohongan. Tapi kebenaran yang diberikan Allah untuk menyelamatkan saudara.
~
Saodah
*****
Jawaban no.1
Yang dapat menjamin seseorang adalah Allah. Nabi Isa hanya mengingatkan umatnya untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah. Begitu juga dengan nabi-nabi lainnya dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad. Para nabi diutus oleh Allah untuk menyerukan kebenaran Allah.
Jawaban no.2
Petunjuk Allah yang diwahyukan kepada para nabi dan rasul adalah untuk mengajarkan kepada manusia supaya dijauhkan dari kesesatan dan didekatkan kepada kebenaran ilahi. Sedangkan yang dapat menjamin seseorang dapat selamat sampai tujuan (surganya Allah) adalah Allah sendiri. Karena dengan kehendak, rahmat dan hidayah-Nya, hidup kita di dunia ini sudah diatur oleh Allah.
Jawaban no.3
Melakukan segala perintah Alah, menjauhi segala larangan-Nya, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan berpasrah diri bahwa segala sesuatunya adalah milik Allah dan takdir kita sudah ditentukan oleh Allah.
*****
Sdr. Guns,
Terimakasih untuk kesediaan Anda menanggapi tiga pertanyaan fokus artikel. Berikut tanggapan kami:
1) Benar, hanya Allah saja yang bisa menjamin keselamatan kita. Isa Al-Masih berfirman: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil Yohanes 14:6). Bukankah “jalan”, “kebenaran”, dan “hidup” hanya Allah sumbernya? Maka pernyataan Isa: “Akulah …” menyatakan diri-Nya Allah, bukan? Jika Isa hanyalah nabi seperti nabi-nabi lainnya, mengapa tidak satupun nabi lain yang berani mengatakan hal yang sama?
2) Jika keyakinan Anda: “… dengan kehendak, rahmat dan hidayah-Nya, hidup kita di dunia ini sudah diatur oleh Allah”, mengapa orang yang berkeyakinan sama dengan Anda (atau bahkan Anda juga), ragu dengan kepastiannya selamat? Apakah Allah yang mengatur hidup Anda bisa menyesatkan? Apakah Ia tidak Maha Penyayang hingga rela umat yang diatur-Nya tersiksa kekal di neraka?
3) Bukankah dengan menjalani seperti yang Anda sampaikan, Anda sendiri pun masih belum menerima kepastian selamat? Juga, saat Anda meyakini: “… takdir kita sudah ditentukan oleh Allah”, apakah jika seseorang tidak selamat, Allah telah menakdirkan nasibnya seperti itu? Alangkah kejamnya! Bukankah ini bertentangan dengan sifat Maha Penyayang-Nya?
~
Yuli