Sering umat beragama merasa ragu dan bertanya-tanya “apakah ritual ibadah tertinggi saya sudah sampai kepada Allah”? Pertanyaan ini sangat lumrah. Umat beragama perlu mengetahui ibadah yang bagaimana berkenan di hadapan Allah. Sehingga ibadah Anda tidak menjadi sia-sia.
Ibadah Tertinggi Bukan Berfokus Pada Cara/Ritual
Agama Islam berfokus pada ibadah yang dapat diterima Allah. Sungguh ini merupakan kerinduan yang perlu diberi apresiasi, bukan? M.Q. Shihab menuliskan, “Salah satu segi bantuan (ucapan wa iyyaka nasta’in) itu adalah menyempurnakan ibadah yang telah dilakukan sehingga dapat diterima bahkan mencapai tingkat tertinggi.” (Tafsir Al-Mishbah, hal.67)
Masalahnya, agama Islam dalam beribadah lebih berfokus pada cara, metode, dan isi ibadah. Seperti: Membersihkan tubuh sebelum beribadah (wudhu), harus menghadap ke satu arah saja, mengucapkan doa-doa hafalan dalam bahasa tertentu, gerakan tubuh tidak boleh salah, dll. Dimana semua itu tidak menjamin ibadah berkenan di hadapan Allah. Allah terlalu tinggi di atas kita. Terlalu suci dan terlalu jauh dari kita. Tidak ada cara ata ritual ibadah tertinggi yang sempurna, yang dapat menolong ibadah kita diterima Allah!
Injil Menekankan Hati, Bukan Metode
Ibadah merupakan cara umat beragama berkomunikasi dengan Tuhannya. Tuhan yang maha kudus ingin umat-Nya datang menghampiri-Nya dalam keadaan kudus pula. Sehingga perlu mempersiapkan diri sebelum menghadap Sang Khalik. Bukan hanya secara fisik, tetapi yang terpenting adalah persiapan hati.
Membersihkan diri dari semua kebencian, amarah dan dosa lainnya adalah hal terpenting untuk dilakukan. Karena “bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati” (Kitab Nabi 1 Samuel 16:7). Jelas ritual ibadah tertinggi sekalipun belum tentu dapat diterima oleh Allah.
Isa Al-Masih Dapat Memberi “Hati Baru”
Bagaimana manusia bisa bersih dari dosa? Bukankah manusia makhluk yang rentan terhadap dosa? Benar! Sejak semula dosa sudah mengikat manusia. Sehingga hati manusia sudah dipenuhi dengan dosa. Sebab itu, manusia memerlukan “hati baru” bila ingin ibadahnya berkenan di hadapan Allah.
Injil menjelaskan bahwa Isa Al-Masih telah membuka “jalan” yang baru menuju tempat kudus agar ibadah diterima Allah. Siapa saja yang percaya pada Isa Al-Masih sebagai Juruselamat mempunyai hati yang dibersihkan dari dosa. “Karena Ia [Isa Al-Masih] telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni” (Injil, Surat Ibrani 10:19-23).
Demikianlah, tata cara ibadah dan gerakan tubuh serta menghafal doa-doa dalam bahasa tertentu, tidak menjamin ibadah Anda berkenan di hadapan Allah. Karena Allah hanya berkenan kepada ibadah yang dinaikkan dengan hati yang yang kudus. Hati yang jauh dari dosa amarah, kebencian, caci-maki, dll.
[Staf Isa dan Islam – Untuk informasi lebih lanjut, silakan mendaftar untuk menerima secara cuma-cuma Buletin Mingguan “Isa dan Al-Fatihah.”]
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Mengapa ibadah dalam agama Islam lebih menitik-beratkan kepada tata cara yang berhubungan dengan hal-hal jasmani?
- Menurut saudara, apakah Allah berkenan kepada ritual ibadah tertinggi sekalipun, jika seseorang yang di dalam hatinya menyimpan amarah, kebencian, iri hati terhadap sesamanya? Jelaskan alasan saudara!
