Tujuh belas kali sehari, 510 kali dalam sebulan, 3.164 kali dalam setahun Mukmin berdoa, Ihdina s-sirat al-mustaqim. Mukmin melakukan permohonan “jalan” kepada Allah, agar Allah menuntun mereka ke ‘jalan’ yang benar. Sudah sekian kalinya Anda berdoa, sudahkah Anda mendapatkan “jalan” yang benar itu? Sudahkah Anda mempelajari agama Anda dan sudah yakin berada pada “jalan” yang benar?
Hidayah Allah Membutuhkan Pembelajaran
Bukankah agama Islam mengharuskan umat-Nya untuk menuntut ilmu? Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap Muslim. [HR. Ibnu Majah no:224, dan lainnya dari Anas bin Malik. Dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani]
Dalam mempelajari agama, Mukmin tidak cukup hanya mempelajari Al-Quran. Namun perlu juga mempelajari Kitab-kitab yang diwahyukan Allah sebelumnya. Karena Al-Quran membenarkan kitab-kitab tersebut. “… membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya” (Qs 6:92). Kitab-kitab tersebut adalah Taurat, Kitab Nabi-nabi, Zabur Daud, dan Injil.
Hidup Kekal Berasal Dari Allah
Kitab-kitab sebelumnya mempercayai bahwa hidup kekal berasal dari Allah. Dan Allah telah menetapkan ‘jalan’ untuk hidup kekal itu melalui Isa Al-Masih. Permohonan “jalan” kepada Allah sudah terjawab didalam Injil
Dalam Kitab Taurat dan Zabur, Isa Al-Masih adalah nabi yang dinanti-nantikan (Taurat, Kitab Ulangan 18:15-22). Nabi Daud meramalkan bahwa Isa akan ditusuk kaki dan tangan-Nya (Mazmur Daud 22:16). Nabi Besar Yesaya juga meramalkan bahwa Isa akan “diremukkan oleh karena kejahatan kita” (Kitab Nabi Besar Yesaya 53:5-6).
Isa Al-Masih Menghancurkan Pemisah Antara Manusia dan Allah
Dosa selama ini memisahkan manusia dari Allah. Semakin manusia berdosa, semakin jauh manusia dengan Allah. Untuk itu Isa merelakan diri-Nya menjadi korban untuk menanggung dosa-dosa manusia. Ia harus mati untuk menanggungnya. Tetapi Ia juga harus bangkit dari kubur untuk mengalahkan dosa dan akibat-akibatnya.
Salah satu karakter Allah adalah Maha Baik. Ketika Anda berseru-seru kepada-Nya. Ia akan menjawab seruan Anda. Ketika Anda berseru melakukan permohonan “jalan” kepada Allah yang benar. Ia telah memberikan “jalan” itu dalam diri Isa Al-Masih. Itulah sebabnya Isa berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Injil, Rasul Besar Yohanes 14:6).
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Apakah Saudara mempelajari Kitab-kitab Suci Allah sebelum Al-Quran? Apa yang Saudara dapatkan melalui pembelajaran Kitab-kitab tersebut?
- Apakah Saudara mempercayai bahwa Kitab-kitab tersebut sudah berubah? Apa bukti-buktinya?
- Apakah Saudara sudah mempercayai Isa Al-Masih sebagai “jalan” kebenaran kepada Allah? Apa yang mendorong Saudara untuk mempercayai atau tidak mempercayai-Nya?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda*****pada komentar-komentar yang kami merasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel “Al-Fatihah, Surat Permohonan “Jalan” Kepada Allah”, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
~
Nabi kami mengajarkan bakti kepada ibu bapa sebagai jalan menuju keridhoan Tuhan. Karena melalui ibu bapa lah Tuhan menghadirkan kami dan manusia ke dunia.
Yesus “Akulah Kebenaran dan Hidup, tiada yang datang kepada Bapa kecuali melalui Aku.” Bagaimana kami akan mengikuti ucapan Yesus yang mengajarkan manusia untuk durhaka kepada ibu bapanya, dengan mengatakan bahwa jalan menuju Tuhan harus melalui Dia, padahal Tuhan menghadirkan Dia dan manusia dari rahim seorang ibu?
~
Saudara Agus Winanto,
Memang benar apa yang saudara katakan, kita harus berbakti kepada orang tua (ibu bapa).
Pertanyaannya: Apakah dengan berbakti kepada orang tua, maka Allah tidak akan lagi memperhitungkan dosa-dosa saya? Inilah pertanyaaan yang seharusnya sdr renungkan juga.
Memang benar Yesus hadir ke dunia melalui proses dilahirkan. Itulah pertanda bahwa Yesus 100% manusia dalam ke-Ilahian-Nya. Mengikut Yesus, bukan berarti durhaka kepada orang tua. Mengikut Yesus artinya, sdr akan menerima kebenaran dan hidup yang kekal. Karena Yesus adalah kebenaran dan hidup itu sendiri!
~
Saodah
~
To saudaraku umat Nasrani,
Mengapa kalian mempertuhankan Yesus? Tolong renungkan, apakah Yesus yang memiliki kuasa atas kalian?
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?” (Al Baqarah:28).
~
Saudara Gunanto,
Maaf, kami tidak mempertuhankan Yesus. Orang Kristen mengimani Yesus sebagai Tuhan yang datang ke dunia dalam wujud manusia, karena memang demikianlah adanya. Dan lagi, apa yang dilakukan Yesus ketika Dia berada di dunia, memperkuat hal itu.
Misalnya, perhatikanlah perkataan Yesus berikut ini, “Lalu Ia [Yesus] berkata kepada perempuan itu: “Dosamu telah diampuni” (Injil, Rasul Lukas 7:48). Adakah manusia yang berkuasa mengampuni dosa seseorang? Bukankah hanya Tuhan yang berhak mengampuni dosa?
Sdr. Gunanto, ibarat pepatah berkata “tidak kenal, maka tak sayang.” Sdr berkata Yesus bukan Tuhan, karena sdr belum mengenal Dia. Jika sdr mau membuka hati dan membaca tentang kehidupan Yesus dalam Kitab Suci Injil, maka sdr akan mengenal siapa Dia sebenarnya.
~
Saodah
~
Staff yang baik hati,
Tolong dong jelaskan bahwa Kristen tidak mengenal dosa warisan dan penebusan dosa sesuai dalil Yehezkiel 18:20, Ulangan 24:16, Matius 16:27, Yeremia 31:29-30, II Tawarikh 25:24.
Saya khawatir dengan teman saya yang bersikukuh mengatakan ada dosa waris dan penebusan dosa, walaupun saya sudah terangkan alasan hukum dan dalil-dalilnya.
Tolong saya.
~
Saudara Amuba,
Maaf, pertanyaaan saudara sudah keluar dari topik artikel yang sedang dibahas. Tapi saudara tidak perlu khawatir, kami akan menjawab pertanyaaan sdr di atas, dan mengirimkan jawabannya langsung ke email saudara.
Saran kami, dalam memberi komentar, kiranya komentar yang diberikan hanya menanggapi artikel yang ada. Atau setidaknya menjawab salah satu dari tiga pertanyaaan yang sudah diberikan.
Demikian, kiranya saudara maklum adanya. Terimakasih!
~
Saodah
~
Yang dimaksud jalan adalah “jalannya orang-orang yang Engkau berikan nikmat atas mereka (para Nabi, orang-orang yang shiddiq/jujur dan benar, para pejuang Islam yang mati syahid dan orang-orang salih) Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai (Orang yang dimurkai adalah orang yang sudah mengetahui kebenaran akan tetapi tidak mau mengamalkannya. Contohnya adalah kaum Yahudi dan semacamnya), dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat (Sedangkan orang yang tersesat adalah orang yang tidak mengamalkan kebenaran gara-gara kebodohan dan kesesatan mereka. Contohnya adalah orang-orang Nasrani dan semacamnya).
~
Saudara Hasan,
Setahu kami, dalam bahasa asli Al-Quran, kalimat yang sdr tulis dalam kurung di atas tidak terdapat dalam bahasa aslinya. Kalimat tersebut hanyalah penambahan.
Jadi, pertanyaan kami: Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah firman Allah. Pantaskah manusia menambah firman Allah tersebut? Sebenarnya siapakah yang sudah merubah isi kitab sucinya. Orang Kristen, atau?
~
Saodah
~
Itu tafsirnya. Itu juga belum lengkap. Umat Islam harus menafsirkan Al-Quran dari penjelasan Nabi Muhammad.