- Apakah saudara setuju bahwa pahala berkuasa membersihkan hati dari dosa? Jelaskan alasan saudara!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. Atau SMS ke: 0812-8100-0718
~
1. Tidak juga sholat juga harus khusyuk (khusyuk browsing aja di google).
2. Tidak tahu, karena yang menerima Allah swt kita.
3. Tidak, karena yang membersihkan hati dari dosa adalah taqwa.
~
Saudara Rheinmetall,
Terima kasih sudah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kami.
1. Boleh kami tahu, apa yang saudara lakukan agar sholat khusyuk?
2. Aneh, saudara dapat menjawab pertanyaan no.1 tapi tidak no. 2 mengapa? Lalu ibadah yang selama ini saudara lakukan bagaimana?
3. Bagaimana tagwa dapat membersihkan? Bukankah ibadah yang saudara lakukan saja saudara tidak tahu berkenan atau tidak?
Silakan memberikan tanggapan kembali. Senang dapat berdiskusi dengan Sdr Rheinmetall.
~
Daniar
*****
1. Pandangan anda tentang tatacara kurang pas. Sebetulnya bukan tentang tatacara. Gerakan sholat adalah petunjuk agar manusia bisa memahami, bahwa shalat adalah cara awal untuk bisa menjalani kehidupan dengan nyaman, tenang dan bahagia.
2. Allah tidak butuh ibadah (penghambaan) kita, tetapi kita yang membutuhkan. Manusia yang di dalam hatinya terdapat sifat-sifat tersebut bukanlah seorang hamba Allah.
3. Pahala = kebahagiaan. Orang yang sedang berbahagia mutlak tidak berdosa
*****
Saudara Asep Sulaiman,
Terima kasih telah menjawab pertanyan-pertanyan fokus artikel di atas.
1. Kami menyebut tatacara karena ada beberapa kegiatan yang perlu/harus dilakukan sebelum/dalam melakukan sholat. Seperti: Wudhu, harus menghadap ke satu arah saja, mengucapkan doa-doa hafalan dalam bahasa tertentu, gerakan tubuh tidak boleh salah, dll. Nah, bagaimana bila tidak melakukan tatacara tersebut?
2. Sdr. Asep, Kitab sdr memberi tahukan bahwa Allah menciptakan manusia agar mengabdi kepada-Nya (Qs 51:56). Bukankah ini perintah untuk beribadah?
Lalu bagaimana menurut sdr bila kita beribadah namun di dalam hati menyimpan amarah, kebencian, iri hati terhadap sesamanya, apakah Allah menerimanya?
3. Kami belum mengerti maksud pernyatan sdr di atas. Kiranya sdr dapat menjelaskannya!
Terima kasih.
~
Daniar
1.jika menurut agama islam itu benar dan harus dilakukan, seperti pelaksanaan misa untuk agama kristiani
2.justru shalat adalah salah satu cara untuk menetralkan hati dari rasa2 yang sperti itu
3. Bentuk pahala adalah kebahagiaan, coba anda perhatikan lagi jawaban saya sebelumnya
*****
Sdr. Asep Sulaiman,
1) Pelaksanaan misa/kebaktian para pengikut Isa Al-Masih beraneka ragam. Ini bukan patokan diterima tidaknya ibadah umat oleh Allah. Sebab Allah yang Maha Tahu mengutamakan sikap hati setiap orang (Kitab Nabi 1 Samuel 16:7). Tentu berbeda dengan tatacara ibadah Muslim yang diwajibkan seragam, bukan? Maka pertanyaannya, bagaimana jika tidak melakukannya, apakah Allah tidak berkenan?
2) Jika demikian, cara tepat menilai benar tidaknya pendapat Anda adalah: bagaimana sikap hidup (pikiran, perasaan, perkataan, perbuatan) orang yang telah sholat? Adakah perubahan nyata sebelum dan sesudahnya? Perlu diingat, “perubahan” bersifat permanen, bukan sesaat. Bisakah Anda pastikan? Faktanya, para koruptor pun rajin sholat. Maka, bisakah sholat merubah hati seseorang?