Dan yang paling banyak hafal dan mengerti Al-Quran dan hadits adalah para ulama terdahulu yang sudah terkenal keilmuannya dan ketaatanya di seluruh dunia hingga saat ini.
Contoh kitab tafsir yang ditulis oleh para ulama terkenal adalah: Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al Jalalain, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir At Tobari.
~
Saudara Hasan,
Menambah dengan menafsirkan adalah dua hal yang berbeda. Menurut kami, apa yang tertulis dalam kurung pada ayat yang sdr kutip sebelumnya, bukan merupakan tafsiran. Tapi penambahan kata.
Atas dasar apakah para penafsir itu mencantumkan kata “Yahudi” pada ayat tersebut? Bagaimana bila maksud Allah bukan bangsa Yahudi tapi bangsa lain? Bukankah pada zaman awal Islam berdiri sudah banyak bangsa-bangsa di muka bumi ini?
Dan lagi, bagaimana mungkin para penafsir itu menyebut orang Nasrani sebagai orang yang tersesat? Bukankah di muka bumi ini ada agama lain selain Nasrani?
Jadi, menurut kami inilah salah satu kelemahan dari Al-Quran yang wajib ditulis dalam bahasa Arab. Sehingga, setiap penafsir boleh menafsirkan ayat tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Dan bagi mereka yang tidak mengerti bahasa Arab, hanya dapat mengaminkan sesuatu yang bukan berasal dari Tuhan. Tapi dari hasil penafsiran manusia.
~
Saodah
~
1. Ya, dengan ilmu teologi saya sudah mempelajari Alkitab (kitab sebelum Al-Quran) dan banyak tambahan/perselisihan dan salah memahami makna ayat.
2. Di antara buktinya:
– Konsep penebusan dosa tidak dikenal, bahwa setiap manusia/individu bertanggung jawab atas segala perbuatannya, ilmiahnya (Yehezkiel 18:20), (Ulangan 24:16), (Matius 16;27), (Yeremia 31:29-30), (II Tawarikh 25:4).
– Konsep nubuat tentang keberadaan nabi terakhir yang sangat penting artinya untuk kesempurnaan ajaran Tuhan kepada manusia di muka bumi ini. Di antara ilmiahnya (Kejadian 49:1,10), (Matius:42-43), (Hubakuk 3:3 Ulangan 33:1-3), (Yesaya 29:12), (Yesaya 42:1-4), (Yesaya 42:1-4), (Yohannes 16:7,1,5); (Yeremia 28:9) dll.
Salom, masih banyak yang perlu dijelaskan namun kolomnya sempit.
~
Terimakasih Sdr. Sopar Hutabarat untuk usaha sdr menjawab dua di antara tiga pertanyaan yang kami sampaikan. Berikut tanggapan dari kami:
1. Menurut sdr dalam Alkitab terdapat banyak ayat tambahan/perselisihan. Dapatkah sdr menyebutkan salah satu diantaranya?
2. Tentang konsep penebusan dosa, dapatkah sdr menjelaskan bagaimana konsep dosa diampuni menurut ayat-ayat yang sdr kutip tersebut?
3. Berdasarkan ayat-ayat yang sdr kutip di atas. Jadi menurut sdr siapakah nabi terakhir yang dinubuatkan itu?
~
Saodah
~
Kita tuntaskan dulu point 1. Banyak perselisihan namun kita tetap berpedoman kepada Alkitab ya.
Sebagimana ilmu teologia Kristen yang saya pelajari.
– Siapakah kakek Yesus?
Selisih tidak antara jawaban Injil Matius 1:6 dan Injil Lukas 3:31? Coba berfikirlah dengan hati. Saya Kristen murni ditempa dengan ilmu teologi yang tepat. Masih banyak perselisihan yg lainnya. ini satu diantaranya.
~
Saudara Sopar,
Jika sdr mempelajati Teologia Kristen dengan benar, terlebih sdr seorang Kristen murni, seharusnya sdr dapat melihat dengan gampang bahwa kedua ayat tersebut tidak ada perselisihan.
Jadi, menurut saya jawaban antara Injil Matius 1:6 dengan Injil Lukas 3:31 tidak ada yang selisih. Inilah penjelasan untuk hal itu: Memang benar kakek Yesus yang ditulis oleh Matius dan Lukas berbeda. Karena Matius mengikuti garis keturunan Yusuf (ayah Yesus secara hukum), melalui Salomo, anak Daud. Sementara Lukas mengikuti garis keturunan Maria (keluarga Yesus secara darah), melalui Natan, anak Daud.
Sdr. Sopar, tentu kakek dari garis keturunan ibu, berbeda namanya dengan kakek dari garis keturunan ayah, bukan? Apakah hal ini wajar atau tidak menurut sdr?
Saran kami, sebelum Sdr. Sopan mengatakan satu ayat berselisih dengan ayat lain, ada baiknya sdr menyelidiki terlebih dahulu ayat tersebut.
~
Saodah
~
Bisa jadi yang Anda jelaskan benar, hanya saya minta penjelasan yang Anda sampaikan bisa dibuktikan. Pada Injil mana yang menerangkan Matius mengambil dari ayah, dan Lukas mengambil dari turunan ibu? Agar diskusi ini tidak jadi pepesan kosong. Saya tunggu ayatnya.
~
Saudara Sopar,
Maaf kami menghapus pertanyaan sdr yang kedua. Supaya diskusi ini focus, mari membahas satu per satu.
Sdr. Mengatakan bahwa sdr adalah seorang Kristen murni, yang belajar teologi Kristen yang baik. Dari pernyataan sdr ini kami menyimpulkan bahwa sdr sudah membaca Alkitab secara keseluruhan. Sehingga seharusnya sdr sudah mengerti tentang silsilah Yesus. Lain hal, bila pengakuan sdr tersebut hanyalah pepesan kosong semata.
Yang menerangkan Matius mengambil silsilah Yesus dari ayahnya, adalah Injil Matius. Sedangkan yang menerangkan silsilah Yesus berdasar ibunya adalah Injil Lukas. Jadi, silakan sdr membaca kedua Injil tersebut dengan seksama. Dengan pikiran yang benar untuk mencari kebenaran, bukan dengan kebencian sehingga hanya bertujuan mencari cela.
~
Saodah
***
Jawaban no.1
Saya hanya sedikit tahu mengenai perbandingan kitab-kitab lain terutama kitab samawi sebelum Al-Quran. Setelah membacanya ternyata ada kesesuaian antara kitab-kitab tersebut, yaitu menjadi pedoman untuk diambil hikmahnya dalam wahyu-wahyu yang ada dalam kitab-kitab tersebut. Cerita-cerita masa lalu mengenai Israel (dalam Taurat dan Injil) dan bani Israil (dalam Al-Quran), serta kisah-kisah lainnya, pada perinsipnya membuka diri kita untuk bisa dekat dengan Sang Pencipta. Hanya saja sekarang persepsi mengenai ayat-ayat yang samar menjadi perselisihan.
Jawaban no.2
Hanya Allah yang tahu. Tapi saya berkeyakinan bahwa kitab yang satu dengan kitab yang lain saling berhubungan dan saling melengkapi mengenai siapakah Allah itu.
***
Sdr. Guns,
Terimakasih untuk kesediaan Anda menjawab dua dari tiga pertanyaan fokus artikel. Berikut tanggapan kami.
1) Apakah sejauh ini Anda benar-benar membaca Taurat hingga Injil (Alkitab), atau sekedar membaca risalah yang disarikan oleh ulama? Dalam kitab Taurat, pengampunan atas dosa baru Allah berikan setelah umat-Nya mempersembahkan korban binatang (domba, lembu) sebagai penebus salah. Apakah ayat-ayat ini sudah Anda baca dan cermati? Juga, kitab Injil menuliskan tema yang sama, yaitu pengorbanan Isa Al-Masih sebagai korban yang sempurna bagi pengampunan dosa manusia. Nah, apakah yang tertera dalam Taurat dan Injil ini disinggung juga dalam Al-Quran? Bukankah justru Al-Quran menyangkalnya? Bahakan malah menawarkan alternatif lain bagi pengampunan dosa, yaitu dengan amal saleh? Jadi, di mana letak kesesuaian Taurat – Injil dengan Al-Quran?