3) Anda menulis: “Pahala = kebahagiaan. Orang yang sedang berbahagia mutlak tidak berdosa”. Bagaimana Anda memaknai “dosa”? Pernyataan Anda menyiratkan “dosa” tidak berhubungan dengan pihak lain termasuk Allah. Sehingga Anda menetapkan standard sendiri bahwa pahala dari amal manusia yang membuahkan kebahagiaan itu membuat orang suci dari dosa. Sungguh aneh! Bukankah dosa adalah ketidaktaatan kita kepada Allah? Maka bukankah seharusnya Allah (bukan kita) yang menetapkan kita sudah suci dari dosa atau belum? Apakah amal yang keluar dari hati yang berdosa bisa menukar pahala ampunan Allah yang mendatangkan kebahagiaan? Tidakkah ini meremehkan kesucian-Nya?
~
Yuli
~
Yuli,
1) Shalat pun sebetulnya bertujuan dasar menentramkan hati. Ketika sudah tentram, mustahil ada keinginan manusia untuk berbuat keji dan munkar. Karena ia sudah tentram. Kita pun bila dalam keadaan perut kenyang terasa indah. Apalagi hati yang tentram.
2) Jawaban ini sudah diwakili jawaban di atas.
3) Mbak Yuli, dari manakah datangnya kebahagiaan?
~
Sdr. Asep Sulaiman,
Sayang sekali, jawaban Anda tidak menyentuh inti pertanyaan-pertanyaan kami. Justru makin jauh dari pokok bahasan. Mari kembali pada pertanyaan kami sebelumnya:
1) Apakah Allah tidak berkenan menerima ibadah yang tidak sesuai dengan tatacara sholat umat Muslim?
2) Bukankah faktanya, sebagian besar koruptor malah rajin sholat? Jadi, benarkah sholat bisa mengubah hati menjadi bersih, tenteram, dan jauh dari hal yang jahat?
3) Bagaimana seseorang bisa mendapatkan pahala yang berbuahkan kebahagiaan sedangkan dosanya di hadapan Allah masih belum beres? Bagaimana seseorang bisa tenang, apalagi bahagia dengan keberdosaannya?
~
Yuli
~
1. Maaf Islam bukan sekedar ibadah jasmani saja melainkan juga hati(rohani). Siapa yang bilang Islam menitik beratkan ritual jasmani saja. Islam lebih menitik beratkan rohani malah lebih dalam sangat dalam.
2. Tidak dan memang tidak diperkenankan. Dalam Islam pun siapa yang punya penyakit hati (iri, dendam, amarah dll) setinggi apapun ibadahnya tidak diperkenankan, malah ibadahnya dicampakkan kemukanya.
3. Tidak setuju, pahala tidak kuasa akan membersihkan dosa. Yang kuasa membersihkan dosa ya Allah swt dengan rahmatnya, ampunannya serta kasih sayangnya. Inilah ajaran Islam sebenarnya, bukan sekedar jasmani tapi ada juga rohaninya.
~
Saudara Islam Kaffah,
Terimakasih telah menanggapi pertanyaan fokus di atas.
1. Kami sependapat dengan saudara, untuk beribadah kepada Allah bukan hanya secara fisik, tetapi yang terpenting adalah persiapan hati. Jadi beribadah menitik beratkan rohani itu yang bagaimana, bisa dijelaskan?
2. Kami juga sependapat dengan saudara. Karena Allah melihat hati. Tapi bukankah manusia makhluk yang rentan terhadap dosa (iri, dendam, amarah, dll)? Lalu bagaimana menurut saudara agar ibadahnya berkenan pada Allah?
3. Kami juga sependapat dengan saudara bahwa pahala tidak kuasa membersihkan dosa. Hanya rahmat Allah saja kita dapat dibersihkan dari dosa. Menurut saudara rahmat Allah yang bagaimana yang dapat membersihkan kita dari dosa?
Sekali lagi terimakasih untuk tanggapannya, dan kami tunggu penjelasan saudara selanjutnya!
~
Daniar