2) Mari kita telaah asumsi Anda (“… saling berhubungan dan saling melengkapi mengenai siapakah Allah itu”). Baik penganut Alkitab maupun Al-Quran percaya sifat Allah Maha Murah dan Maha Penyayang. Rahmat pengampunan-Nya atas dosa tidak diperjualbelikan karena terlalu berharga, tidak mampu dibeli oleh siapapun. Alkitab menyatakan bahwa pengampunan Allah (anugerah terbesar) diberikan secara gratis lewat pengorbanan Isa Al-Masih yang menggantikan hukuman dosa kita. Sedangkan Al-Quran mengajarkan amal ibadah untuk mengharap (mudah-mudahan bisa menukar/membeli) rahmat pengampuanan-Nya. Jelas Alkitab dan Al-Quran tidak menggambarkan sifat yang sama dari Allah, bukan?
~
Yuli
***
Jawaban no.3
Saya mempercayai Nabi Isa sebagai jalan keselamatan menuju Allah, sama halnya dengan nabi-nabi lainnya, dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad. Itulah salah satu bentuk keimanan saya kepada Allah, yaitu mempercayai nabi dan rasul Allah. Tetapi saya tidak mempercayai kalau Isa adalah Tuhan.
***
Sdr. Guns,
Menurut Anda, siapakah sumber keselamatan manusia? Apakah ada selain Allah? Bukankah hanya Allah yang berkuasa merahmati pengampunan dosa dan keselamatan? Maka, mari pertimbangkan lebih jauh firman Isa Al-Masih berikut:
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (InjilYohanes 14:6).
1) Apakah yang disebut “jalan” hanyalah petunjuk arah, atau orang yang menunjukkan arah? Tidak, bukan? “Jalan” adalah sesuatu yang ditapaki, benar-benar menghubungkan kita kepada tujuan. Apakah Muhammad [u]pasti[/u] membawa Anda sampai kepada Allah? Bukankah nabi Anda pun tidak tahu masa depan akhiratnya (Qs 46:9)?
2) Siapakah Sumber Kebenaran selain Allah? Saat Isa menyatakan diri-Nya “Kebenaran”, tentu Isa sedang menyatakan diri-Nya Allah, bukan?
3) Siapakah Sumber Hidup? Maka saat Isa menyatakan diri-Nya “Akulah … hidup”, apakah kita sedang menganggap Isa menghujat Allah karena menyamakan diri-Nya dengan Allah? Faktanya, bukankah Al-Quran sendiri mengakui Isa itu suci tanpa dosa (Qs 19:19)?
~
Yuli
Jawaban no.3
Saya mempercayai Nabi Isa sebagai jalan keselamatan menuju Allah, sama hal nya dengan Nabi-nabi lainnya dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw. Itulah salah satu bentuk keimanan saya kepada Allah yaitu mempercayai Nabi dan Rasul Allah. Tetapi saya tidak mempercayai kalau Isa adalah Tuhan, karena tidak ada Tuhan yg lain selain Allah SWT
~
Tidak seorangpun datang kepada Bapa (Allah) tidak melalui Aku ini kata Yesus. Artinya:
1. Di luar Yesus orang tidak datang kepada Allah yang benar-benar Allah (Bapa).
2. Yesus adalah Pokok dan pusat dari semua akan Jalan ke Sorga/ menuju Allah, kebenaran, hidup kekal (hidup berkualitas sorgawi.)
3. Yesus menyatakan Diri-Nya selevel dan Satu dengan Allah.
4. Berarti hanya Yesus dan lewat Yesus Allah yang benar dinyatakan.
5. Tidak ada pengenalan akan Allah yang benar dan tidak ada keselamatan di luar Yesus.
Dalam Alkitab kalau para nabi menyampaikan firman selalu berkata: “Demikian firman Tuhan”. Kalau malikat juga mmberitahu firman/pesan yang disampikan berasal dari Tuhan. Tapi beda dengan Yesus, selalu berkata: “Aku berkata…”.
~
Saudara Abas,
Yesus/Isa Al-Masih menyatakan dengan tegas bahwa Ia adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Seharusnya kita semua bisa melihat kuasa dibalik ucapan Yesus. Sebab tidak pernah ada nabi lain yang pernah berkata eperti Yesus. Hanya Allah saja yang dapat membawa manusia pada surga, sumber kebenaran dan Pemberi hidup kekal.
Benar sekali bahwa setiap perkataan dan perbuatan Yesus berkuasa dan kuasa itu berasal dari dalam diri-Nya sendiri. Sebab Isa adalah Firman Allah yang menjadi manusia. Isa bagian dari diri Allah.
~
Noni